Apakah kita harus kembali ke jaman Khilafah??? Untuk mencegah hal ini, HTI dan 
FPI harus segera dibubarkan. Bacalah contoh di bawah.

     Pada Jumat, 9 Juni 2017 4:15, "kh djie dji...@gmail.com [GELORA45]" 
<GELORA45@yahoogroups.com> menulis:
 

     Wong kepingin dadi "Khalif van Bagdad".........

2017-06-09 3:58 GMT+02:00 jonathango...@yahoo.com [GELORA45] 
<GELORA45@yahoogroups.com>:

     
Inilah Negara Khilafah idaman HTI, FPI, FUI, MUI, Dien Syamsudin, Ma'ruf 
Amin,Rizieq Shihab, Anies Baswedan, dkk.---

Kisah dari Mosul: Ketika lipstik dan busana kembali bebas dijual sesudah ISIS 
ditumpas
   
   - 29 menit lalu
   
Tautan eksternal dan akan terbuka di layar baru   
   - Bagikan artikel ini dengan Facebook
    
   - Bagikan artikel ini dengan Twitter
    
   - Bagikan artikel ini dengan Messenger
    
   - Bagikan artikel ini dengan Email
    
   - Kirim
Hak atas fotoGHADI SARYImage captionToko-toko busana dan akesoris perempuan di 
kota Mosul kembali dibuka setelah tiga tahun berada dalam kekuasaan kelompok 
yang menamakan diri sebagai Negara Islam (ISIS).Orang-orang yang tinggal di 
kota Mosul, Irak, yang dikuasai oleh kelompok yang menamakan diri sebagai 
Negara Islam (ISIS) tiga tahun yang lalu, menggambarkan kehidupan mereka yang 
sarat akan teror.Mereka berkisah mulai dari anak-anak yang dibunuh karena 
melakukan kesalahan kecil, hukuman cambuk di depan umum serta orang hilang yang 
hampir terjadi setiap waktu.Rekaman serta kesaksian eksklusif dari wilayah 
timur kota kedua Irak, yang direbut kembali pada bulan Januari, mengungkapkan 
bagaimana kelompok ekstremis menganiaya para perempuan dan kelompok minoritas 
agama serta berupaya mengendalikan semua aspek kehidupan masyarakat.   
   - Mengungkap kehidupan penduduk Mosul di bawah kendali ISIS
   - Laporan dugaan kekejaman ISIS atas warga sipil di Mosul terungkap
Namun, video tersebut juga menunjukkan bagaimana sekolah-sekolah dan kafe-kafe 
dibuka kembali, juga toko-toko yang kembali menjual produk-produk yang 
sebelumnya dilarang.Wartawan Ghadi Sary melaporkan bagaimana kehidupan di Mosul 
yang direbut lagi sesudah dikuasai ISIS selama tiga tahun, dan memperlihatkan 
kebrutalan hidup di bawah kelompok militan itu dalam video yang direkam secara 
sembunyi-sembunyi untuk BBC.Saat pasukan keamanan Irak menguasai kembali 
sebagian besar kota Mosul, wilayah bagian barat negara itu tetap berada di 
bawah kendali ISIS.Mengatur perempuanVideo-video, yang direkam pada bulan Maret 
dengan menggunakan telepon genggam, menunjukkan bagaimana beberapa aspek 
kehidupan perempuan kembali normal, toko-toko terlihat mulai menjual pakaian 
dan kosmetik lagi.Namun, kaum perempuan yang tinggal di kota tersebut 
menggambarkan bagaimana ISIS mewariskan berbagai peraturan yang hingga kini 
masih berlaku.Hak atas fotoGHADI SARYImage captionKelompok milisi melarang kaum 
pria memperdagangkan kosmetik dan aksesoris perempuan. Mereka yang kedapatan 
melanggar peraturan akan dicambuk dan didenda.Maha, 36, warga di lingkungan Al 
Zuhour: Saya tidak akan pernah melupakan hari yang mengerikan itu dan apa yang 
terjadi pada anak berusia tujuh tahun di jalanan tempat kami berada.Maha 
menceritakan ada seorang gadis cilik yang datang ke sebuah toko kecil untuk 
membeli permen saat anggota kelompok militan ISIS mendekatinya.Gadis cilik itu 
berbincang polos dengan pemilik toko yang sudah tua, tak lama kemudian anggota 
kelompok milisi mendekatinya dan menanyakan di mana rumahnya berada. Ia pun 
menunjukkannya sebelum kemudian berlari dan bersembunyi.Kemudian orang tuanya 
datang untuk melihat apa yang sedang terjadi dan para milisi ISIS pun 
menasihati mereka agar tidak membiarkan anak perempuan berdua mengobrol dengan 
pemilik toko, karena menurut mereka hal itu melanggar hukum syariah.   
   - Derita warga sipil Irak di balik perang merebut Mosul
   - Pasukan pemerintah Irak rebut jembatan di Mosul
Bahkan gadis cilik polos seperti dia pun tidak diperbolehkan untuk menikmati 
masa kecilnya untuk pergi dan membeli permen.Setelah cukup lama berdebat, para 
pejuang ISIS itu memutuskan untuk menghukum gadis cilik itu dengan cara digigit 
atau dicubit wajahnya atau tangannya oleh para perempuan Hisba (sebutan untuk 
polisi agama), atau monster "Godba" untuk lebih tepatnya.Sang ibu yang 
ketakutan, memohon mereka untuk menghukum dirinya, bukan putrinya yang masih 
anak-anak, namun anggota militan tidak memberikannya kesempatan untuk 
berdiskusi.Gadis cilik itu kemudian dihukum di depan ibunya yang 
menjerit-jerit. Monster-monster itu dengan agresifnya memukuli dan mencubitnya 
berulang kali.Anak itu menjerit sampai dia jatuh pingsan dan jantungnya 
berhenti berdetak.Ibunya yang meratap, tak sadarkan diri saat melihat anaknya 
meninggal di depannya.Seluruh warga di lingkungan itu pun menjadi takut 
kejadian itu menimpa anak-anaknya setelah peristiwa yang terjadi hari itu.Reem, 
27, warga lingkungan Al-hadbaa: Ayah saya sangat memperhatikan pertumbuhan 
kami, dan selama dua setengah tahun di bawah aturan ISIS, dia mengkhawatirkan 
keberadaan kami, jadi hampir setiap waktu kami berkumpul di rumah.Rasanya 
seperti tinggal di penjara selama ini, dan kami sangat jarang melakukan 
kegiatan di luar.Suatu ketika, saya sedang berjalan kaki di jalanan, dan karena 
wajah kami harus terus ditutupi kain hitam, saya selalu tersandung saat 
berjalan.Waktu itu para pejuang ISIS melihat saya dan mulai membuntuti saya. 
Saya lalu berlari lebih cepat dan berkali-kali saya tersandung- seperti seorang 
narapidana yang melarikan diri dari hukuman mati.Saya akhirnya berhasil sampai 
di rumah hari itu, namun rasa takut tetap tak beranjak.Saya terus-menerus 
dihantui mimpi buruk diikuti oleh orang-orang itu, dan saya terbangun dengan 
sangat ketakutan dan kelelahan.Bahkan setelah kota ini lepas dari kendali 
kelompok milisi itu, saya masih mengalami mimpi buruk itu.Hidup di bawah 
kendali ISIS terasa hampa dan membosankan, karena kami harus diam di rumah. 
Mereka menutup perguruan tinggi kami dan menulis pengumuman di pintu depan yang 
berbunyi: "Kerajaan perempuan adalah rumahnya".Seorang perempuan yang tidak 
disebutkan namanya mengungkapkan:Sekolah- sekolah, universitas dan pendidikan 
umumnya merupakan pecundang besar dari di balik kelamnya aturan yang diterapkan 
ISIS. Sebagian besar institusi tersebut ditutup, dan pendidikan di bawah ISIS 
difokuskan untuk mengajarkan teknik jihad dan bertempur.Perempuan dan laki-laki 
dipisahkan dan para perempuan disuruh untuk menutup seluruh anggota tubuhnya 
dengan kain hitam.Perempuan menjadi kalangan yang paling menderita saat ISIS 
memerintah, karena banyak dari mereka yang memilih tinggal di rumah selama 
bertahun-tahun. Sepanjang kelompok ini menguasai kota kami, kota itu menjelma 
menjadi sebuah penjara yang sangat luas.Kehancuran dalam kehidupan 
sehari-hariDi bawah kendali ISIS, kehidupan warga kota benar-benar berubah. 
Rekaman video memperlihatkan bagaimana berbagai perguruan tinggi yang ditutup 
di kota itu rusak parah. Namun, warga di kota itu masih berupaya untuk 
belajar.Hussein, 30 tahun, warga di lingkungan Al-Andalus: Satu setengah tahun 
dikuasai ISIS, mereka memutuskan untuk melarang antena parabola.Hak atas 
fotoGHADY SARYImage captionBerbagai perguruan tinggi di kota Mosul ditutup oleh 
ISIS, pendidikan difokuskan untuk mengajarkan teknik jihad dan bertempur.Ayah 
saya khawatir kami akan dihukum berat jika kami kedapatan memiliki antena 
parabola, jadi kami mencabutnya.Namun, setelah beberapa minggu tinggal di 
rumah, hampir sepanjang hari terkunci - kami menganggur dan tidak bisa kuliah 
atau mempunyai kegiatan lain sejak ISIS mengambil alih - kami akhirnya merasa 
bosan dan memutuskan untuk memasangnya lagi.   
   - Kuburan massal 'ditemukan' di dekat Penjara Badoush, Mosul
   - 'Serangan senjata kimia pertama' dalam pertempuran lawan ISIS di Mosul
Kami memasangnya lagi dengan cara yang tidak bisa mereka lihat dengan jelas 
dari jalan: kami menempatkannya di atap di belakang beberapa tangki 
air.Beberapa hari kemudian, kami mendengar pintu rumah kami diketuk keras dan 
ada orang berteriak-teriak di jalan, kami tahu itu adalah Hisba (polisi agama) 
yang datang, jadi saya berlari ke lantai atas untuk membongkar antena parabola 
itu.Begitu saya mengintip, saya mendengar teriakan, "Turunlah, kami melihatmu," 
dan saya baru menyadari bahwa mereka punya mata-mata yang mengintip dari atas 
atap yang lebih tinggi.Pada saat itu beberapa pria mengetuk pintu kami dan 
menyeret ayah saya ke luar.Saya berlari secepatnya dan mendorong mereka pergi. 
Akibatnya, saya dibawa pergi bersama dengan banyak pria dari lingkungan 
saya.Saya kemudian dikurung selama sembilan malam tanpa tidur. Kami bergiliran 
untuk bisa berdiri dan duduk di sel kami yang penuh dan sesak.Saya kemudian 
diajukan ke depan hakim yang umurnya lebih muda dari saya dan jelas dia tidak 
bisa membaca atau menulis. Dia memvonis saya untuk dicambuk 60 kali.Mereka 
bertanya bagian tubuh mana yang akan dipilih untuk dicambuk, tapi saya tidak 
paham bedanya, jadi saya mengatakan kepada mereka untuk mencambuk bagian atas 
tubuh saya.Mereka lalu mengikat saya dan mulai mencambuk bagian atas tubuh 
saya.Setiap kali saya menjerit kesakitan mereka akan mulai lagi mencambuk saya 
dari nol. Rasanya seperti siksaan yang tidak berakhir. Saya merasa hidup saya 
berakhir, karena saya sangat kesakitan.Tamarra, 25, lulusan sastra Inggris: 
Ayah saya bekerja untuk intelijen Irak dan dalam dua tahun terakhir hidupnya 
dihabiskan sepenuhnya untuk perang psikologis dengan ISIS.Saat kami tidak 
meninggalkan Mosul, kami mulai bersembunyi di dalam kota dan ayah saya 
ditangkap dalam sembilan kesempatan terpisah.Saat pertama kali mereka 
membawanya pergi selama tiga hari, rasanya seperti tiga tahun.Ia diberitahu 
oleh seorang hakim bahwa ia akan dihadapkan kepada seorang 'hakim darah' 
(seorang algojo), tapi mereka menghukumnya dengan cara menyiksanya 
habis-habisan dan kemudian membebaskannya.Kami sangat senang pada akhirnya ia 
dilepaskan. Semua sudah selesai, ayah saya kembali berada di tengah-tengah 
kami.Tapi mereka ( kelompok milisi ISIS) kembali lagi dalam beberapa hari, dan 
kekecewaan kembali menggelayuti kami seperti saat sebelumnya dia dibawa selama 
tiga hari .Saat itu, kami semua menunjukkan tanda-tanda depresi.Rumah kami 
dijarah oleh ISIS dan kemudian dibom oleh serangan udara koalisi internasional. 
Kami harus pindah ke lantai atas rumah tetangga paman saya.Beberapa hari 
kemudian bel pintu berbunyi lagi, dan ketika sepupu saya Ahmed membuka pintu, 
para militan ISIS mencengkramnya dan menanyakan keberadaan ayah saya.Ahmed 
mengatakan kepada mereka bahwa ayah tidak ada di sana, tapi mereka memukulinya 
dan menaiki tangga ke tempat kami berada.Mereka menghempaskan ayah saya ke 
tanah. Seorang perempuan polisi agama mengumpat kami, bahkan menyumpahi nenek 
saya yang duduk di kursi rodanya.Salah satu perempuan dari polisi agama ini 
benar-benar kasar terhadap nenek saya. Ia menggeledah nenek saya dan 
meninggalkannya dalam keadaan tanpa pakaian.Lalu mereka membawa ayah saya.Sudah 
berbulan-bulan saya tak melihatnya. Saya menangis sampai air mata saya 
mengering.Hari di mana ayah saya sangat rindukan telah terjadi. Kami telah 
terbebas dari kendali ISIS, tapi ia tidak ada di sana untuk 
menyaksikannya.Ahmad, 28 tahun, warga lingkungan Al-Arabi: Saya tidak pernah 
lagi keluar dari rumah. Saya muak melihat orang-orang dihukum sepanjang waktu 
oleh kelompok ISIS.Mereka menentukan sebuah tempat untuk mengumpulkan semua 
orang setiap kali ada orang yang akan dihukum, dipukuli atau bahkan 
dipenggal.Orang-orang dituduh melakukan berbagai kejahatan - perzinahan, 
berkonspirasi dengan aparat keamanan dan alasan apapun yang mereka lontarkan 
untuk menakut-nakuti warga.Saya sudah tidak bekerja pada saat itu, jadi saya 
memutuskan untuk tinggal di rumah.Tapi hanya dua hari, listrik kemudian padam 
dan mesin genset di tempat kami tak menyala.Saya pikir petugas lupa 
menyalakannya, jadi saya memutuskan untuk pergi dan memeriksanya.Saat saya 
pergi, keponakan saya yang berusia delapan tahun memutuskan untuk ikut juga. Ia 
juga berada di rumah karena sekolahnya sudah tutup. Kami tidak ingin dia 
belajar di sekolah yang dikuasai ISIS.Ketika kami mendekati mesin genset, saya 
melihat sudah banyak orang yang berkumpul di sana, namun saya langsung bisa 
mengetahui para militan ISIS ada di sana juga.Mereka memaksa pemilik mesin 
genset untuk mematikannya, supaya orang-orang keluar dan berkumpul serta 
menyaksikan kejahatan keji mereka.Saya menyesal sudah keluar rumah hari itu dan 
saya menyalahkan diri sendiri karena membiarkan keponakan saya melihat 
pemandangan mengerikan, yang saya tahu dia tidak akan pernah lupa.Mengontrol 
ekonomiISIS memberlakukan kontrol ketat atas aktivitas ekonomi selama tiga 
tahun masa pemerintahan mereka. Seorang pemilik toko kelontong menjelaskan 
bagaimana ia harus menutupi wajahnya dan produk produk yang dia jual saat 
kelompok milisi berkuasa. Para warga mengatakan gambar-gambar produk susu bayi 
dan popok juga harus disembunyikan.Seorang perempuan yang tidak disebutkan 
namanya: Sangat sulit melakukan aktivitas perdagangan di bawah peraturan 
mereka, karena ISIS menerapkan aturan yang sulit bagi para pedagang dan 
berbagai kebijakan yang tidak mungkin mereka ikuti.Para penegak hukum ISIS akan 
mengatur jenis barang apa saja yang bisa dijual oleh para pedagang. Hal pertama 
yang mereka lakukan adalah melarang impor daging sapi dan ayam dan memaksa 
setiap orang untuk mengandalkan produk lokal.Mereka juga melarang kaum pria 
memperdagangkan kosmetik dan asesoris perempuan. Mereka yang kedapatan 
melanggar peraturan akan dicambuk dan didenda.Mereka juga memastikan bahwa 
setiap bungkus produk yang menampilkan wajah pria atau perempuan harus 
tertutup. Sama halnya dengan gambar yang menunjukkan rambut perempuan atau 
bayi. Bahkan susu bayi dan popok pun harus ditutupi.Ketika berita tentang 
"pertempuran pembebasan" diumumkan, para pejuang ISIS bingung, dan mereka 
mengintimidasi orang-orang dengan menaikkan harga dan menetapkan aturan yang 
keras.Mereka bahkan melarang pemasangan antena parabola dan mulai menerbitkan 
publikasi audiovisual mereka sendiri melalui saluran mereka sendiri.Mereka 
menyebarkan rumor tentang kemenangan mereka dan apa yang mereka sebut 
"menaklukan" kota-kota yang dibebaskan. Mereka pergi dari rumah ke rumah untuk 
mencari telepon genggam dan jika ada orang yang kedapatan memilikinya, dia akan 
dihukum mati.Penindasan minoritasGereja-gereja serta masjid-masjid telah 
dihancurkan oleh kelompok ISIS, begitu juga dengan rumah-rumah penduduk. Warga 
menuturkan bagaimana rumah-rumah kosong itu dijarah - terutama milik 
orang-orang Kristen.Hamza, 32 tahun, warga di jalan Al-Jazaera: Setelah ISIS 
memasuki kota, mereka menyerbu berbagai gereja dan beberapa masjid lalu 
menjarah apapun yang mereka temukan di dalamnya.Mereka menggunakan meja dan 
kursi dari beberapa gereja sebagai tempat untuk menyiarkan kabar, di mana 
mereka menyebarkan propaganda.Kelompok milisi juga mencari rumah-rumah kosong 
di seluruh penjuru kota untuk kemudian dirampok dan dirampas barang-barangnya, 
terutama rumah orang-orang Kristen yang telah meninggalkan kota.Mereka juga 
menjarah rumah-rumah Muslim yang telah melarikan diri, mereka menyebutnya 
murtad dan merampas harta benda mereka.Orang-orang mencoba melindungi 
rumah-rumah ini dengan menempatkan anggota keluarga mereka sendiri dan 
berpura-pura bahwa rumah-rumah ini masih dihuni.Salah seorang tetangga saya 
diberi kunci rumah oleh teman Kristennya sebelum dia melarikan diri dari 
kota.Suatu hari, sekelompok pria bersenjata muncul untuk menyita rumah 
tersebut, jadi tetangga saya mengatakan kepada mereka bahwa rumah ini berada di 
bawah pengawasannya, dan jika mereka menghormati Nabi, mereka harus menghormati 
konsep perlindungan rumah tersebut.Mereka lantas membiarkannya hari itu, namun 
mereka terus kembali merongrong. Sekali waktu kelompok milisi membawanya pergi 
untuk dicambuk tapi dia tidak pernah menyerah.Dia akhirnya meyakinkan mereka 
bahwa dia membeli rumah itu untuk putranya, dan dia menjaganya sampai hari kota 
itu kembali ke tangan pemerintah, saat dia menyerahkan kuncinya kembali ke 
temannya yang datang untuk memeriksa rumahnya.
   

  #yiv2724172612 #yiv2724172612 -- #yiv2724172612ygrp-mkp {border:1px solid 
#d8d8d8;font-family:Arial;margin:10px 0;padding:0 10px;}#yiv2724172612 
#yiv2724172612ygrp-mkp hr {border:1px solid #d8d8d8;}#yiv2724172612 
#yiv2724172612ygrp-mkp #yiv2724172612hd 
{color:#628c2a;font-size:85%;font-weight:700;line-height:122%;margin:10px 
0;}#yiv2724172612 #yiv2724172612ygrp-mkp #yiv2724172612ads 
{margin-bottom:10px;}#yiv2724172612 #yiv2724172612ygrp-mkp .yiv2724172612ad 
{padding:0 0;}#yiv2724172612 #yiv2724172612ygrp-mkp .yiv2724172612ad p 
{margin:0;}#yiv2724172612 #yiv2724172612ygrp-mkp .yiv2724172612ad a 
{color:#0000ff;text-decoration:none;}#yiv2724172612 #yiv2724172612ygrp-sponsor 
#yiv2724172612ygrp-lc {font-family:Arial;}#yiv2724172612 
#yiv2724172612ygrp-sponsor #yiv2724172612ygrp-lc #yiv2724172612hd {margin:10px 
0px;font-weight:700;font-size:78%;line-height:122%;}#yiv2724172612 
#yiv2724172612ygrp-sponsor #yiv2724172612ygrp-lc .yiv2724172612ad 
{margin-bottom:10px;padding:0 0;}#yiv2724172612 #yiv2724172612actions 
{font-family:Verdana;font-size:11px;padding:10px 0;}#yiv2724172612 
#yiv2724172612activity 
{background-color:#e0ecee;float:left;font-family:Verdana;font-size:10px;padding:10px;}#yiv2724172612
 #yiv2724172612activity span {font-weight:700;}#yiv2724172612 
#yiv2724172612activity span:first-child 
{text-transform:uppercase;}#yiv2724172612 #yiv2724172612activity span a 
{color:#5085b6;text-decoration:none;}#yiv2724172612 #yiv2724172612activity span 
span {color:#ff7900;}#yiv2724172612 #yiv2724172612activity span 
.yiv2724172612underline {text-decoration:underline;}#yiv2724172612 
.yiv2724172612attach 
{clear:both;display:table;font-family:Arial;font-size:12px;padding:10px 
0;width:400px;}#yiv2724172612 .yiv2724172612attach div a 
{text-decoration:none;}#yiv2724172612 .yiv2724172612attach img 
{border:none;padding-right:5px;}#yiv2724172612 .yiv2724172612attach label 
{display:block;margin-bottom:5px;}#yiv2724172612 .yiv2724172612attach label a 
{text-decoration:none;}#yiv2724172612 blockquote {margin:0 0 0 
4px;}#yiv2724172612 .yiv2724172612bold 
{font-family:Arial;font-size:13px;font-weight:700;}#yiv2724172612 
.yiv2724172612bold a {text-decoration:none;}#yiv2724172612 dd.yiv2724172612last 
p a {font-family:Verdana;font-weight:700;}#yiv2724172612 dd.yiv2724172612last p 
span {margin-right:10px;font-family:Verdana;font-weight:700;}#yiv2724172612 
dd.yiv2724172612last p span.yiv2724172612yshortcuts 
{margin-right:0;}#yiv2724172612 div.yiv2724172612attach-table div div a 
{text-decoration:none;}#yiv2724172612 div.yiv2724172612attach-table 
{width:400px;}#yiv2724172612 div.yiv2724172612file-title a, #yiv2724172612 
div.yiv2724172612file-title a:active, #yiv2724172612 
div.yiv2724172612file-title a:hover, #yiv2724172612 div.yiv2724172612file-title 
a:visited {text-decoration:none;}#yiv2724172612 div.yiv2724172612photo-title a, 
#yiv2724172612 div.yiv2724172612photo-title a:active, #yiv2724172612 
div.yiv2724172612photo-title a:hover, #yiv2724172612 
div.yiv2724172612photo-title a:visited {text-decoration:none;}#yiv2724172612 
div#yiv2724172612ygrp-mlmsg #yiv2724172612ygrp-msg p a 
span.yiv2724172612yshortcuts 
{font-family:Verdana;font-size:10px;font-weight:normal;}#yiv2724172612 
.yiv2724172612green {color:#628c2a;}#yiv2724172612 .yiv2724172612MsoNormal 
{margin:0 0 0 0;}#yiv2724172612 o {font-size:0;}#yiv2724172612 
#yiv2724172612photos div {float:left;width:72px;}#yiv2724172612 
#yiv2724172612photos div div {border:1px solid 
#666666;min-height:62px;overflow:hidden;width:62px;}#yiv2724172612 
#yiv2724172612photos div label 
{color:#666666;font-size:10px;overflow:hidden;text-align:center;white-space:nowrap;width:64px;}#yiv2724172612
 #yiv2724172612reco-category {font-size:77%;}#yiv2724172612 
#yiv2724172612reco-desc {font-size:77%;}#yiv2724172612 .yiv2724172612replbq 
{margin:4px;}#yiv2724172612 #yiv2724172612ygrp-actbar div a:first-child 
{margin-right:2px;padding-right:5px;}#yiv2724172612 #yiv2724172612ygrp-mlmsg 
{font-size:13px;font-family:Arial, helvetica, clean, sans-serif;}#yiv2724172612 
#yiv2724172612ygrp-mlmsg table {font-size:inherit;font:100%;}#yiv2724172612 
#yiv2724172612ygrp-mlmsg select, #yiv2724172612 input, #yiv2724172612 textarea 
{font:99% Arial, Helvetica, clean, sans-serif;}#yiv2724172612 
#yiv2724172612ygrp-mlmsg pre, #yiv2724172612 code {font:115% 
monospace;}#yiv2724172612 #yiv2724172612ygrp-mlmsg * 
{line-height:1.22em;}#yiv2724172612 #yiv2724172612ygrp-mlmsg #yiv2724172612logo 
{padding-bottom:10px;}#yiv2724172612 #yiv2724172612ygrp-msg p a 
{font-family:Verdana;}#yiv2724172612 #yiv2724172612ygrp-msg 
p#yiv2724172612attach-count span {color:#1E66AE;font-weight:700;}#yiv2724172612 
#yiv2724172612ygrp-reco #yiv2724172612reco-head 
{color:#ff7900;font-weight:700;}#yiv2724172612 #yiv2724172612ygrp-reco 
{margin-bottom:20px;padding:0px;}#yiv2724172612 #yiv2724172612ygrp-sponsor 
#yiv2724172612ov li a {font-size:130%;text-decoration:none;}#yiv2724172612 
#yiv2724172612ygrp-sponsor #yiv2724172612ov li 
{font-size:77%;list-style-type:square;padding:6px 0;}#yiv2724172612 
#yiv2724172612ygrp-sponsor #yiv2724172612ov ul {margin:0;padding:0 0 0 
8px;}#yiv2724172612 #yiv2724172612ygrp-text 
{font-family:Georgia;}#yiv2724172612 #yiv2724172612ygrp-text p {margin:0 0 1em 
0;}#yiv2724172612 #yiv2724172612ygrp-text tt {font-size:120%;}#yiv2724172612 
#yiv2724172612ygrp-vital ul li:last-child {border-right:none 
!important;}#yiv2724172612 

   

Reply via email to