Ada 2 hal yang saya lihat penting dari tulisan ini.

Pertama ketika penulis bilang masalah resources yang pindah dari minyak/timur 
tengah ke bio energy/asia tenggara, ini persis sama dengan pendapat panglima 
TNI gatot nurmantyo yang sering dikumandangkannya diberbagai kesempatan.

 

Kedua hanya saja jendral gatot tidak secara eksplit/terang2an bilang USA adalah 
bos dibelakang semua radikalisme Islam ini. berbeda dengan penulis tulisan ini 
terang2an bilang bos = USA mau mencengkram Asia dan Islam dipakai USA sebagai 
tameng.

 

Silahkan diteliti.

 

Nesare

 

 

From: GELORA45@yahoogroups.com [mailto:GELORA45@yahoogroups.com] 
Sent: Sunday, May 28, 2017 5:15 AM
To: Gelora45 <GELORA45@yahoogroups.com>
Subject: [GELORA45] 

 

  

Bahwa ISIS sampai bisa merebut suatu kota kecil di Filipina memang mengejutkan 
atau AB Filipina tidak punya kompetensi seperti yang diharapkan?.

RI harus segera menjaga perbatasan dengan Filipina karena besar kemungkinannya 
ISIS/Abu Sayyaf akan melarikan diri ke wilayah RI bila terdesak oleh AB 
Filipina.

Sampai hari ini koq Panglima ABRI belum terdengar melakukan mobilisasi?

Menteri Pertahanan Malaysia Hishamuddin sudah mengeluarkan perintah untuk 
mengamankan perbatasannya dengan Filipina dan Indonesia.

 

Berikut adalah copas dari media sosial yang beredar.

 

 

SLEEPERS CELL TERORIS DAN KEBOHONGAN-KEBOHONGAN AMERIKA

 

Dulu Filipina menyangkal keberadaan ISIS di negaranya. Saya menduga, Filipina 
saat itu sedang menolak campur tangan negara asing, terutama Amerika. Soalnya, 
Amerika ini suka berdagang demokrasi, kebebasan berpendapat, HAM, dan 
terorisme. Padahal Amerika, Saudi Arabia, Israel, adalah sponsor utama 
terorisme dunia. Mereka yang mendanai, menyuplai senjata, melatih pasukan 
teror, lalu mereka pula yang kemudian datang bak pahlawan kesiangan. Semua 
orang tahu siasat busuk ini, tapi tidak ada yang berani melawan. Termasuk 
organisasi boneka bernama PBB.

 

Kita ini hidup dalam dunia hipokrit itu. Orang-orang berteriak-teriak tentang 
HAM, tapi makan uang dari dalang terorisme itu juga. Orang-orang teriak-teriak 
anti Amerika dan Israel, tapi sesungguhnya boneka mereka juga.

 

Sekarang saat kota Marawi di Filipina jatuh ke tangan teroris, semua orang 
tercengang. ISIS dan pecahannya sudah lama hidup di Filipina, tapi kenapa baru 
sekarang menyerang secara masif dan kuat? Itu karena dulu belum ada perintah 
untuk menyerang dari Tuan Besar. Saat kerjasama militer Amerika dan Filipina 
diakhiri, saat Duterte dengan jelas berpaling ke Cina dan Rusia, itulah momen 
tepat untuk membangkitkan moster yang setengah sadar ini.

 

Politik global telah bergeser titik konfliknya. Dulu Timur Tengah sangat seksi 
untuk diperebutkan minyaknya. Sekarang, ketika minyak dunia menipis dan telah 
ditemukan jenis bahan bakar baru, orang-orang rakus ini mulai melirik Asia. 
Jumlah penduduk dunia terus bertambah, sementara sumber pangan terus berkurang. 
Afrika sudah diacak-acak terlebih dahulu. Peperangan terus berkobar di sana. 
Kini giliran Asia, lebih khusus lagi Asia Tenggara. Dan Indonesia punya 
segalanya.

 

Eskalasi konflik dengan Korea Utara hakikatnya juga hanya alasan untuk 
memperkuat cengkeraman Amerika di Asia. Penambahan ribuan pasukan AS di 
Australia juga untuk mendukung mobilisasi lebih cepat ke Asia Tenggara. Lebih 
khusus lagi, untuk menekan Indonesia jika terang-terangan berpaling dari 
Amerika. Sejak Soeharto, sampai SBY, negara ini dikendalikan kepentingan 
Amerika. Ketika Jokowi menunjukkan gelagat berbeda, mereka mulai mempersiapkan 
serangan.

 

Perang secara langsung mungkin akan sulit dilakukan. Bisa saja Amerika membuat 
tuduhan palsu seperti yang dilakukan terhadap Suriah, Irak, Libya, tapi itu 
perlu usaha ektra keras. Yang paling gampang dan paling murah adalah 
menggunakan jasa teroris. Inilah yang disebut perang proxy. Negara yang 
berkepentingan menggunakan tangan orang lain. Selanjutnya mereka akan datang 
dengan dua alasan yang sama-sama menguntungkan: menyerang teroris atas nama 
kedamaian dunia dan membantu teroris atas nama demokrasi.

 

Sejak lama para pemberontak di Indonesia dipelihara oleh mereka. Kekuatan 
gangguan mereka disesuaikan dengan kepentingan politik. Misalnya ketika 
Freeport dipersoalkan oleh Pemerintah, Organisasi Papua Merdeka akan digiatkan. 
Tiba-tiba saja mereka punya senjata mutakhir dan terlatih. Jika itu berkaitan 
dengan tambang di Aceh, separatis seperti Gerakan Aceh Merdeka juga dihidupkan. 
Begitu juga dengan daerah lain. Dan jangan lupa, mereka juga punya pion baru: 
ISIS.

 

Ini bentuk terorisme termutakhir. Mereka menggunakan agama Islam sebagai 
tameng. Orang-orang non muslim akan membenci Islamnya. Sementara orang Islam 
akan kesulitan memisahkan diri, apalagi memeranginya. Dengan bentuk terorisme 
terbaru ini, negara donatur seperti Amerika, Saudi Arabia, Israel, akan dengan 
leluasa menyemai bibit terorisme berbentuk sleepers cell (sel tidur).

 

Kelompok ini hakikatnya adalah umat Islam pada umumnya. Namun lebih khusus, 
mereka adalah kelompok pemurnian agama dalam tahap lanjut. Mereka bentuk yang 
lebih pekat kadar doktrinnya. Orang-orang ini tidak terlacak dalam jaringan 
terorisme internasional. Sleepers cell seperti hantu. Dasar doktrin terorisme 
telah tertanam dengan kuat, mereka hanya menunggu waktu untuk berubah wajah.

 

Di saat damai, sleepers cell hanya akan mengutuk Detasemen Anti Teror. 
Menggalang simpati bagi teroris. Menyebarkan kabar hoax dan pemelintiran 
berita. Mereka ini yang dengan mudah mengatakan bom Kampung Melayu hanya 
rekayasa kepolisian. Mereka juga yang secara tak manusiawi menertawakan korban 
yang meninggal.

 

Sleepers cell hakikatnya teroris yang menyamar. Ketika kota seperti Marawi di 
Filipina dimasuki teroris, sleepers cell ini yang membuka pintunya. Mereka yang 
menjadi juru peta serangan perang kota. Maka dalam waktu singkat bangunan vital 
dilumpuhkan. Para tahanan teroris dibebaskan untuk memperkuat pasukan. Peranan 
negara donor selanjutnya adalah masuk lewat lembaga kemanusiaan seperti White 
Helmet. Lembaga ini sebenarnya agen negara donor. Alasannya kemanusiaan, tapi 
lebih sering mereka justru mengirimkan suplai logistik untuk para teroris.

 

Sekarang pilihan ada di tangan rakyat Indonesia. Eskalasi teror semakin 
memuncak. Filipina hanya satu entry point, Asia Tenggara jadi tujuan utama. 
Seleepers cell dan kebohongan-kebohongan negara donatur teroris seperti Amerika 
adalah ancaman nyata. Apalagi belum lama ini White Helmet baru saja beroperasi 
di Bandung. Itu semua bukan kebetulan belaka. Silakan diam dan membiarkan 
sleepers cell berbuat sesuka hati di media sosial, memperkuat basis mereka di 
dunia nyata. Suatu saat nanti mereka akan mencekik, dari pintu belakang rumah 
kita.

 

Saat itulah, neraka yang kita saksikan di layar kaca itu benar-benar hadir di 
hadapan kita, di bumi tercinta ini.

 

Kajitow Elkayeni



Kirim email ke