Bahwa ISIS sampai bisa merebut suatu kota kecil di Filipina memang
mengejutkan atau AB Filipina tidak punya kompetensi seperti yang
diharapkan?.
RI harus segera menjaga perbatasan dengan Filipina karena besar
kemungkinannya ISIS/Abu Sayyaf akan melarikan diri ke wilayah RI bila
terdesak oleh AB Filipina.
Sampai hari ini koq Panglima ABRI belum terdengar melakukan mobilisasi?
Menteri Pertahanan Malaysia Hishamuddin sudah mengeluarkan perintah untuk
mengamankan perbatasannya dengan Filipina dan Indonesia.

Berikut adalah copas dari media sosial yang beredar.


SLEEPERS CELL TERORIS DAN KEBOHONGAN-KEBOHONGAN AMERIKA

Dulu Filipina menyangkal keberadaan ISIS di negaranya. Saya menduga,
Filipina saat itu sedang menolak campur tangan negara asing, terutama
Amerika. Soalnya, Amerika ini suka berdagang demokrasi, kebebasan
berpendapat, HAM, dan terorisme. Padahal Amerika, Saudi Arabia, Israel,
adalah sponsor utama terorisme dunia. Mereka yang mendanai, menyuplai
senjata, melatih pasukan teror, lalu mereka pula yang kemudian datang bak
pahlawan kesiangan. Semua orang tahu siasat busuk ini, tapi tidak ada yang
berani melawan. Termasuk organisasi boneka bernama PBB.

Kita ini hidup dalam dunia hipokrit itu. Orang-orang berteriak-teriak
tentang HAM, tapi makan uang dari dalang terorisme itu juga. Orang-orang
teriak-teriak anti Amerika dan Israel, tapi sesungguhnya boneka mereka juga.

Sekarang saat kota Marawi di Filipina jatuh ke tangan teroris, semua orang
tercengang. ISIS dan pecahannya sudah lama hidup di Filipina, tapi kenapa
baru sekarang menyerang secara masif dan kuat? Itu karena dulu belum ada
perintah untuk menyerang dari Tuan Besar. Saat kerjasama militer Amerika
dan Filipina diakhiri, saat Duterte dengan jelas berpaling ke Cina dan
Rusia, itulah momen tepat untuk membangkitkan moster yang setengah sadar
ini.

Politik global telah bergeser titik konfliknya. Dulu Timur Tengah sangat
seksi untuk diperebutkan minyaknya. Sekarang, ketika minyak dunia menipis
dan telah ditemukan jenis bahan bakar baru, orang-orang rakus ini mulai
melirik Asia. Jumlah penduduk dunia terus bertambah, sementara sumber
pangan terus berkurang. Afrika sudah diacak-acak terlebih dahulu.
Peperangan terus berkobar di sana. Kini giliran Asia, lebih khusus lagi
Asia Tenggara. Dan Indonesia punya segalanya.

Eskalasi konflik dengan Korea Utara hakikatnya juga hanya alasan untuk
memperkuat cengkeraman Amerika di Asia. Penambahan ribuan pasukan AS di
Australia juga untuk mendukung mobilisasi lebih cepat ke Asia Tenggara.
Lebih khusus lagi, untuk menekan Indonesia jika terang-terangan berpaling
dari Amerika. Sejak Soeharto, sampai SBY, negara ini dikendalikan
kepentingan Amerika. Ketika Jokowi menunjukkan gelagat berbeda, mereka
mulai mempersiapkan serangan.

Perang secara langsung mungkin akan sulit dilakukan. Bisa saja Amerika
membuat tuduhan palsu seperti yang dilakukan terhadap Suriah, Irak, Libya,
tapi itu perlu usaha ektra keras. Yang paling gampang dan paling murah
adalah menggunakan jasa teroris. Inilah yang disebut perang proxy. Negara
yang berkepentingan menggunakan tangan orang lain. Selanjutnya mereka akan
datang dengan dua alasan yang sama-sama menguntungkan: menyerang teroris
atas nama kedamaian dunia dan membantu teroris atas nama demokrasi.

Sejak lama para pemberontak di Indonesia dipelihara oleh mereka. Kekuatan
gangguan mereka disesuaikan dengan kepentingan politik. Misalnya ketika
Freeport dipersoalkan oleh Pemerintah, Organisasi Papua Merdeka akan
digiatkan. Tiba-tiba saja mereka punya senjata mutakhir dan terlatih. Jika
itu berkaitan dengan tambang di Aceh, separatis seperti Gerakan Aceh
Merdeka juga dihidupkan. Begitu juga dengan daerah lain. Dan jangan lupa,
mereka juga punya pion baru: ISIS.

Ini bentuk terorisme termutakhir. Mereka menggunakan agama Islam sebagai
tameng. Orang-orang non muslim akan membenci Islamnya. Sementara orang
Islam akan kesulitan memisahkan diri, apalagi memeranginya. Dengan bentuk
terorisme terbaru ini, negara donatur seperti Amerika, Saudi Arabia,
Israel, akan dengan leluasa menyemai bibit terorisme berbentuk sleepers
cell (sel tidur).

Kelompok ini hakikatnya adalah umat Islam pada umumnya. Namun lebih khusus,
mereka adalah kelompok pemurnian agama dalam tahap lanjut. Mereka bentuk
yang lebih pekat kadar doktrinnya. Orang-orang ini tidak terlacak dalam
jaringan terorisme internasional. Sleepers cell seperti hantu. Dasar
doktrin terorisme telah tertanam dengan kuat, mereka hanya menunggu waktu
untuk berubah wajah.

Di saat damai, sleepers cell hanya akan mengutuk Detasemen Anti Teror.
Menggalang simpati bagi teroris. Menyebarkan kabar hoax dan pemelintiran
berita. Mereka ini yang dengan mudah mengatakan bom Kampung Melayu hanya
rekayasa kepolisian. Mereka juga yang secara tak manusiawi menertawakan
korban yang meninggal.

Sleepers cell hakikatnya teroris yang menyamar. Ketika kota seperti Marawi
di Filipina dimasuki teroris, sleepers cell ini yang membuka pintunya.
Mereka yang menjadi juru peta serangan perang kota. Maka dalam waktu
singkat bangunan vital dilumpuhkan. Para tahanan teroris dibebaskan untuk
memperkuat pasukan. Peranan negara donor selanjutnya adalah masuk lewat
lembaga kemanusiaan seperti White Helmet. Lembaga ini sebenarnya agen
negara donor. Alasannya kemanusiaan, tapi lebih sering mereka justru
mengirimkan suplai logistik untuk para teroris.

Sekarang pilihan ada di tangan rakyat Indonesia. Eskalasi teror semakin
memuncak. Filipina hanya satu entry point, Asia Tenggara jadi tujuan utama.
Seleepers cell dan kebohongan-kebohongan negara donatur teroris seperti
Amerika adalah ancaman nyata. Apalagi belum lama ini White Helmet baru saja
beroperasi di Bandung. Itu semua bukan kebetulan belaka. Silakan diam dan
membiarkan sleepers cell berbuat sesuka hati di media sosial, memperkuat
basis mereka di dunia nyata. Suatu saat nanti mereka akan mencekik, dari
pintu belakang rumah kita.

Saat itulah, neraka yang kita saksikan di layar kaca itu benar-benar hadir
di hadapan kita, di bumi tercinta ini.

Kajitow Elkayeni

Kirim email ke