Assalamu'alaikum Wr. Wb.
 
Syukur alhamdulillah. Banyak ilmu yang saya peroleh hari ini. Salah satunya adalah kesimpulan: bahwa hadist dan siroh Rasulullah sangat banyak yang belum saya ketahui. Sehingga memandang dan menilai sebuah topik perlu sudut pandang yang tepat, Kalau perlu dari berbagai sudut pandang sehingga tidak menghasilkan kesimpulan yang 'mau benarnya sendiri saja' atas sebuah topik.
 
Konteks ruang dan waktu tidak bisa diabaikan, sehingga akal kita juga harus diberi ruang untuk berperan karena ini juga perangkat yang diberikan oleh Allah untuk memahami ayat-ayat-Nya baik qouliyah maupun kauniyah.
 
23 tahun masa kenabian bukan waktu yang singkat dan sepi dari laku, ucapan dan diamnya Rasul kita yang selanjutnya menjadi salah satu hukum bagi umat Islam. Jadi wajar jika sangat banyak hadits yang belum saya (yang sibuk dengan urusn duniawi ini) ketahui. Apalagi Rasulullah dan para sahabat utama sangat produktif, terbukti dengan hanya 23 tahun (kurang dari 5 Repelita-nya Orba) bangsa Arab jahiliyah berubah menjadi bangsa beradab dengan panduan Islam. Menjadi bangsa yang beradab meskipun tetap dinamis dengan berbagai pemikiran yang tidak dilarang untuk tidak seragam.
 
Pada topik kita kali inipun, ternyata sangat banyak dalil -dan tidak terlalu sederhana untuk sampai pada kesimpulan bahwa ini haram atau mubah, bid'ah atau sunnah.
 
Sama tidak sederhananya dengan memahami toleransi "menggunakan kekerasan yang haram untuk merebut kekuasaan asal setelah itu masyarakat jadi lebih baik."
 
Juga tidak sederhana memahami "boleh membelot dari kekhalifahan, asal setelah itu bisa menjadi masyarakat yang lebih baik."
 
Sehingga kalau dua hal diatas jawabnya bisa menjadi boleh kenapa kita masih sulit memahami mereka yang berpendapat "boleh berdemonstrasi, demi kebaikan negeri ini."?  
 
Maka yang diperlukan adalah sharing pendapat. Kalau ada yang keberatan jangan divonis sebagai jahil, bid'ah, kufur, mengagungkan akal dan lain-lain. Untuk orang yang mengagungkan ilmu, jelaskan dengan ilmu. Untuk orang  yang mengagungkan akal, jelaskan dengan akal. Bukankan Al Quran mengajarkan kita berdakwah menggunakan 'bahasa' kaum kita. Bukankan Rasulullah tidak mengatakan "Bodoh kamu!" kepada seorang Arab Badui yang kencing di masjid?
 
Sekali lagi. Alhamdulillah, Allah Al 'Alim telah memberi Ilmu yang banyak hari ini kepada saya.
 
Wassalam,
Choirul     
 
 
----- Original Message -----
From: Irwan
Sent: Monday, November 13, 2006 5:50 PM
Subject: Re: [ FUPM-EJIP ] Demonstrasi

Assalaamu'alaikum wr.wb.
Afwan ana cuma ikut nimbrung meskipun dengan segala keterbatasan. Ana cuma berusaha berpikir sederhana saja dan tidak ingin melakukan pembenaran atas pendapat pribadi dan jama'ah sehingga melupakan misi kita sebagai bagian dari umat yang besar ini yang setiap individu bertanggung jawab menyelamatkan umat dari kedzholiman. Menanggapi komentar akh cucun, tidak perlu buru-buru memastikan bahwa akal tidak boleh dominan dalam menetapkan istimbath hukum.
1.Rosululloh sendiri dalam siroh menentang penguasa yang dzolim sehingga beliau Hijrah ke madinah dan mendirikan negara. Sehingga Ittiba' ke pada Rosul dan  manhajnya lebih utama dibanding pendapat sahabat dan ulama salaf, apalagi orang yang baru belajar Islam dan belum mengerti secara utuh tentang keIslamannya. Artinya, karena khilafah belum terbentuk setelah hancurnya khilafah terakhir akibat kedzoliman kau kafir dan orang yang mengaku muslim sebagai antek2x mereka maka wajib kita memperjuangkan khilafah kembali  dan menentang semua kedzoliman yang ada dengan segala kemampuan yang kita miliki.
2.Dalam perang melawan kafir, Rosululloh pernah di tanyakan oleh Umar Ra apakah pendapat beliau dalam strategi perang apakah wahyu atau Ro'yu (pendapat pribadi) yang dijawab oleh Rosullulloh bahwa itu adalah Ro'yu. Maka Umar RA pun memberikan pendapatnya  yang kemudian diterima oleh Rosulloh dan para jama'ah. Artinya kedudukan akal juga penting untuk memastikan berjalannya hukum Alloh SWT dan syiar dien ini. Alhamdulillah kita dapat berda'wah dan hidup dengan aneka macam media elektronik  (TV,CD,tape recorder, mobil, motor, adzan dengan speaker, komputer dan lain sebagainya) sebagai hasil dari akal yang pada jaman Rosululloh dan sahabat belum ada.
3. Ana tidak akan membiarkan pembunuhan dan aniaya tanpa syar'i atas saudara-saudra seiman akibat kedzoliman penguasa hatta penguasa itu seorang muslim. Ingat saat Umar RA menjadi kholifah beliau menghukum  Gubernur Syam (PENGUASA) karena kedzolimannnya terhadap rakyat kecil.
 
Sebenarnya masih ada lagi, tapi capek juga nih, Afwan ya segitu dulu deh. Yang benar pasti dari Alloh dan kalo ada yang salah dari ana dan ada yang tidak berkenan atas tulisan ana, maka ana minta maaf dan istighfar.
 
Wasslaam,
Irwan
-----Original Message-----
From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED]On Behalf Of Cucun Wahyudi
Sent: Tuesday, November 14, 2006 8:03 AM
To: Forum Ukhuwah Pekerja Muslim di Kawasan EJIP
Subject: Re: [ FUPM-EJIP ] Demonstrasi

Assalamu'alaykum warahmtullah wa barokatuh
 
Alhamdulillah
 

Yang pertama:

Untuk yang ingin menonjolkan Akal dalam beragama:

 

Ali bin Abi Tholib berkata:

"Kalaulah agama itu dengan akal, maka bagian bawah khuf (semacam sepatu) lebih utama utk dibersihkan, tetapi aku melihat rosululloh mengusap bagian atasnya"

[Abu Daud, Baihaqi, Ahmad dll]

 

Demikian pula perumpamaan bila kita (maaf) kentut, maka kita cukup berwudhu dan tidak perlu istinja'. padahal menurut akal maka tentu yang utama adalah membasuh tempat keluarnya kentut.

 

Yang Kedua:

Yang berkaitan Pemilu dan demokrasi 

 

mbok yo jangan buru-buru menyalahkan suatu pendapat yang antum belum tahu dasar dan dalil-dalilnya.

 

Silakan membaca sejarah Islam. silakan membaca sejarah berdirinya khilafah Umawiyyah, Abbasiyyah, Utsmaniyyah. Ketiga dinasti (baca: khilafah) islam ini dimulai dengan kesalahan, yaitu menentang dan melawan khalifah yang sah. Khilafah Umawiyyah dimulai dari perlawanan sahabat Mufawiyyah terhadap khalifah yang sah yaitu sahabat Ali Bin Abi Thalib, dan setelah melalui berbagai kejadian sejarah, akhirnya terjadilah penyerahan kekuasaan oleh sahabat Hasan bin Ali bin Abi Thalib kepada sahabat Mufawiyyah. Khilafah Abbasiyyah dimulai dari pemberontakan besar-besaran yang dilakukan oleh Bani Abbasiyyah melawan khilafah yang sah, yaitu khilafah Bani Umawiyyah, dan akibat pemberontakan ini tertumpahlah ratusan ribu jiwa umat islam. Begitu juga halnya dengan khilafah Utsmaniyyah.

 

Walau proses perebutan kekuasaan ini telah disepakati oleh ulama sebagai tindakan yang diharamkan, dan pelakunya berdosa karenanya, akan tetapi bila kekuasaan berhasil direbut, dan para pemberontak berhasil menata kekhilafahan sehingga terciptalah stabilitas keamanan, kekuatan, perekonomian dll, maka umat islam semenjak dahulu telah sepakat untuk mengakui khalifah hasil pemberontakan tersebut. Jadi bisa jadi metode perebutan kekuasaan diharamkan, akan tetapi bila telah berhasil direbut dan yang merebutnya memiliki kemampuan untuk menjalankan khilafah, maka umat islam seluruhnya diwajibkan untuk mengakui khalifah tersebut, dan khalifah tersebut menjadi khalifah yang sah dan wajib ditaati. Oleh karena itu tidak pernah ada seorang ulamaf-pun yang menyatakan bahwa khilafah Abbasiyah tidak sah, dan wajib digulingkan, walaupun semua orang tahu bahwa mereka dapat sampai kepada kekuasaan/khilafah dengan cara yang diharamkan. Bukankah demikian sejarahnya...?

 

Oleh karena itu kami juga berkata: Pemilu dan demokrasi adalah haram dan bukan ajaran islam, akan tetapi ajaran orang-orang kafir, akan tetapi bila dari pemilu ada seorang yang berhasil menjadi pemimpin, maka kami akan mengakuinya dan taat kepadanya dan menentang setiap upaya pemberontakan kepadanya, kecuali bila pemimpin tersebut melakukan kekufuran yang nyata-nyata kufur dan tidak ada lagi keraguan padanya, dan umat islam memiliki kekuatan untuk menggantinya, tanpa mengakibatkan pertumpahan darah yang lebih berat dibanding berada di bawah kekuasaannya, maka kita akan katakan boleh untuk menggantinya dengan paksa. Inilah metode berpikir Ahlusunnah yang penuh dengan hikmah dan senantiasa mementingkan kepentingan umat dibanding kepentingan pribadi.

 

Dari sedikit uraian di atas, jelaslah bahwa khilafah/kekuasaan bukanlah tujuan utama yang harus ditegakkan. Akan tetapi khilafah adalah sarana untuk menegakkan hukum Alloh. Jadi bila upaya menegakkan khilafah dengan jalur kekuatan hanya akan menimbulkan kerusakan, dan pertumpahan darah yang tiada hentinya, maka apalah artinya. Karena khilafah ada di antara tujuannya adalah guna melindungi jiwa dan agama umat islam.

 

Oleh karena itu silakan kembali membaca dan merenungi kisah negosiasi yang dilakukan oleh eUtbah bin Rabifah kepada Rasulullah shalallahu ealaihi wa sallam pada e-mail terdahulu. Walau demikian saya katakan menurut sunnatullah, hukum-hukum Alloh tidak akan dapat ditegakkan dengan sempurna tanpa adanya khilafah yang islamiah. (.....Di nukil dari tulisan : Ustadz Muhammad Arifin Badri, M.A.....)

 

Yang Ketiga:

Untuk Akhuna Eko, silakan ulangi membaca artikel

 

"Hubungan Antara Rakyat dan Penguasa serta Batasan-batasan Syar'i"
Oleh
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz

 

dan juga email dari Akhuna Deny Murdhani yang berjudul "Sikap Kepada Penguasa Yang Dhalim"

 

Wallohu aflam bisshawab.

cucun

 

********************************************************
Mailing List FUPM-EJIP ~ Milistnya Pekerja Muslim dan DKM Di kawasan EJIP
********************************************************
Ingin berpartisipasi dalam da'wah Islam ? Kunjungi situs SAMARADA :
http://www.usahamulia.net

Untuk bergabung dalam Milist ini kirim e-mail ke :
[EMAIL PROTECTED]

********************************************************

Kirim email ke