·         News
 

·         Nasional“Pendoedoek Tionghoa Membantoe Kita...”
Senin, 30 Januari 2017 | 07:04 WIB

KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTAPengendara melintasi mural bergambar Bung Tomo di 
Kecamatan Waru, Sidoarjo, Jawa Timur, Selasa (3/11/15). Bung Tomo menjadi ikon 
perlawanan arek-arek Suroboyo dalam pertempuran 10 Nomber 1945 yang kemudian 
dikenang sebagai Hari Pahlawan.

KOMPAS.com – “Rakjat Tionghoa poen insjaf akan hal ini. Dengan bekerdja 
bersama, bahoe-membahoe dengan bangsa Indonesia, rakjat Tionghoa toeroet 
berdjoeang di Soerabaja oentoek Indonesia Merdeka”.

Demikian tertulis dalam salah satu halaman Harian Merdeka edisi 17 Februari 
1946.

Sang penulis menggambarkan gigihnya warga Tionghoa dalam menegakan kedaulatan 
Indonesia sebagai negara merdeka.

Artikel yang dibuat dalam rangka memperingati peristiwa pertempuran 10 November 
1945 itu, diberi judul, “Pendoedoek Tionghoa Membantoe Kita”.

***

Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya merupakan simbol Indonesia sebagai 
sebuah negara melawan kolonialisme.

Diawali dari kekalahan Jepang dari sekutu dengan pemboman Hiroshima dan 
Nagasaki 6 Agustus 1945, terjadi kekosongan kekuasaan di Tanah Air.

Hal ini dimanfaatkan rakyat bangkit mengusir para penjajah. Berhasil, Soekarno 
pun memproklamirkan kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 melalui 
pengibaran bendera merah putih di Jakarta.

(Baca: Budaya Tionghoa di Jakarta dan Cerita Gedung Candra Naya)

Dari mulut ke mulut, surat kabar, selebaran hingga sinyal radio, kabar 
kemerdekaan merambat cepat ke daerah.

Rakyat kian bersemangat mengusir penjajah dari tanah air. Pertempuran rakyat 
dengan sisa-sisa tentara Jepang terjadi di mana-mana. Termasuk di Surabaya yang 
saat itu bernama Soerabaja.

Menyerbu ke gelanggang pertempuran

Tangal 25 Oktober 1945, tentara Inggris mendarat di Surabaya. Tujuannya dua, 
melucuti tentara Jepang dan mengembalikan administrasi Indonesia kepada 
pemerintahan Hindia Belanda atau NICA (Netherlands Indies Civil Administration).

Lagi, pertempuran tidak terelakan. Dikutip dari buku yang ditulis Iwan Santosa 
berjudul “Tionghoa dalam Sejarah Kemiliteran”, penduduk Tionghoa di Surabaya 
langsung membentuk Tentara Keamanan Rakyat Chungking (Republik Tiongkok).

“Mereka menyerbu ke gelanggang pertempuran,” tulis Iwan.

Beberapa pemuda Tionghoa membentuk Angkatan Muda Tionghoa (AMT). Mereka 
bergabung langsung ke Barisan Pemberontak Rakyat Indonesia (BPRI) pimpinan Bung 
Tomo.

Beberapa di antaranya adalah Giam Hian Tjong dan Auwyang Tjoe Tek. Auwyang Tjoe 
Tek merupakan ahli proyektil (amunisi dan peledak).

Ia mendapatkan kemampuan itu saat ikut berperang di Tiongkok melawan Jepang. 
Harian Merdeka memuji betapa rapat tali persaudaraan antara putra-putri 
Indonesia dengan warga Tionghoa.

Harian Merdeka mencantumkan empat foto yang menggambarkan kedekatan itu. Satu 
di antaranya adalah foto pejuang pribumi sedang berbagi api rokok dengan warga 
Tionghoa yang turut berperang.

Namun, pihak Indonesia kehilangan banyak nyawa. Kantor berita Reuters hari itu 
melansir berita, ribuan orang Indonesia menjadi korban agresi militer sekutu.

Anak-anak dan perempuan turut menjadi korban. Warga Tionghoa termasuk di 
dalamnya.

Diperkirakan, 1.000 orang Tionghoa tewas dan 5.000 lainnya luka-luka akibat 
perang. Angka ini belum termasuk pejuang pribumi.

Sementara, catatan resmi Inggris dalam ‘Kronik Revolusi Indonesia’ karya 
Pramoedya Ananta Toer menyebut, jumlah penduduk yang tewas mencapi 6.315 orang,

Palang Biru 

Tercatat pula Barisan Palang Merah Tionghoa di Surabaya dengan giat memberikan 
pertolongan kepada korban perang.

Siauw Giok Tjhan dalam ‘Renungan Seorang Patriot Indonesia’ mencatat, selain 
maju ke medan perang, Angkatan Muda Tionghoa juga mendukung kemerdekaan RI 
dengan mendirikan Palang Biru.

Mereka terlibat membantu korban perang dalam setiap pertempuran di Soerabaja. 
“Baik AMT atau Palang Biru mendapatkan tugas memasok ransum bagi para pemuda di 
garis depan,” tulis Iwan.

Majalah terbitan Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) edisi 9 
Desember 2001 pernah menulis pertolongan medis warga Tionghoa dalam pertempuran 
10 November 1945 adalah dengan membuka 10 pos dan 11 dokter berikut 600 
paramedis.

Anggota Palang Biru bertugas mengangkut korban pertempuran Surabaya ke garis 
belakang di Mojokerto.

Saat itu, Mojokerto dikuasai penuh oleh Indonesia. Mereka dipercaya mengatur 
pemberangkatan kereta api Palang Merah yang berangkat dari Stasiun Gubeng, 
Surabaya.

(Baca: Hari Tanoe dan Tokoh Tionghoa Bicarakan Kontribusi untuk Indonesia)

Pernah dalam sebuah peristiwa, kereta api yang sudah ditandai palang merah di 
atapnya tetap ditembaki tentara Inggris.

Pertempuran berakhir tanggal 28 November 1945 di Gunung Sari. Pertempuran 
Surabaya adalah pertempuran terakhir yang dihadapi militer Inggris semasa 
Perang Dunia II.

Inggris sendiri kehilangan dua jenderal dalam pertempuran Soerabaja, yakni 
Brigadir Jenderal Aubertin Walther Sothern Mallaby dan Brigadir Jenderal Robert 
Guy Loder Symonds.

Siauw Giok Tjhan mencatat, sejumlah pemuda Tionghoa mendapatkan lencana 
‘Bintang Gerilya’ dari pemerintah sebagai tanda terima kasih negara terhadap 
jasa-jasanya terlibat di dalam agresi militer I dan II, perang kemerdekaan.

Ikuti perkembangan berita ini dalam topik:
·         Imlek 2017
      Penulis
     : Fabian Januarius Kuwado
     
      Editor
     : Krisiandi
     


  • [GELORA45] “Pendoedoek T... 'Chan CT' sa...@netvigator.com [GELORA45]
    • Re: [GELORA45] “Pen... Tatiana Lukman jetaimemuc...@yahoo.com [GELORA45]
      • Re: [GELORA45] ... Hsin Hui Lin ehh...@gmail.com [GELORA45]
        • Re: [GELORA... 'Chan CT' sa...@netvigator.com [GELORA45]
          • Trs: [G... Chalik Hamid chalik.ha...@yahoo.co.id [GELORA45]
          • Re: [GE... 'Lusi D.' lus...@rantar.de [GELORA45]
            • Re... 'Chan CT' sa...@netvigator.com [GELORA45]
              • ... Hsin Hui Lin ehh...@gmail.com [GELORA45]
              • ... 'Lusi D.' lus...@rantar.de [GELORA45]
                • ... 'Chan CT' sa...@netvigator.com [GELORA45]
                • ... nesa...@yahoo.com [GELORA45]

Kirim email ke