Ketika orang pinter ahli politik si herdi ini bilang purchasing power, orang yg 
ngerti ekonomi jelas akan mempertanyakan kenapa? Biasanya ukuran yg dipakai 
adalah PPP yg dikaitkan dgn GDP. GDP Indonesia itu naik terus. Gak aneh naik 
itu krn ketika mengikuti jalan kapitalisme terutama globalisasi ekonomi, mau 
tidak mau ekonomi Indonesia akan dipengaruhi oleh pergerakan ekonomi dunia. 

 

Contoh mudahnya. Dulu di Indonesia orang2 pergi kepasar tradisional belanja 
kebutuhan sehari2. Harga yg terjadi dipasar ini, biasanya menurut kemampuan 
penjual dan pembeli. Artinya penjual tidak bisa menjual terlalu mahal kalau 
pembeli tidak punya duit. Jadi profit itu terbatas. Lalu masuk retailer yang 
dari gede seperti hypermart, K circle, family mart, Walmart, lotte, k mart, 
carefour dll sampai dengan yg kecil2 seperti indomaret yg sudah masuk sampai 
kedaerah2 terpencil. Bayangkan sampai cidaun yg begitu ujung ada mart mart ini. 
harga yg ditentukan oleh retailer ini bukan berdasarkan kebutuhan dan terutama 
daya beli/pendapatan rakyat, melainkan ditentukan oleh bisnis. Pricing dalam 
bisnis itu kompleks dan tidak ditentukan oleh siapa yg mampu beli. Pricing 
dalam bisnis ditentukan dengan motif cari untung. Bisnis tidak pusing kalau 
pembeli tidak mampu beli. Bisnis punya target market yg mereka tuju.

 

Dipasar tradisional bisa terjadi kalau pembeli tidak ada duit, beli barang bisa 
hutang atau dibayar dengan barang lain alias barter. Tradisi dan praktek 
seperti ini tidak bisa terjadi dalam retailers mart mart modern itu.

 

Mart mart ini menggerakkan ekonomi. Harga2 naik. GDP naik. Purchasing power 
juga spontan naik. Inilah namanya pertumbuhan ekonomi. Totalnya diukur dalam 
GDP.

 

Persoalannya yg menjadi rumit itu adalah sebagian rakyat yg tidak kebagian. 
Misalnya mereka yg tidak punya tanah atau pekerjaan kebingungan krn harga 
naik/inflasi. Inflasi ini positif artinya ada pertumbuhan ekonomi. Celakanya 
kalau gak ada pemasukan ya gigit jari. Bagi mereka yg punya tanah ketawa 
walaupun tidak kerja. Harga tanahnya naik. Ini terjadi diseluruh Indonesia. 
Didaerah yg sangat remote dan terisolir pun sekarang tanah sudah ada harganya. 
Kalau dulu tidak aneh, orang2 tidak mau walaupun dikasih tanah. Kan dulu banyak 
orang hanya buka lahan dan gak pernah ada sertifikat. Sekarang tanah mesti ada 
sertifikat. Orang2 yg dulu buka2 tanah berbondong2 bikin sertifikat dan klaim 
tanah itu miliknya.

 

Ini semua contoh bagaimana pertumbuhan ekonomi itu terjadi.

 

Makanya saya bingung gimana si herdi ini bisa bilang daya beli turun? Rakyat yg 
mana?

Apakah dia hanya melihat rakyat dikampung XYZ dipedalaman irian jaya dimana 
proses ekonomi belum berjalan baik atau dia memperbandingkan dirinya sendiri 
krn daya beli nya menurun krn harga naik dan tidak dapet rezeki dari hasil 
korupsi? Saya kurang tahu. Tetapi kalau melihat daya beli rakyat suatu negara, 
ya ada indicator yg dipakai dan ada ilmunya. Ada ilmu ekonomi pun, masih banyak 
rahasia dan kelemahan yg belum terbuka. Hanya sayangnya si herdi ini hanya 
jualan kecap saja. ini repotnya diindonesia. Semua orang mengaku ahli tetapi 
isinya kurang. Persis ini yg dipertontonkan oleh jonathan dan ajeg yg asal 
cuap…..pake’ issue utk bashing orang lain yg tidak disukai. Kalau diajak 
diskusi, debat gak mampu. Kalau begini kan repot. 

Celakanya diindonesia itu yg model beginian banyak. Rata2 begitu. Lihat saja 
sampai ke politikus yg menjalankan negara. Bayangkan susahnya ada orang yg 
pengin melihat Indonesia maju!!!!

 

Nesare

 

 

From: GELORA45@yahoogroups.com [mailto:GELORA45@yahoogroups.com] 
Sent: Thursday, October 20, 2016 3:17 PM
To: GELORA_In <GELORA45@yahoogroups.com>; NESARE <nesa...@yahoo.com>
Subject: Re: [GELORA45] Buah dua tahun Jokowi-JK, rakyat semakin,rasional

 

  

BUng Nesare,  ditempat saja belajar dan bermukim ...... jika Kita membaca  
Ulasan dan Komentar ASBUN ( Asak Bunyi ..seperti Tong kosong kalau dipukul 
....) dari PARA " EXPERT "  seperti itu ...

biasaya Kita sebut SARJANA dari BATRE ( Battery)  alias TIDAK BISA DIANDALKAN 
..... karena yang sebentar bisa berfungsi....tapi kemudian  setelah 1-2 jam  
..... .  Daya Pikirnya semakin lama semakin melemah ..... ( Harus dibantu lagi 
oleh BATTRY yang baru2...)...ya REPOT.......



 

2016-10-20 17:13 GMT+02:00 nesa...@yahoo.com <mailto:nesa...@yahoo.com>  
[GELORA45] <GELORA45@yahoogroups.com <mailto:GELORA45@yahoogroups.com> >:

  

Pengamat politik dari Universitas Paramadina Herdi Sahrasad bilang: “selama dua 
tahun masa kepemimpinan Jokowi-JK, daya beli masyarakat menurun dan ekonomi 
melemah.” dan “Selama dua tahun ini ada penurunan daya beli masyarakat”.

Gimana ya si herdi ini tahu daya beli turun dan ekonomi melemah?

Bingung saya. Memang kalau sudah ahli ya bisa ngomong apa saja ya di Indonesia.

Yang bikin repot itu adalah orang2 seperti ini. asal ngomong. Ahli politik 
ngomongin ekonomi.

Celakanya banyak yg dengerin. Wah apalagi ada S3, S4, S5 tambah terpersona 
rakyat Indonesia.

Kasihan rakyat kecil.

 

Jadi memang gak salah kalau ada orang bilang: yang bikin celaka Indonesia itu 
adalah elit nya.

 

Makanya memang tidak heran rakyat Indonesia milih artis jadi 
wakilnya….terpersona dengan “kehebatan” nyanyi dan aktingnya. Begitu juga 
banyak yang terbuai dengan kehebatan para wakilnya karena pendidikan, duit, 
senjata, kekuasaan yang hebatttt2

 

Yang lain2 saya abaikan krn yang ekonomi ini agak unik:(

 

Nesare

 

 

From: GELORA45@yahoogroups.com <mailto:GELORA45@yahoogroups.com>  
[mailto:GELORA45@yahoogroups.com <mailto:GELORA45@yahoogroups.com> ] 
Sent: Thursday, October 20, 2016 10:44 AM
To: nasional-l...@yahoogroups.com <mailto:nasional-l...@yahoogroups.com> ; 
GELORA45@yahoogroups.com <mailto:GELORA45@yahoogroups.com> ; 
temu_er...@yahoogroups.com <mailto:temu_er...@yahoogroups.com> 
Subject: [GELORA45] Buah dua tahun Jokowi-JK, rakyat semakin,rasional [1 
Attachment]

 

  
http://www.antaranews.com/berita/591290/buah-dua-tahun-jokowi-jk-rakyat-semakin-rasional


Buah dua tahun Jokowi-JK, rakyat semakin 


rasional


Kamis, 20 Oktober 2016 16:20 WIB | 2.335 Views

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak



Presiden Joko Widodo didampingi Wakil Presiden Jusuf Kalla (kiri). (ANTARA 
FOTO/Widodo S. Jusuf) 

konsolidasi demokrasi makin baik di mana masyarakat lebih rasional 

Jakarta (ANTARA News) - Pengamat politik dari Universitas Paramadina Herdi 
Sahrasad mengatakan rasionalitas politik masyarakat dalam masa pemerintahan 
Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) yang memasuki 
dua tahun kepemimpinannya, makin meningkat.

"Saya melihat rasionalitas politik masa Jokowi-JK makin membaik meski ekonomi 
melambat," kata Herdi dalam diskusi "2 Tahun Kekuasaan Jokowi-JK: Apa Kabar?" 
di Jakarta, Kamis.

Dalam diskusi yang diadakan oleh Perkumpulan Gerakan Keadilan itu Herdi 
menuturkan, meski isu-isu suku, agama, ras dan antargolongan (SARA) menguak 
namun masyarakat tidak terhasut yang menunjukkan rakyat makin berpikir 
rasional. 

"Saat lihat konsolidasi demokrasi makin baik di mana masyarakat lebih rasional, 
meski perekonomian global dan ekonomi bangsa Indonesia menurun. Masyarakat 
lebih rasional, lebih bersikap tenang dan memahami keadaan," ujar Herdi.

Namun, menurut Herdi, selama dua tahun masa kepemimpinan Jokowi-JK, daya beli 
masyarakat menurun dan ekonomi melemah. 

"Selama dua tahun ini ada penurunan daya beli masyarakat, politik adem ayem, 
isu-isu yang bersifat SARA tetap terjaga," tuturnya.

Di tengah melemahnya daya beli ini, beban utang negara mencapai lebih Rp3.000 
triliun pada pemerintahan Jokowi-JK yang berusia dua tahun pada 20 Oktober 2016.

Menurutnya, Pemerintahan Jokowi-JK mempunyai pekerjaan besar mendongkrak 
pertumbuhan ekonomi dan mempercepat pembangunan untuk meningkatkan 
kesejahteraan masyarakat.

Herdi mengatakan pemerintah juha harus terus mereformasi hukum yang mencakup 
semua sektor kehidupan masyarakat. "Tanpa kepastian hukum maka akan sangat 
sulit sekali mencapai pertumbuhan ekonomi yang baik," ujarnya.

Dia juga mengharapkan pemerintahan Jokowi-JK segera mengatasi ketimpangan 
antara Jawa dan luar Jawa serta antargolongan yang makin tajam.

Dia mengkhawatirkan orang-orang berlomba masuk pemerintahan bukan untuk 
pengabdian namun demi mengejar kekuasaan dan kekayaan. "Hukum pasti akan lemah 
kalau terjadi pertarungan politik yang memperebutkan kekuasaan," kata dia.



Editor: Jafar M Sidik

COPYRIGHT © ANTARA 2016

 

 

 

 

 

 



Kirim email ke