Ocehan asbun orang remo pengikut kapitalis sejati Deng Xiaoping yang tak pernah bisa menjawab argumentasi semua orang yang telah membelejeti penipuan 'sosialisme dengan ciri Tkk". Banyak sekali pertanyaan pokok yang tak pernah ditanggapi.
On Sunday, February 5, 2017 5:27 AM, "'Chan CT' sa...@netvigator.com [GELORA45]" <GELORA45@yahoogroups.com> wrote: BETUUUL bung Lin! Nenek dalam tempurung yang satu ini mulutnya saja berteriak kiri, hakekatnya KANAN dan bahkan rasis! Begitu BENCI dan anti Tiongkok, segala yang berbau Tionghoa juga di HINA, di HUJAT seenak udelnya, ... sudah TIDAK WARAS! From: Hsin Hui Lin ehh...@gmail.com [GELORA45] Sent: Sunday, February 5, 2017 2:33 AMTo: Tatiana Lukman ; GELORA45@yahoogroups.com Subject: Re: [GELORA45] “Pendoedoek Tionghoa Membantoe Kita...” That Stack High In Transit yg sok progressif kiri ternyata Racist....Suharto yg membantai.ratusan juta rakyat.Indonesia apakah juga chin. Lin On Jan 30, 2017 5:20 PM, "Tatiana Lukman jetaimemuc...@yahoo.com [GELORA45]" <GELORA45@yahoogroups.com> wrote: Kenapa kamu nggak pakai istilah 'china'??? artinya sebetulnya sama, bukan? karena sama-sama sipit dan berkulit kuning. Dengan demikian kamu menyesuaikan dengan keadaan aktuil...Kan jaman sudah berubah...jadi harus disesuaikan dengan kenyataan sekarang, bukan? On Monday, January 30, 2017 9:22 AM, "'Chan CT' sa...@netvigator.com [GELORA45]" <GELORA45@yahoogroups.com> wrote: · News · Nasional “Pendoedoek Tionghoa Membantoe Kita...” Senin, 30 Januari 2017 | 07:04 WIB KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTAPengendara melintasi mural bergambar Bung Tomo di Kecamatan Waru, Sidoarjo, Jawa Timur, Selasa (3/11/15). Bung Tomo menjadi ikon perlawanan arek-arek Suroboyo dalam pertempuran 10 Nomber 1945 yang kemudian dikenang sebagai Hari Pahlawan. KOMPAS.com – “Rakjat Tionghoa poen insjaf akan hal ini. Dengan bekerdja bersama, bahoe-membahoe dengan bangsa Indonesia, rakjat Tionghoa toeroet berdjoeang di Soerabaja oentoek Indonesia Merdeka”. Demikian tertulis dalam salah satu halaman Harian Merdeka edisi 17 Februari 1946. Sang penulis menggambarkan gigihnya warga Tionghoa dalam menegakan kedaulatan Indonesia sebagai negara merdeka. Artikel yang dibuat dalam rangka memperingati peristiwa pertempuran 10 November 1945 itu, diberi judul, “Pendoedoek Tionghoa Membantoe Kita”. *** Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya merupakan simbol Indonesia sebagai sebuah negara melawan kolonialisme. Diawali dari kekalahan Jepang dari sekutu dengan pemboman Hiroshima dan Nagasaki 6 Agustus 1945, terjadi kekosongan kekuasaan di Tanah Air. Hal ini dimanfaatkan rakyat bangkit mengusir para penjajah. Berhasil, Soekarno pun memproklamirkan kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 melalui pengibaran bendera merah putih di Jakarta. (Baca: Budaya Tionghoa di Jakarta dan Cerita Gedung Candra Naya) Dari mulut ke mulut, surat kabar, selebaran hingga sinyal radio, kabar kemerdekaan merambat cepat ke daerah. Rakyat kian bersemangat mengusir penjajah dari tanah air. Pertempuran rakyat dengan sisa-sisa tentara Jepang terjadi di mana-mana. Termasuk di Surabaya yang saat itu bernama Soerabaja. Menyerbu ke gelanggang pertempuran Tangal 25 Oktober 1945, tentara Inggris mendarat di Surabaya. Tujuannya dua, melucuti tentara Jepang dan mengembalikan administrasi Indonesia kepada pemerintahan Hindia Belanda atau NICA (Netherlands Indies Civil Administration). Lagi, pertempuran tidak terelakan. Dikutip dari buku yang ditulis Iwan Santosa berjudul “Tionghoa dalam Sejarah Kemiliteran”, penduduk Tionghoa di Surabaya langsung membentuk Tentara Keamanan Rakyat Chungking (Republik Tiongkok). “Mereka menyerbu ke gelanggang pertempuran,” tulis Iwan. Beberapa pemuda Tionghoa membentuk Angkatan Muda Tionghoa (AMT). Mereka bergabung langsung ke Barisan Pemberontak Rakyat Indonesia (BPRI) pimpinan Bung Tomo. Beberapa di antaranya adalah Giam Hian Tjong dan Auwyang Tjoe Tek. Auwyang Tjoe Tek merupakan ahli proyektil (amunisi dan peledak). Ia mendapatkan kemampuan itu saat ikut berperang di Tiongkok melawan Jepang. Harian Merdeka memuji betapa rapat tali persaudaraan antara putra-putri Indonesia dengan warga Tionghoa. Harian Merdeka mencantumkan empat foto yang menggambarkan kedekatan itu. Satu di antaranya adalah foto pejuang pribumi sedang berbagi api rokok dengan warga Tionghoa yang turut berperang. Namun, pihak Indonesia kehilangan banyak nyawa. Kantor berita Reuters hari itu melansir berita, ribuan orang Indonesia menjadi korban agresi militer sekutu. Anak-anak dan perempuan turut menjadi korban. Warga Tionghoa termasuk di dalamnya. Diperkirakan, 1.000 orang Tionghoa tewas dan 5.000 lainnya luka-luka akibat perang. Angka ini belum termasuk pejuang pribumi. Sementara, catatan resmi Inggris dalam ‘Kronik Revolusi Indonesia’ karya Pramoedya Ananta Toer menyebut, jumlah penduduk yang tewas mencapi 6.315 orang, Palang Biru Tercatat pula Barisan Palang Merah Tionghoa di Surabaya dengan giat memberikan pertolongan kepada korban perang. Siauw Giok Tjhan dalam ‘Renungan Seorang Patriot Indonesia’ mencatat, selain maju ke medan perang, Angkatan Muda Tionghoa juga mendukung kemerdekaan RI dengan mendirikan Palang Biru. Mereka terlibat membantu korban perang dalam setiap pertempuran di Soerabaja. “Baik AMT atau Palang Biru mendapatkan tugas memasok ransum bagi para pemuda di garis depan,” tulis Iwan. Majalah terbitan Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) edisi 9 Desember 2001 pernah menulis pertolongan medis warga Tionghoa dalam pertempuran 10 November 1945 adalah dengan membuka 10 pos dan 11 dokter berikut 600 paramedis. Anggota Palang Biru bertugas mengangkut korban pertempuran Surabaya ke garis belakang di Mojokerto. Saat itu, Mojokerto dikuasai penuh oleh Indonesia. Mereka dipercaya mengatur pemberangkatan kereta api Palang Merah yang berangkat dari Stasiun Gubeng, Surabaya. (Baca: Hari Tanoe dan Tokoh Tionghoa Bicarakan Kontribusi untuk Indonesia) Pernah dalam sebuah peristiwa, kereta api yang sudah ditandai palang merah di atapnya tetap ditembaki tentara Inggris. Pertempuran berakhir tanggal 28 November 1945 di Gunung Sari. Pertempuran Surabaya adalah pertempuran terakhir yang dihadapi militer Inggris semasa Perang Dunia II. Inggris sendiri kehilangan dua jenderal dalam pertempuran Soerabaja, yakni Brigadir Jenderal Aubertin Walther Sothern Mallaby dan Brigadir Jenderal Robert Guy Loder Symonds. Siauw Giok Tjhan mencatat, sejumlah pemuda Tionghoa mendapatkan lencana ‘Bintang Gerilya’ dari pemerintah sebagai tanda terima kasih negara terhadap jasa-jasanya terlibat di dalam agresi militer I dan II, perang kemerdekaan. Ikuti perkembangan berita ini dalam topik: · Imlek 2017 | Penulis | : Fabian Januarius Kuwado | | Editor | : Krisiandi | #yiv5850017744 #yiv5850017744 -- #yiv5850017744ygrp-mkp {border:1px solid #d8d8d8;font-family:Arial;margin:10px 0;padding:0 10px;}#yiv5850017744 #yiv5850017744ygrp-mkp hr {border:1px solid #d8d8d8;}#yiv5850017744 #yiv5850017744ygrp-mkp #yiv5850017744hd {color:#628c2a;font-size:85%;font-weight:700;line-height:122%;margin:10px 0;}#yiv5850017744 #yiv5850017744ygrp-mkp #yiv5850017744ads {margin-bottom:10px;}#yiv5850017744 #yiv5850017744ygrp-mkp .yiv5850017744ad {padding:0 0;}#yiv5850017744 #yiv5850017744ygrp-mkp .yiv5850017744ad p {margin:0;}#yiv5850017744 #yiv5850017744ygrp-mkp .yiv5850017744ad a {color:#0000ff;text-decoration:none;}#yiv5850017744 #yiv5850017744ygrp-sponsor #yiv5850017744ygrp-lc {font-family:Arial;}#yiv5850017744 #yiv5850017744ygrp-sponsor #yiv5850017744ygrp-lc #yiv5850017744hd {margin:10px 0px;font-weight:700;font-size:78%;line-height:122%;}#yiv5850017744 #yiv5850017744ygrp-sponsor #yiv5850017744ygrp-lc .yiv5850017744ad {margin-bottom:10px;padding:0 0;}#yiv5850017744 #yiv5850017744actions {font-family:Verdana;font-size:11px;padding:10px 0;}#yiv5850017744 #yiv5850017744activity {background-color:#e0ecee;float:left;font-family:Verdana;font-size:10px;padding:10px;}#yiv5850017744 #yiv5850017744activity span {font-weight:700;}#yiv5850017744 #yiv5850017744activity span:first-child {text-transform:uppercase;}#yiv5850017744 #yiv5850017744activity span a {color:#5085b6;text-decoration:none;}#yiv5850017744 #yiv5850017744activity span span {color:#ff7900;}#yiv5850017744 #yiv5850017744activity span .yiv5850017744underline {text-decoration:underline;}#yiv5850017744 .yiv5850017744attach {clear:both;display:table;font-family:Arial;font-size:12px;padding:10px 0;width:400px;}#yiv5850017744 .yiv5850017744attach div a {text-decoration:none;}#yiv5850017744 .yiv5850017744attach img {border:none;padding-right:5px;}#yiv5850017744 .yiv5850017744attach label {display:block;margin-bottom:5px;}#yiv5850017744 .yiv5850017744attach label a {text-decoration:none;}#yiv5850017744 blockquote {margin:0 0 0 4px;}#yiv5850017744 .yiv5850017744bold {font-family:Arial;font-size:13px;font-weight:700;}#yiv5850017744 .yiv5850017744bold a {text-decoration:none;}#yiv5850017744 dd.yiv5850017744last p a {font-family:Verdana;font-weight:700;}#yiv5850017744 dd.yiv5850017744last p span {margin-right:10px;font-family:Verdana;font-weight:700;}#yiv5850017744 dd.yiv5850017744last p span.yiv5850017744yshortcuts {margin-right:0;}#yiv5850017744 div.yiv5850017744attach-table div div a {text-decoration:none;}#yiv5850017744 div.yiv5850017744attach-table {width:400px;}#yiv5850017744 div.yiv5850017744file-title a, #yiv5850017744 div.yiv5850017744file-title a:active, #yiv5850017744 div.yiv5850017744file-title a:hover, #yiv5850017744 div.yiv5850017744file-title a:visited {text-decoration:none;}#yiv5850017744 div.yiv5850017744photo-title a, #yiv5850017744 div.yiv5850017744photo-title a:active, #yiv5850017744 div.yiv5850017744photo-title a:hover, #yiv5850017744 div.yiv5850017744photo-title a:visited {text-decoration:none;}#yiv5850017744 div#yiv5850017744ygrp-mlmsg #yiv5850017744ygrp-msg p a span.yiv5850017744yshortcuts {font-family:Verdana;font-size:10px;font-weight:normal;}#yiv5850017744 .yiv5850017744green {color:#628c2a;}#yiv5850017744 .yiv5850017744MsoNormal {margin:0 0 0 0;}#yiv5850017744 o {font-size:0;}#yiv5850017744 #yiv5850017744photos div {float:left;width:72px;}#yiv5850017744 #yiv5850017744photos div div {border:1px solid #666666;height:62px;overflow:hidden;width:62px;}#yiv5850017744 #yiv5850017744photos div label {color:#666666;font-size:10px;overflow:hidden;text-align:center;white-space:nowrap;width:64px;}#yiv5850017744 #yiv5850017744reco-category {font-size:77%;}#yiv5850017744 #yiv5850017744reco-desc {font-size:77%;}#yiv5850017744 .yiv5850017744replbq {margin:4px;}#yiv5850017744 #yiv5850017744ygrp-actbar div a:first-child {margin-right:2px;padding-right:5px;}#yiv5850017744 #yiv5850017744ygrp-mlmsg {font-size:13px;font-family:Arial, helvetica, clean, sans-serif;}#yiv5850017744 #yiv5850017744ygrp-mlmsg table {font-size:inherit;font:100%;}#yiv5850017744 #yiv5850017744ygrp-mlmsg select, #yiv5850017744 input, #yiv5850017744 textarea {font:99% Arial, Helvetica, clean, sans-serif;}#yiv5850017744 #yiv5850017744ygrp-mlmsg pre, #yiv5850017744 code {font:115% monospace;}#yiv5850017744 #yiv5850017744ygrp-mlmsg * {line-height:1.22em;}#yiv5850017744 #yiv5850017744ygrp-mlmsg #yiv5850017744logo {padding-bottom:10px;}#yiv5850017744 #yiv5850017744ygrp-msg p a {font-family:Verdana;}#yiv5850017744 #yiv5850017744ygrp-msg p#yiv5850017744attach-count span {color:#1E66AE;font-weight:700;}#yiv5850017744 #yiv5850017744ygrp-reco #yiv5850017744reco-head {color:#ff7900;font-weight:700;}#yiv5850017744 #yiv5850017744ygrp-reco {margin-bottom:20px;padding:0px;}#yiv5850017744 #yiv5850017744ygrp-sponsor #yiv5850017744ov li a {font-size:130%;text-decoration:none;}#yiv5850017744 #yiv5850017744ygrp-sponsor #yiv5850017744ov li {font-size:77%;list-style-type:square;padding:6px 0;}#yiv5850017744 #yiv5850017744ygrp-sponsor #yiv5850017744ov ul {margin:0;padding:0 0 0 8px;}#yiv5850017744 #yiv5850017744ygrp-text {font-family:Georgia;}#yiv5850017744 #yiv5850017744ygrp-text p {margin:0 0 1em 0;}#yiv5850017744 #yiv5850017744ygrp-text tt {font-size:120%;}#yiv5850017744 #yiv5850017744ygrp-vital ul li:last-child {border-right:none !important;}#yiv5850017744