Bulan ramadhan adalah salah
satu bulan yang sangat bernilai historis dalam Islam, disamping predikatnya
sebagai bulan terbaik untuk ibadah puasa dan lain-lain. Peristiwa-peristiwa
historis itu sangat berperan dalam perkembangan Islam dan penyiarannya.
Peristiwa-peristiwa itu menjadi renungan yang mendalam pada saat kaum mukminin
menunaikan puasa.
Inspirasi dan pengaruh yang dipantulkan oleh peristiwa
historis itu selalu memacu semangat kaum muslimin untuk meneruskan risalah Islam
ke seluruh alam. Al-Qur'an adalah tuntunan yang membuka jalur-jalur kesuksesan
dan titian menuju kejayaan serta kemuliaan. Itulah awal peristiwa historis dalam
bulan ramadhan. Hasil tarbiyah Al-Qur'an itu terbukti dalam perang Badar dan
perang penaklukan Mekkah.
1. Pengangkatan Muhammad saw. sebagai Rasul
dan awal turunnya Al-Qur'an
Ketika Allah swt. hendak memuliakan
Muhammad saw. sebagai Rasul dan Nabi-Nya, setiap kali Rasulullah saw. hendak
membuang hajatnya dan pergi jauh ke padang pasir, hingga berjarak sangat jauh
dari pemukiman dan beliau telah sampai di lembah-lembah Mekkah, tidak ada pohon
dan batu pun yang beliau jumpai, melaikan selalu mengucapkan salam kepada beliau
dengan,
السلام عليك يا رسول الله
Salam sejahtera atasmu wahai Rasulullah
(utusan Allah swt.)
Kemudian, Rasulullah saw. menengok ke kanan dan ke
kiri serta ke belakangnya. Namun, beliau tidak melihat siapa-siapa, yang ada
hanyalah pohon dan batu. Hal itu berlangsung beberapa lama, hingga Allah swt.
mengutus Jibril dengan membawa kemuliaan dari Allah swt. ketika Rasulullah saw.
berada di gua Hira, dengan turunnya lima ayat pertama dari surah Al-Alaq, “
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan
manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang
mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa
yang tidak diketahuinya.” (Al-Alaq: 1-5).
Allah swt. Berfirman, “
(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya
diturunkan (permulaan) Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan
penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan
yang bathil)...” (Al-Baqarah: 185).
Allah swt. Berfirman, “ Haa Miim.
Demi Kitab (Al-Qur'an) yang menjelaskan, sesungguhnya Kami menurunkannya pada
suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.
Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah, (yaitu) urusan yang
besar dari sisi Kami. Sesungguhnya Kami adalah Yang mengutus rasul-rasul ”
(Ad-Dukhan: 1-5)
Allah swt. Berfirman, “ Sesungguhnya Kami telah
menurunkannya (Al Qur'an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam
kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu
turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur
segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar ” (Al-Fajr:
1-5).
2. Perang Badar
Allah swt. Berfirman, “....jika
kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami
(Muhammad) di hari Furqaan, ...” (Al-Anfal: 41).
Hari itu adalah hari
dimana terjadi pertempuran antara pasukan kaum muslimin melawan orang-orang
musyrik di perang Badar. Peristiwa Perang Badar terjadi pada Jum'at pagi tanggal
17 Ramadhan tahun kedua Hijriyah. Rasulullah saw. keluar bersama para sahabat
pada hari Senin, delapan hari setelah bulan ramadhan masuk.
Rasulullah
saw. mengangkat Amru bin Ummu Maktum atau Abdullah bin Ummu Maktum untuk
memimpin shalat orang-orang yang ada di Madinah. Setelah sampai di Rauha,
Rasulullah saw. memerintahkan Abu Lubabah untuk kembali ke Madinah, dan
mengangkatnya sebagai amir selama Rasulullah saw. pergi.
Dalam kisah
perang Badar yang diisyaratkan oleh ayat-ayat yang mulia ini, Muhammad bin Ishaq
dengan sanadnya – dalam sirah nabawiyah - berkata; “setelah Rasulullah saw.
mendengar Abu Sufyan akan bertolak dari Syam, beliau menyemangati kaum muslimin
agar menghadangnya, dan Rasulullah saw. Bersabda, "Inilah kafilah dagang Quraisy
yang membawa harta benda mereka. Maka keluarlah kalian untuk menghadangnya,
semoga Allah memberikan harta rampasan kepada kalian”.
Maka orang-orang
pun bersegera menyambut seruan itu. Walaupun sebagian orang ada yang merasa
ringan, namun yang lain ada juga yang merasa berat. Hal itu disebabkan mereka
tidak menyangka bahwa Rasulullah saw. akan menghadapi peperangan.
Ketika
dekat dengan wilayah Hijaz, Abu Sufyan telah memerintahkan mata-matanya untuk
mencari dan menyelidiki informasi. Dia juga bertanya kepada kabilah-kabilah yang
berpapasan dengannya, karena khawatir terhadap kafilahnya. Sehingga, ada
sebagian kafilah yang memberitakan kepadanya, bahwa Muhammad saw. telah meminta
para sahabat beliau untuk mencegatmu dan kafilahmu.
Maka Abu Sufyan pun
mengambil ancang-ancang dan berhati-hati setelah itu. Kemudian, dia mengupah
Dhamdham bin Amru Al-Ghifari untuk diutus kepada penduduk Makkah agar keluar
membela kafilah dagang mereka, dan mengabarkan kepada mereka bahwa Muhammad saw.
bersama para sahabatnya telah mengancamnya dan mencegatnya. Maka, keluarlah
Dhamdham bin Amru Al-Ghifari segera bertolak ke Makkah.
Sementara, Nabi
Muhammad saw. bersama para sahabat beliau telah sampai ke suatu lembah, yang
dinamakan dengan Dafaran. Lalu Beliau bertolak darinya, namun di salah satu
bagian lembah tersebut, beliau mendapat khabar bahwa Quraisy telah bertolak ke
arah Rasulullah saw. untuk membela kafilah mereka.
Kemudian, Rasulullah
saw. bermusyawarah dengan para sahabat, memberitahukan tentang berita dari
Quraisy. Maka, berdirilah Abu Bakar ra., beliau berbicara yang baik. Kemudian,
berdirilah Umar bin Khatthab ra. dan beliau berbicara yang baik.
Lalu
berdirilah Miqdad bin Amru seraya berkata, “wahai Rasulullah, majulah ke arah
yang diperintahkan oleh Allah swt. kepada anda, karena kami akan selalu bersama
anda. Demi Allah, kami tidak akan berkata seperti Bani Israil berkata kepada
Musa, Mereka berkata: "Hai Musa, kami sekali-sekali tidak akan memasukinya
selama-lamanya, selagi mereka ada di dalamnya, karena itu pergilah kamu bersama
Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti di
sini saja." (Al-Maidah; 24).
Namun, bertolaklah Anda dan Tuhan Anda. Dan
berperanglah, karena kami akan berperang bersama Anda dan Tuhan Anda. Demi
Allah, yang telah mengutus Anda dengan kebenaran, seandainya Anda membawa kami
ke Barkil Gamad’ yaitu suatu kota di Habasyah (Etiopia), maka kami bertahan dan
bersabar bersama Anda untuk menuju kepadanya, hingga Anda mencapainya.”
Kemudian Rasulullah saw. bersabda kepadanya dengan sabda yang baik dan
mendo’akan kebaikan untuknya, "Berilah pendapat untukku wahai orang-orang!”.
Rasulullah saw. mengarahkan maksud beliau kepada orang-orang Ansar, - hal itu
disebabkan mereka adalah terbanyak jumlahnya - dan hal itu disebabkan pula oleh
baiat mereka kepada Rasulullah saw. di Aqabah.
Mereka berkata, “wahai
Rasulullah saw. sesungguhnya kami bebas dari perlindungan terhadap diri Anda,
hingga Anda sampai ke negeri kami. Bila Anda telah sampai ke negeri kami, maka
Anda telah berada dalam perlindungan kami. Kami akan melindungi dan membela Anda
dari segala sesuatu yang kami bela, sebagaimana anak-anak dan isteri-isteri
kami”.
Rasulullah saw. merasa khawatir bahwa orang-orang Anshar tidak
memandang wajib bagi mereka untuk membela Rasulullah saw. dan menolongnya,
melainkan hanya atas musuh yang menyerang beliau di Madinah, dan bahwa mereka
tidak harus ikut serta menyerbu musuh yang jauh dari negeri Madinah.
Setelah Rasulullah saw. menyatakan sabda tersebut, Sa’ad bin Mu’adz ra.
Berkata, “Demi Allah, seolah-olah Anda menginginkan kami wahai Rasulullah saw.?”
Rasulullah saw. Bersabda, " benar”.
Sa’ad bin Mu’adz ra.
Berkata, “ kami telah beriman kepada Anda dan membenarkan Anda, dan kami telah
bersaksi bahwa risalah yang Anda bawa dan emban adalah kebenaran dan haq. Kami
juga telah memberikan sumpah dan janji kami kepada Anda, bahwa kami akan
mendengar dan mentaati anda. Maka, majulah terus wahai Rasulullah saw. kemanapun
Allah swt. menyuruh Anda.
Karena demi Allah, yang telah mengutus Anda
dengan kebenaran. Seandainya Anda menyuruh kami untuk menceburkan diri kami ke
dalam lautan ini dan Anda telah menceburkan diri ke dalamnya, maka kami pun akan
ikut menceburkan diri kami ke dalamnya bersama Anda. Tidak akan ada seorang pun
yang tertinggal.
Kami tidak akan takut dan benci bertemu dengan musuh-musuh
kami besok. Karena sesungguhnya, kami adalah orang-orang yang sabar dan bertahan
dalam perang, jujur ketika bertempur, dan semoga Allah swt. menampakkan kepada
Anda apa yang menyenangkan hati Anda. Maka bertolaklah bersama kami dengan
keberkahan dari Allah swt.”.
Maka, tampaklah kebahagiaan dalam diri
Rasulullah saw. dengan pernyataan Sa’ad. Hal itu membuat beliau bersemangat,
seraya bersabda, “bertolaklah kalian dengan keberkahan dari Allah swt. dan
bergembiralah. Karena sesungguhnya Allah swt. telah menjanjikan kepadaku salah
satu dari dua kelompok Quraisy, dan demi Allah, seolah-olah aku melihat
kehancuran kaum itu saat ini”.
Perang Badar berakhir setelah bulan
Ramadan atau awal dari Syawwal.
3. Penaklukkan Mekkah
Penaklukkan Mekkah terjadi pada bulan Ramadhan tahun ke delapan.
Penyebab perang ini adalah terjadinya pertempuran antara Bani Bakar melawan Bani
Khuza'ah. Pemicu pertempuran antara keduanya adalah seorang dari Bani
Al-Khadrami, namanya Malik bin Abbad, yang merupakan sekutu dari Bani Bakar,
keluar untuk berdagang.
Ketika dia sampai ke tanah Khuza'ah, mereka
melakukan kejahatan terhadap Malik bin Abbad, membunuhnya, dan merampas harta
bendanya. Kemudian, Bani Bakar pun membalas dendam dan membunuh salah seorang
dari Bani Khuza'ah.
Permusuhan ini berlarut-larut hingga Islam menjadi
penghalang antara keduanya dalam permusuhan, dan orang-orang lebih tertarik
dengan isu Islam dan dakwahnya. Ketika terjadi perjanjian Hudaibiyah antara
Rasulullah saw. dengan Quraisy, syarat-syarat perjanjian yang berlaku bagi
Rasulullah saw. dengan Quraisy juga berlaku atas para sekutu masing-masing.
Diantara ketentuan syarat perjanjian tersebut; bahwa barang siapa ingin
masuk ke dalam sekutu Rasulullah saw., boleh melakukannya, dan barang siapa yang
ingin masuk ke dalam sekutu Quraisy, dipersilahkan. Bani Bakar masuk ke dalam
sekutu Quraisy dan Bani Khuza'ah masuk ke dalam sekutu Rasulullah saw.
Bani
Bakar merasa ada peluang untuk melakukan pembalasan kepada Bani Khuza'ah. Naufal
bin Mu'awiyah bersama pengikutnya, yaitu pemimpin Bani Bakar - namun tidak semua
Bani Bakar ikut bersamanya - keluar menyerang Bani Khuza'ah di lembah mereka dan
sumur mereka, yaitu Al-Watir. Mereka membunuh orang-orang yang ada dan
terjadilah pertempuran.
Quraisy ikut memasok senjata kepada Bani Bakar,
dan dengan sembunyi-sembunyi mereka juga ikut membantu dalam pasukan Bani Bakar,
hingga mereka berhasil mendesak Bani Khuza'ah sampai ke dekat areal tanah haram.
Dengan perbuatan ini, maka Quraisy telah melanggar salah satu syarat perjanjian
damai, dan dengan demikian mereka telah memaklumkan perang terhadap Rasulullah
saw. dan kaum muslimin.
Rasulullah saw. pun menyiapkan pasukan untuk
menyerang Makkah. Rasulullah saw. keluar bertolak dari Madinah pada hari ke
sepuluh bulan Ramadhan. Rasulullah saw. berangkat dari Madinah dalam kondisi
puasa, demkian pula para pasukan beliau. Namun ketika sampai di Kadid, antara
Asfan dan Amaj, Beliau berbuka, demikian pula para pasukan beliau ikut berbuka.
Rasulullah saw. berhasil menaklukkan Mekkah dengan gilang-gemilang,
tanpa banyak menumpahkan darah. Allah swt. melukiskan hal itu dalam firman-Nya,
“Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan. maka bertasbihlah
dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah
Maha Penerima taubat.” (An-Nashr: 1-3).
Sumber : 30 Tadabur Ramadhan
- Menjadi Hamba Rabbani - IKADI