res : Berita agak alama tetapi pertanyaan tetap aktual!

http://www.nu.or.id/post/read/72693/mempertanyakan-media-islam-yang-menyebarkan-marah

Mempertanyakan Media "Islam" yang Menyebarkan Marah

Ahad, 06 November 2016 06:02 
Bagikan   

Oleh Gatot Arifianto
Islam berasal dari kata as-silmu (damai), aslama (menyerahkan diri/pasrah), 
istalama mustaslima(penyerahan total kepada Allah), saliimun salim (bersih dan 
suci), dan salamun (selamat). Agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW 
ini terbukti mampu membawa masyarakat kegelapan menuju dunia baru, yang terang 
serta melampaui zaman.

Apakah yang tidak tepat dalam Al-Quran sebagai kitab suci, petunjuk, tuntunan? 
Alam semesta telah dibahas dalam QS Al-Anbiya ayat 30. Bahkan dermatoglyphics 
alias studi ilmiah sidik jari yang ngetren beberapa tahun ini dengan tegas 
telah dinyatakan dalam QS Al-Qiyaamah ayat 3-4. Termasuk bagaimana ketentuan 
lisan hingga berita yang baik telah ditegaskan dalam QS Al-Hujurat ayat 6.

Sudahkah ayat tersebut dipahami? Pertanyaan ini layak disodorkan ketika 
sejumlah media yang mengaku Islam justru tidak menunjukkan bagaimana Islam 
dengan membuat dan menyebarkan berita-berita bombastis, propaganda, benci, dan 
acapkali tanpa verifikasi.

Pasca-Aksi Bela Islam Jilid II di Jakarta, Jumat 4 November 216, sejumlah media 
massa nasional menulis berita di mana M Arifin Ilham tertembak. Lalu sejumlah 
media yang mengaku bernafaskan Islam memuat berita berjudul Astaghfirullah, 
Ustadz Arifin Ilham Dikabarkan Tertembak, Begini Keadaannya Sekarang. Berita 
propaganda dan dusta lain berjudul Darah telah Tertumpah, Ust. Arifin Ilham 
Tertembak.

Di negeri dengan pemahaman teks yang tidak terlampau bagus, hal tersebut 
akhirnya menjadi konsumsi publik, viral yang fatal. Bahkan serombongan peserta 
aksi dari Lampung yang pagi ini, Sabtu (5/11) sampai di museum Lampung setelah 
kemarin turut membela Al-Quran di Jakarta, dengan tanpa dosa mengabarkan M 
Arifin Ilham tertembak kepada masyarakat. Padahal?

Pengasuh Majelis Az-Zikra itu membantah kabar dirinya tertembak. Menurut dia, 
gambar dirinya yang beredar itu tersingkap baju bukan terkena peluru. 
Berbanding terbalik dengan pernyataan media yang mengaku bernafas Islam dan 
para rombongan peserta aksi dari Lampung.

Karena itu, selain pertanyaan sejauhmana pemahaman terhadap QS Al-Hujurat ayat 
6, pertanyaan lain harus disodorkan ialah pemahaman terhadap QS An-Nur ayat 15: 
"(Ingatlah) di waktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan 
kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga dan kamu 
menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah adalah besar."

"Dengan menyebar berita bohong, itu sama saja menuntut penistaan Al-Quran 
dengan menistakan Al-Quran," ujar aktivis Keluarga Mahasiwa Nahdlatul Ulama 
(KMNU) Universitas Lampung M Nurhidayat Rosihun setelah merampungkan satu surat 
pendek pada kegiatan sema'an Al-Quran rutin di Sekretariat Himpunan Pengusaha 
Santri (HIPSI) Lampung.

Jika pengertian Islam menurut Al-Quran mengandung pesan, agar pemeluknya cinta 
damai, pasrah kepada ketentuan Allah SWT, bersih dan suci dari perbuatan nista, 
serta dijamin selamat dunia-akhirat jika melaksanakan risalah Islam. Kenapa 
perilaku tidak terpuji yang bertentangan dengan Islam masih juga ada?

Media massa yang mengaku bernafas Islam justru banyak menyebarkan amarah, 
provokasi, termasuk kita yang seringkali share dan forward informasi sampah 
melalui media sosial. Semua itu malah mengesankan Islam yang datang ke 
Indonesia dengan damai, merangkul bukan memukul, dan bukan sehari dua hari, 
adalah agama yang dianut mendadak karena tidak dipahami penganutnya sendiri.

Pepatah menyatakan, kebohongan satu akan ditutupi dengan kebohongan lain. Dalam 
sejumlah media online yang mengaku bernafas Islam tapi tidak sejalan dengan 
semangat Islam, hal tersebut seolah menjadi tuntunan. Produksi berita 
propaganda yang merekayasa fakta demi tujuan manipulasi hingga fitnah seolah 
tiada henti mereka unggah untuk disebarluaskan. Kenapa memilih gagal ketimbang 
gemilang memahami Islam dan Al-Quran?

Hanya keledai yang jatuh ke lubang yang sama dua kali, kata pepatah lain. Umat 
Islam bisa memosisikan diri dengan cerdas. Share dan forward berita tidak 
mashlahat dengan trengginas atau menimbang manfaatnya terlebih dahulu.

Umat Islam yang baik, ujar Habib Ali Zaenal Abidin Al-Hamid,  adalah yang 
meninggalkan yang tidak ada manfaatnya. Jaga tangan dan jari ketika menulis di 
Facebook dan media sosial lainnya. Fitnah seseorang bisa datang dari ujung 
jari. Jika dulunya fitnah menyebar dari lisan, kini fitnah lebih cepat menyebar 
dari media sosial.

An-Nuur ayat 11 juga telah menegaskan, "Sesungguhnya orang-orang yang membawa 
berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa 
berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap 
seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Siapa di 
antara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita 
bohong itu baginya azab yang besar."

Perlukah mengatasnamakan Islam jika hanya untuk mengobarkan dusta hingga 
amarah? Perlukah meneriakkan Islam jika tak memahami Islam? Tidakkah Islam 
sudah meriah dan memiliki muruah dengan segala ajarannya yang lempang? 
Bagaimana tidak menyimpang itulah esensi tugas kita sebagai penganutnya.


*) Penulis adalah Founder Hijamah Sambil Beramal (Halal). Ia bergiat di GP 
Ansor, Gusdurian, Aliansi Jurnalis Independen (AJI), The Society of Indonesian 
Environmental Journalists (SIEJ), Jaringan Islam Anti Diskriminasi dan program 
filantropi edukasi Bimbingan Belajar Pasca Ujian Nasional (BPUN).

Kirim email ke