Wong kepingin dadi "Khalif van Bagdad".........
2017-06-09 3:58 GMT+02:00 jonathango...@yahoo.com [GELORA45] < GELORA45@yahoogroups.com>: > > > > Inilah Negara Khilafah idaman HTI, FPI, FUI, MUI, Dien Syamsudin, Ma'ruf > Amin,Rizieq Shihab, Anies Baswedan, dkk. > > --- > > > Kisah dari Mosul: Ketika lipstik dan busana kembali bebas dijual sesudah > ISIS ditumpas <http://www.bbc.com/indonesia/dunia-40089833> > > - 29 menit lalu > > > Tautan eksternal dan akan terbuka di layar baru > - Bagikan artikel ini dengan Facebook > <http://www.bbc.com/indonesia/dunia-40089833#> > - Bagikan artikel ini dengan Twitter > <http://www.bbc.com/indonesia/dunia-40089833#> > - Bagikan artikel ini dengan Messenger > <http://www.bbc.com/indonesia/dunia-40089833#> > - Bagikan artikel ini dengan Email > > <?subject=Shared%20from%20BBC%20Indonesia&body=http%3A%2F%2Fwww.bbc.com%2Findonesia%2Fdunia-40089833> > > - Kirim <http://www.bbc.com/indonesia/dunia-40089833#share-tools> > > [image: Toko di Mosul]Hak atas fotoGHADI SARYImage captionToko-toko > busana dan akesoris perempuan di kota Mosul kembali dibuka setelah tiga > tahun berada dalam kekuasaan kelompok yang menamakan diri sebagai Negara > Islam (ISIS). > > Orang-orang yang tinggal di kota Mosul, Irak, yang dikuasai oleh kelompok > yang menamakan diri sebagai Negara Islam (ISIS) tiga tahun yang lalu, > menggambarkan kehidupan mereka yang sarat akan teror. > > Mereka berkisah mulai dari anak-anak yang dibunuh karena melakukan > kesalahan kecil, hukuman cambuk di depan umum serta orang hilang yang > hampir terjadi setiap waktu. > > Rekaman serta kesaksian eksklusif dari wilayah timur kota kedua Irak, yang > direbut kembali pada bulan Januari, mengungkapkan bagaimana kelompok > ekstremis menganiaya para perempuan dan kelompok minoritas agama serta > berupaya mengendalikan semua aspek kehidupan masyarakat. > > - Mengungkap kehidupan penduduk Mosul di bawah kendali ISIS > <http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2015/06/150609_dunia_isis_mosul> > - Laporan dugaan kekejaman ISIS atas warga sipil di Mosul terungkap > <http://www.bbc.com/indonesia/dunia-37765094> > > Namun, video tersebut juga menunjukkan bagaimana sekolah-sekolah dan > kafe-kafe dibuka kembali, juga toko-toko yang kembali menjual produk-produk > yang sebelumnya dilarang. > > Wartawan Ghadi Sary melaporkan bagaimana kehidupan di Mosul yang direbut > lagi sesudah dikuasai ISIS selama tiga tahun, dan memperlihatkan kebrutalan > hidup di bawah kelompok militan itu dalam video yang direkam secara > sembunyi-sembunyi untuk BBC. > > Saat pasukan keamanan Irak menguasai kembali sebagian besar kota Mosul, > wilayah bagian barat negara itu tetap berada di bawah kendali ISIS. > > *Mengatur **p**erempuan* > > Video-video, yang direkam pada bulan Maret dengan menggunakan telepon > genggam, menunjukkan bagaimana beberapa aspek kehidupan perempuan kembali > normal, toko-toko terlihat mulai menjual pakaian dan kosmetik lagi. > > Namun, kaum perempuan yang tinggal di kota tersebut menggambarkan > bagaimana ISIS mewariskan berbagai peraturan yang hingga kini masih berlaku. > [image: Pakaian perempuan]Hak atas fotoGHADI SARYImage captionKelompok > milisi melarang kaum pria memperdagangkan kosmetik dan aksesoris perempuan. > Mereka yang kedapatan melanggar peraturan akan dicambuk dan didenda. > > *Maha, 36, **warga di **lingkungan Al Zuhour:* Saya tidak akan pernah > melupakan hari yang mengerikan itu dan apa yang terjadi pada anak berusia > tujuh tahun di jalanan tempat kami berada. > > Maha menceritakan ada seorang gadis cilik yang datang ke sebuah toko kecil > untuk membeli permen saat anggota kelompok militan ISIS mendekatinya. > > Gadis cilik itu berbincang polos dengan pemilik toko yang sudah tua, tak > lama kemudian anggota kelompok milisi mendekatinya dan menanyakan di mana > rumahnya berada. Ia pun menunjukkannya sebelum kemudian berlari dan > bersembunyi. > > Kemudian orang tuanya datang untuk melihat apa yang sedang terjadi dan > para milisi ISIS pun menasihati mereka agar tidak membiarkan anak perempuan > berdua mengobrol dengan pemilik toko, karena menurut mereka hal itu > melanggar hukum syariah. > > - Derita warga sipil Irak di balik perang merebut Mosul > <http://www.bbc.com/indonesia/dunia-39334399> > - Pasukan pemerintah Irak rebut jembatan di Mosul > <http://www.bbc.com/indonesia/dunia-39176841> > > Bahkan gadis cilik polos seperti dia pun tidak diperbolehkan untuk > menikmati masa kecilnya untuk pergi dan membeli permen. > > Setelah cukup lama berdebat, para pejuang ISIS itu memutuskan untuk > menghukum gadis cilik itu dengan cara digigit atau dicubit wajahnya atau > tangannya oleh para perempuan *Hisba* (sebutan untuk polisi agama), atau > monster "*Godba*" untuk lebih tepatnya. > > Sang ibu yang ketakutan, memohon mereka untuk menghukum dirinya, bukan > putrinya yang masih anak-anak, namun anggota militan tidak memberikannya > kesempatan untuk berdiskusi. > > Gadis cilik itu kemudian dihukum di depan ibunya yang menjerit-jerit. > Monster-monster itu dengan agresifnya memukuli dan mencubitnya berulang > kali. > > Anak itu menjerit sampai dia jatuh pingsan dan jantungnya berhenti > berdetak. > > Ibunya yang meratap, tak sadarkan diri saat melihat anaknya meninggal di > depannya. > > Seluruh warga di lingkungan itu pun menjadi takut kejadian itu menimpa > anak-anaknya setelah peristiwa yang terjadi hari itu. > > *Reem, 27, **warga **lingkungan Al-hadbaa:* Ayah saya sangat > memperhatikan pertumbuhan kami, dan selama dua setengah tahun di bawah > aturan ISIS, dia mengkhawatirkan keberadaan kami, jadi hampir setiap waktu > kami berkumpul di rumah. > > Rasanya seperti tinggal di penjara selama ini, dan kami sangat jarang > melakukan kegiatan di luar. > > Suatu ketika, saya sedang berjalan kaki di jalanan, dan karena wajah kami > harus terus ditutupi kain hitam, saya selalu tersandung saat berjalan. > > Waktu itu para pejuang ISIS melihat saya dan mulai membuntuti saya. Saya > lalu berlari lebih cepat dan berkali-kali saya tersandung- seperti seorang > narapidana yang melarikan diri dari hukuman mati. > > Saya akhirnya berhasil sampai di rumah hari itu, namun rasa takut tetap > tak beranjak. > > Saya terus-menerus dihantui mimpi buruk diikuti oleh orang-orang itu, dan > saya terbangun dengan sangat ketakutan dan kelelahan. > > Bahkan setelah kota ini lepas dari kendali kelompok milisi itu, saya masih > mengalami mimpi buruk itu. > > Hidup di bawah kendali ISIS terasa hampa dan membosankan, karena kami > harus diam di rumah. Mereka menutup perguruan tinggi kami dan menulis > pengumuman di pintu depan yang berbunyi: "Kerajaan perempuan adalah > rumahnya". > > *Seorang perempuan yang** tidak disebutkan namanya** mengungkapkan**:* > Sekolah-sekolah, universitas dan pendidikan umumnya merupakan pecundang > besar dari di balik kelamnya aturan yang diterapkan ISIS. Sebagian besar > institusi tersebut ditutup, dan pendidikan di bawah ISIS difokuskan untuk > mengajarkan teknik jihad dan bertempur. > > Perempuan dan laki-laki dipisahkan dan para perempuan disuruh untuk > menutup seluruh anggota tubuhnya dengan kain hitam. > > Perempuan menjadi kalangan yang paling menderita saat ISIS memerintah, > karena banyak dari mereka yang memilih tinggal di rumah selama > bertahun-tahun. Sepanjang kelompok ini menguasai kota kami, kota itu > menjelma menjadi sebuah penjara yang sangat luas. > > *Kehancuran **dalam **kehidupan sehari-hari* > > Di bawah kendali ISIS, kehidupan warga kota benar-benar berubah. Rekaman > video memperlihatkan bagaimana berbagai perguruan tinggi yang ditutup di > kota itu rusak parah. Namun, warga di kota itu masih berupaya untuk belajar. > > *Hussein, 30 tahun, warga di lingkungan Al-Andalus: *Satu setengah tahun > dikuasai ISIS, mereka memutuskan untuk melarang antena parabola. > [image: Universitas di Mosul]Hak atas fotoGHADY SARYImage captionBerbagai > perguruan tinggi di kota Mosul ditutup oleh ISIS, pendidikan difokuskan > untuk mengajarkan teknik jihad dan bertempur. > > Ayah saya khawatir kami akan dihukum berat jika kami kedapatan memiliki > antena parabola, jadi kami mencabutnya. > > Namun, setelah beberapa minggu tinggal di rumah, hampir sepanjang hari > terkunci - kami menganggur dan tidak bisa kuliah atau mempunyai kegiatan > lain sejak ISIS mengambil alih - kami akhirnya merasa bosan dan memutuskan > untuk memasangnya lagi. > > - Kuburan massal 'ditemukan' di dekat Penjara Badoush, Mosul > <http://www.bbc.com/indonesia/dunia-39246946> > - 'Serangan senjata kimia pertama' dalam pertempuran lawan ISIS di > Mosul <http://www.bbc.com/indonesia/dunia-39164661> > > Kami memasangnya lagi dengan cara yang tidak bisa mereka lihat dengan > jelas dari jalan: kami menempatkannya di atap di belakang beberapa tangki > air. > > Beberapa hari kemudian, kami mendengar pintu rumah kami diketuk keras dan > ada orang berteriak-teriak di jalan, kami tahu itu adalah *Hisba* (polisi > agama) yang datang, jadi saya berlari ke lantai atas untuk membongkar > antena parabola itu. > > Begitu saya mengintip, saya mendengar teriakan, "Turunlah, kami > melihatmu," dan saya baru menyadari bahwa mereka punya mata-mata yang > mengintip dari atas atap yang lebih tinggi. > > Pada saat itu beberapa pria mengetuk pintu kami dan menyeret ayah saya ke > luar. > > Saya berlari secepatnya dan mendorong mereka pergi. Akibatnya, saya dibawa > pergi bersama dengan banyak pria dari lingkungan saya. > > Saya kemudian dikurung selama sembilan malam tanpa tidur. Kami bergiliran > untuk bisa berdiri dan duduk di sel kami yang penuh dan sesak. > > Saya kemudian diajukan ke depan hakim yang umurnya lebih muda dari saya > dan jelas dia tidak bisa membaca atau menulis. Dia memvonis saya untuk > dicambuk 60 kali. > > Mereka bertanya bagian tubuh mana yang akan dipilih untuk dicambuk, tapi > saya tidak paham bedanya, jadi saya mengatakan kepada mereka untuk > mencambuk bagian atas tubuh saya. > > Mereka lalu mengikat saya dan mulai mencambuk bagian atas tubuh saya. > > Setiap kali saya menjerit kesakitan mereka akan mulai lagi mencambuk saya > dari nol. Rasanya seperti siksaan yang tidak berakhir. Saya merasa hidup > saya berakhir, karena saya sangat kesakitan. > > *Tamarra, 25, lulusan sastra Inggris: *Ayah saya bekerja untuk intelijen > Irak dan dalam dua tahun terakhir hidupnya dihabiskan sepenuhnya untuk > perang psikologis dengan ISIS. > > Saat kami tidak meninggalkan Mosul, kami mulai bersembunyi di dalam kota > dan ayah saya ditangkap dalam sembilan kesempatan terpisah. > > Saat pertama kali mereka membawanya pergi selama tiga hari, rasanya > seperti tiga tahun. > > Ia diberitahu oleh seorang hakim bahwa ia akan dihadapkan kepada seorang > 'hakim darah' (seorang algojo), tapi mereka menghukumnya dengan cara > menyiksanya habis-habisan dan kemudian membebaskannya. > > Kami sangat senang pada akhirnya ia dilepaskan. Semua sudah selesai, ayah > saya kembali berada di tengah-tengah kami. > > Tapi mereka ( kelompok milisi ISIS) kembali lagi dalam beberapa hari, dan > kekecewaan kembali menggelayuti kami seperti saat sebelumnya dia dibawa > selama tiga hari . > > Saat itu, kami semua menunjukkan tanda-tanda depresi. > > Rumah kami dijarah oleh ISIS dan kemudian dibom oleh serangan udara > koalisi internasional. Kami harus pindah ke lantai atas rumah tetangga > paman saya. > > Beberapa hari kemudian bel pintu berbunyi lagi, dan ketika sepupu saya > Ahmed membuka pintu, para militan ISIS mencengkramnya dan menanyakan > keberadaan ayah saya. > > Ahmed mengatakan kepada mereka bahwa ayah tidak ada di sana, tapi mereka > memukulinya dan menaiki tangga ke tempat kami berada. > > Mereka menghempaskan ayah saya ke tanah. Seorang perempuan polisi agama > mengumpat kami, bahkan menyumpahi nenek saya yang duduk di kursi rodanya. > > Salah satu perempuan dari polisi agama ini benar-benar kasar terhadap > nenek saya. Ia menggeledah nenek saya dan meninggalkannya dalam keadaan > tanpa pakaian. > > Lalu mereka membawa ayah saya. > > Sudah berbulan-bulan saya tak melihatnya. Saya menangis sampai air mata > saya mengering. > > Hari di mana ayah saya sangat rindukan telah terjadi. Kami telah terbebas > dari kendali ISIS, tapi ia tidak ada di sana untuk menyaksikannya. > > *Ahmad, 28 tahun, warga lingkungan Al-Arabi:* Saya tidak pernah lagi > keluar dari rumah. Saya muak melihat orang-orang dihukum sepanjang waktu > oleh kelompok ISIS. > > Mereka menentukan sebuah tempat untuk mengumpulkan semua orang setiap kali > ada orang yang akan dihukum, dipukuli atau bahkan dipenggal. > > Orang-orang dituduh melakukan berbagai kejahatan - perzinahan, > berkonspirasi dengan aparat keamanan dan alasan apapun yang mereka > lontarkan untuk menakut-nakuti warga. > > Saya sudah tidak bekerja pada saat itu, jadi saya memutuskan untuk tinggal > di rumah. > > Tapi hanya dua hari, listrik kemudian padam dan mesin genset di tempat > kami tak menyala. > > Saya pikir petugas lupa menyalakannya, jadi saya memutuskan untuk pergi > dan memeriksanya. > > Saat saya pergi, keponakan saya yang berusia delapan tahun memutuskan > untuk ikut juga. Ia juga berada di rumah karena sekolahnya sudah tutup. > Kami tidak ingin dia belajar di sekolah yang dikuasai ISIS. > > Ketika kami mendekati mesin genset, saya melihat sudah banyak orang yang > berkumpul di sana, namun saya langsung bisa mengetahui para militan ISIS > ada di sana juga. > > Mereka memaksa pemilik mesin genset untuk mematikannya, supaya orang-orang > keluar dan berkumpul serta menyaksikan kejahatan keji mereka. > > Saya menyesal sudah keluar rumah hari itu dan saya menyalahkan diri > sendiri karena membiarkan keponakan saya melihat pemandangan mengerikan, > yang saya tahu dia tidak akan pernah lupa. > > *Mengontrol** ekonomi* > > ISIS memberlakukan kontrol ketat atas aktivitas ekonomi selama tiga tahun > masa pemerintahan mereka. Seorang pemilik toko kelontong menjelaskan > bagaimana ia harus menutupi wajahnya dan produk produk yang dia jual saat > kelompok milisi berkuasa. Para warga mengatakan gambar-gambar produk susu > bayi dan popok juga harus disembunyikan. > > *Seorang perempuan yang tidak disebutkan namanya: *Sangat sulit melakukan > aktivitas perdagangan di bawah peraturan mereka, karena ISIS menerapkan > aturan yang sulit bagi para pedagang dan berbagai kebijakan yang tidak > mungkin mereka ikuti. > > Para penegak hukum ISIS akan mengatur jenis barang apa saja yang bisa > dijual oleh para pedagang. Hal pertama yang mereka lakukan adalah melarang > impor daging sapi dan ayam dan memaksa setiap orang untuk mengandalkan > produk lokal. > > Mereka juga melarang kaum pria memperdagangkan kosmetik dan asesoris > perempuan. Mereka yang kedapatan melanggar peraturan akan dicambuk dan > didenda. > > Mereka juga memastikan bahwa setiap bungkus produk yang menampilkan wajah > pria atau perempuan harus tertutup. Sama halnya dengan gambar yang > menunjukkan rambut perempuan atau bayi. Bahkan susu bayi dan popok pun > harus ditutupi. > > Ketika berita tentang "pertempuran pembebasan" diumumkan, para pejuang > ISIS bingung, dan mereka mengintimidasi orang-orang dengan menaikkan harga > dan menetapkan aturan yang keras. > > Mereka bahkan melarang pemasangan antena parabola dan mulai menerbitkan > publikasi audiovisual mereka sendiri melalui saluran mereka sendiri. > > Mereka menyebarkan rumor tentang kemenangan mereka dan apa yang mereka > sebut "menaklukan" kota-kota yang dibebaskan. Mereka pergi dari rumah ke > rumah untuk mencari telepon genggam dan jika ada orang yang kedapatan > memilikinya, dia akan dihukum mati. > > *Penindasan** minoritas* > > Gereja-gereja serta masjid-masjid telah dihancurkan oleh kelompok ISIS, > begitu juga dengan rumah-rumah penduduk. Warga menuturkan bagaimana > rumah-rumah kosong itu dijarah - terutama milik orang-orang Kristen. > > *Hamza, 32** tahun**, **warga di **jalan Al-Jazaera: *Setelah ISIS > memasuki kota, mereka menyerbu berbagai gereja dan beberapa masjid lalu > menjarah apapun yang mereka temukan di dalamnya. > > Mereka menggunakan meja dan kursi dari beberapa gereja sebagai tempat > untuk menyiarkan kabar, di mana mereka menyebarkan propaganda. > > Kelompok milisi juga mencari rumah-rumah kosong di seluruh penjuru kota > untuk kemudian dirampok dan dirampas barang-barangnya, terutama rumah > orang-orang Kristen yang telah meninggalkan kota. > > Mereka juga menjarah rumah-rumah Muslim yang telah melarikan diri, mereka > menyebutnya murtad dan merampas harta benda mereka. > > Orang-orang mencoba melindungi rumah-rumah ini dengan menempatkan anggota > keluarga mereka sendiri dan berpura-pura bahwa rumah-rumah ini masih dihuni. > > Salah seorang tetangga saya diberi kunci rumah oleh teman Kristennya > sebelum dia melarikan diri dari kota. > > Suatu hari, sekelompok pria bersenjata muncul untuk menyita rumah > tersebut, jadi tetangga saya mengatakan kepada mereka bahwa rumah ini > berada di bawah pengawasannya, dan jika mereka menghormati Nabi, mereka > harus menghormati konsep perlindungan rumah tersebut. > > Mereka lantas membiarkannya hari itu, namun mereka terus kembali > merongrong. Sekali waktu kelompok milisi membawanya pergi untuk dicambuk > tapi dia tidak pernah menyerah. > > Dia akhirnya meyakinkan mereka bahwa dia membeli rumah itu untuk putranya, > dan dia menjaganya sampai hari kota itu kembali ke tangan pemerintah, saat > dia menyerahkan kuncinya kembali ke temannya yang datang untuk memeriksa > rumahnya. > > > >