Tampilkan pesan asli     Pada Jumat, 9 Juni 2017 1:57, "'Chan CT' 
sa...@netvigator.com [GELORA45]" <GELORA45@yahoogroups.com> menulis:
 

       From: B.DORPI P. Sent: Friday, June 9, 2017 6:38 AM 
http://www.rmol.co/read/2017/06/08/294713/Taufiq-Kiemas,-Indah-Dilupakan,-Sedih-Dikenangkan-
 08 JUNI 2017 , 07:39:00 WIB  Taufiq Kiemas, Indah Dilupakan, Sedih 
DikenangkanOLEH: DEREK MANANGKA  YAH, judul di atas mungkin bisa menimbulkan 
tanda-tanya, apa maksudnya. Judul itu terlalu mendayu, dan seakan ditujukan 
kepada sang kekasih wanita yang sudah jauh dan bahkan telah tiada.  
|  |

Tetapi memang itulah judul yang terbersit di pikiran, sewaktu mau menulis 
“Mengenang Empat Tahun Berpulangnya Taufiq Kiemas”.

Hanya itu ungkapan yang cocok disampaikan, karena saya termasuk salah satu dari 
banyak orang yang pernah merasakan kebaikan dan ketulusan almarhum. Tak peduli 
apa kata orang lain, itu tak menganggu pikiran saya. Atau EGP.

Bahwa Taufiq Kiemas di masa hidupnya pernah melakukan kekeliruan dan mungkin 
mengecewakan orang lain, itu tandanya dia seorang mahluk ciptaan Tuhan yang 
tidak sempurna.

Hari ini, Kamis 8 Juni, tepat empat tahun lalu Ketua MPR-R itu menghembuskan 
nafasnya yang terakhir di sebuah rumah sakit di Singapura. Taufiq meninggal 
setelah diawali serangan jantung di Ende, Nusa Tenggara Timur, tempat 
pembuangan Soekarno oleh penjajah Belanda.

Taufiq sebagai Ketua MPR-RI di tahun 2013 itu tengah giat-giatnya mempromosikan 
“Empat Pilar” dan Hari Kelahiran Panca Sila 1 Juni.

Baginya “Empat Pilar” sama dengan Panca Sila. Taufiq menggunakan istilah baru, 
sebab dalam pemikirannya dia, masyarakat sudah terlanjur jenuh dengan nama 
Panca Sila.

“Harus gunakan terminologi baru”, ujarnya di tahun 2010.

Taufiq berkunjung ke Ende untuk melakukan kegiatan Napak Tilas atas sejarah 
perjuangan penemu Panca Sila yakni Ir, Soekarno yang kelak menjadi putera 
pertama Indonesia yang menjadi Presiden.

Kelahiran Panca Sila telah dirubah oleh sejarawan Orde Baru. Menjadi 18 Agustus 
dan penemunya bukan Soekarno, melainkan Mohamad Yamin.

Padahal ketika Soekarno masih berkuasa, kelahiran Panca Sila sudah ditetapkan 1 
Juni.

Perubahan hari kelahiran itu menimbulkan efek psikologis yang tidak produktif. 
Terutama setelah beberapa waktu tanggal 1 Oktober dinyatakan sebagai Hari 
Kesaktian Panca Sila.

Perdebatan soal siapa sebenarnya penemu Panca Sila dan hari kelahirannya, belum 
selesai, masyarakat kemudian dijejali oleh keharusan mengikuti Penataran P4 
(Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Panca Sila).

Makin bertambah-tambahlah kebingungan dan kejenuhan terhadap Panca Sila. Belum 
lagi ada tuntutan bahwa Panca Sila itu sebetulnya lahir 22 Juni 1945. Kalu ini 
dituruti, itu sama dengan berlakunya Piagam Jakarta atau Indonesia secara 
konstitusional merupakan Negara Islam, bukan Negara Panca Sila.

Di tengah suasana itu, Taufiq mencoba mencari terobosan. Dengan mulai 
menghidupkan ingatan segar dan positif terhadap Soekarno. Karena sebetulnya 
setelah Ende, berbagai Napak Tilas untuk mendiskripsikan bagaimana sebenarnya 
pemikiran-pemikiran Soekarno, sudah dia agendakan.

Namun agenda Tuhan berkata lain. Taufiq harus berhenti melakukan pekerjaan 
sosialisasi Panca Sila melalui “Empat Pilar” dan mengingatkan seorang Soekarno 
sebagai seorang legenda bangsa.

Agenda Taufiq untuk menghidupkan kembali nyala api semangat Panca Sila, 
terhenti. Kepergiannya pun menyisahkan duka yang dalam. Hal ini terlihat dari 
salah satu ungkapan rasa duka cita, lewat bunga papan yang dikirim ke rumah 
kediaman Jl. Teuku Umar, Jakarta Pusat.

Entah berapa banyak jumlahnya. Yang pasti deretan bunga papan itu dimulai dari 
Jl. Sutan Syahrir, ujung yang dekat Gedung Wisma Nusantara, depan Hotel Grand 
Hyatt. Kemudian menyusur sepanjang jalan yang mentok ke Jl. Teukur Umar yang 
datang dari Taman Suropati. Kemudian terus melewati bunderan Air Mancur, lurus 
ke arah masjid Tjut Mutia. Kiri kanan Jl. Teukur Umar penuh dan meluber ke luar 
hingga ke Jl. Sawo.

Saya ingat ketika Jenderal Besar Soeharto meninggal dunia pada 27 Januari 2008, 
reaksi masyarakat yang bersedih berbeda. Jelas lebih banyak.

Tetapi dalam soal bunga papan, kiriman karangan bunga duka cita kepada jenderal 
yang berkuasa selama 32 tahun, dengan segala maaf harus saya katakan secara 
kasat mata, kalah banyak.

Reaksi terhadap Pak Harto berbeda, boleh jadi demikian, karena sebelum 
meninggal Pak Harto sudah sering masuk keluar rumah sakit. Usia Pak Harto saat 
meninggal juga sudah di atas 80. Sehingga kabar meninggalnya, tidak lagi 
mengejutkan.

Sementara Taufiq Kiemas, sering masuk keluar rumah sakit, tapi seusai dari 
rumah sakit selalu seperti bukan orang yang pernah jatuh sakit.

Sehingga ketika kabar meninggalnya itu tersiar, masyarakat terkejut. Apalagi 
berita yang disampaikan dari Singapura, sebelumnya selalu dikatakan “baik”.

Tapi ternyata tiba-tiba : “done” !

Sejujurnya, tulisan tentang politisi PDI-P itu dalam beberapa bulan terakhir 
ini, cukup banyak bermunculan. Paling tidak namanya sering disebut. Terutama 
ketika perbincangan tentang keadaan politik nasional jadi sorotan.

“Kalau Bang TK masih hidup, mungkin konflik politik seperti yang melanda 
Jakarta atau Indonesia secara keseluruhan, tidak akan memanas seperti ini”.

“Kalau Bang TK masih ada, Habib Riziek, Ketua Umum FPI mungkin tidak akan 
hijrah sementara ke Arab Saudi. Ataupun kalau dia disana bukan Prabowo Subianto 
dan Amien Rais yang mendatanginya dengan alasan umroh. Bang TK sendiri yang 
akan menjemputnya. Sesudah itu setiba di tanah air, langsung hepi-hepi”.

“Bang TK adalah sosok yang selalu membuat persoalan sulit menjadi mudah. 
Menyelesaikan persoalan sulit atas win win solution”.

Yang terakhir ini merupakan ungkapan yang merujuk pada cara Taufiq Kiemas 
menyelesaikan masalah. Dimana pada satu waktu, dia sendiri yang menjemput 
Prabowo Subianto saat berada di Swiss, yang berstatus “stateless” behubung 
paspor RI-nya sudah tidak berlaku.

Yang agak mengejutkan, testimoni yang saya dengar di acara buka puasa FSAB 
(Forum Silahturahmi Anak Bangsa), Selasa malam 6 Juni lalu.

Acara itu tidak ada kaitannya dengan almarhum. Tapi tiba-tiba, salah seorang 
putera Kertosuwiryo – tokoh pemberontak DI/TII di Jawa Barat, menyebut nama 
politisi senior itu.

“Tujuh tahun lalu kita bertemu di tempat ini dengan Pak Taufiq. Saya ingat 
beliau karena dia tanya apakah saya sudah sudah naik haji. Saya jawab belum”

“Hari itu juga saya diminta menyerahkan KTP dan paspor. Pak TK minta Lukman 
Saefuddin, sebagai Wakil Ketua MPR-RI yang sekarang menjadi Menteri Agama, 
mengurus semua dokumen haji. Tiga bulan setelah itu saya akhirnya bisa naik 
haji”.

“Semua biaya ditanggung oleh Pak TK”, katanya.

Ceritera lain dari Sys NS, juga muncul di tempat sama. Dia lupa tahunnya. Tapi 
bekas pesepakbola nasional Abdulkadir, meminta bantuannya untuk dihubungkan 
dengan Taufiq Kiemas. Kadir tidak punya uang. Tapi ia perlu berobat ke 
Tiongkok. Dan biayanya mahal.

“Begitu saya kasih tau Pak Taufiq, dia langsung minta Kadir ketemu beliau. 
Gile, semua dibayarin”, ujar Sys NS yang rumahnya di Jl. Teuku Umar 
bersebelahan.

Kadir, pesepakbola nasional yang dijuluki Si Kancil, memang tak lama setelah 
pengobatan, akhirnya meninggal dunia. Dan Kadir mungkin tak pernah sempat 
bertemu Taufiq setelah itu - sekedar menyampaikan terima kasih.

Bagi Taufiq sebuah hadiah, barang, uang atau apa yang sudah diberikannya, tak 
pernah dia tanyakan, apakah sudah digunakan atau tidak. Karena kalau itu 
dilakukannya, berapa banyak orang yang harus dia hubungi.

Sama dengan ketika dia membagikan jam tangan “Rolex”. Pada satu tempo, ketika 
persediaan jam itu masih banyak, siapa saja yang dia lihat belum mengenakan jam 
tangan merek tersebut, dia akan suruh pergi ke orang menyimpan jam tangan itu.

Pernah terjadi, seorang teman yang dulunya sangat ngotot mau memperkenalkan 
diri kepada Taufiq, tiba-tiba menolak, ketika saya ajak bersama ke Pompa Bensin 
Penjompongan. Tempat itu menjadi tempat “clubbing”. Sahabat ini terus menolak.

Selidik punya selidik, si “Ucok”, bukan nama sebenarnya malu bertemu Taufiq, 
karena jam tangan “Rolex” yang dihadiahkannya, sudah terlanjur dia jual. Jam 
tangan berharga pulhan juta itu dia jual karena “kepepet”, tidak punya uang.

Hal ini hanya untuk menggambarkan, dalam memberi, Taufiq tidak pernah 
memikirkan apa yang sudah diberikannya.

Dia memberi dengan tangan kanan, sementara tangan kirinya tak tahu sama sekali.

Memang lebih indah melupakan almarhum ketimbang mengingatnya. Sebab dengan 
melupakannya, tidak ada kerinduan, penantian kosong atas kehadirannya.

Semakin mengenangnya, semakin sedih rasanya. Sedih mengingat 
kebaikan-kebaikannya. Kebaikan mana belum tentu bisa didapatkan dari orang lain.

Kebaikan dan ketulusannya tak tergantikan.  [***]

Penulis adalah wartawan senior          #yiv3078633687 #yiv3078633687 -- 
#yiv3078633687ygrp-mkp {border:1px solid #d8d8d8;font-family:Arial;margin:10px 
0;padding:0 10px;}#yiv3078633687 #yiv3078633687ygrp-mkp hr {border:1px solid 
#d8d8d8;}#yiv3078633687 #yiv3078633687ygrp-mkp #yiv3078633687hd 
{color:#628c2a;font-size:85%;font-weight:700;line-height:122%;margin:10px 
0;}#yiv3078633687 #yiv3078633687ygrp-mkp #yiv3078633687ads 
{margin-bottom:10px;}#yiv3078633687 #yiv3078633687ygrp-mkp .yiv3078633687ad 
{padding:0 0;}#yiv3078633687 #yiv3078633687ygrp-mkp .yiv3078633687ad p 
{margin:0;}#yiv3078633687 #yiv3078633687ygrp-mkp .yiv3078633687ad a 
{color:#0000ff;text-decoration:none;}#yiv3078633687 #yiv3078633687ygrp-sponsor 
#yiv3078633687ygrp-lc {font-family:Arial;}#yiv3078633687 
#yiv3078633687ygrp-sponsor #yiv3078633687ygrp-lc #yiv3078633687hd {margin:10px 
0px;font-weight:700;font-size:78%;line-height:122%;}#yiv3078633687 
#yiv3078633687ygrp-sponsor #yiv3078633687ygrp-lc .yiv3078633687ad 
{margin-bottom:10px;padding:0 0;}#yiv3078633687 #yiv3078633687actions 
{font-family:Verdana;font-size:11px;padding:10px 0;}#yiv3078633687 
#yiv3078633687activity 
{background-color:#e0ecee;float:left;font-family:Verdana;font-size:10px;padding:10px;}#yiv3078633687
 #yiv3078633687activity span {font-weight:700;}#yiv3078633687 
#yiv3078633687activity span:first-child 
{text-transform:uppercase;}#yiv3078633687 #yiv3078633687activity span a 
{color:#5085b6;text-decoration:none;}#yiv3078633687 #yiv3078633687activity span 
span {color:#ff7900;}#yiv3078633687 #yiv3078633687activity span 
.yiv3078633687underline {text-decoration:underline;}#yiv3078633687 
.yiv3078633687attach 
{clear:both;display:table;font-family:Arial;font-size:12px;padding:10px 
0;width:400px;}#yiv3078633687 .yiv3078633687attach div a 
{text-decoration:none;}#yiv3078633687 .yiv3078633687attach img 
{border:none;padding-right:5px;}#yiv3078633687 .yiv3078633687attach label 
{display:block;margin-bottom:5px;}#yiv3078633687 .yiv3078633687attach label a 
{text-decoration:none;}#yiv3078633687 blockquote {margin:0 0 0 
4px;}#yiv3078633687 .yiv3078633687bold 
{font-family:Arial;font-size:13px;font-weight:700;}#yiv3078633687 
.yiv3078633687bold a {text-decoration:none;}#yiv3078633687 dd.yiv3078633687last 
p a {font-family:Verdana;font-weight:700;}#yiv3078633687 dd.yiv3078633687last p 
span {margin-right:10px;font-family:Verdana;font-weight:700;}#yiv3078633687 
dd.yiv3078633687last p span.yiv3078633687yshortcuts 
{margin-right:0;}#yiv3078633687 div.yiv3078633687attach-table div div a 
{text-decoration:none;}#yiv3078633687 div.yiv3078633687attach-table 
{width:400px;}#yiv3078633687 div.yiv3078633687file-title a, #yiv3078633687 
div.yiv3078633687file-title a:active, #yiv3078633687 
div.yiv3078633687file-title a:hover, #yiv3078633687 div.yiv3078633687file-title 
a:visited {text-decoration:none;}#yiv3078633687 div.yiv3078633687photo-title a, 
#yiv3078633687 div.yiv3078633687photo-title a:active, #yiv3078633687 
div.yiv3078633687photo-title a:hover, #yiv3078633687 
div.yiv3078633687photo-title a:visited {text-decoration:none;}#yiv3078633687 
div#yiv3078633687ygrp-mlmsg #yiv3078633687ygrp-msg p a 
span.yiv3078633687yshortcuts 
{font-family:Verdana;font-size:10px;font-weight:normal;}#yiv3078633687 
.yiv3078633687green {color:#628c2a;}#yiv3078633687 .yiv3078633687MsoNormal 
{margin:0 0 0 0;}#yiv3078633687 o {font-size:0;}#yiv3078633687 
#yiv3078633687photos div {float:left;width:72px;}#yiv3078633687 
#yiv3078633687photos div div {border:1px solid 
#666666;min-height:62px;overflow:hidden;width:62px;}#yiv3078633687 
#yiv3078633687photos div label 
{color:#666666;font-size:10px;overflow:hidden;text-align:center;white-space:nowrap;width:64px;}#yiv3078633687
 #yiv3078633687reco-category {font-size:77%;}#yiv3078633687 
#yiv3078633687reco-desc {font-size:77%;}#yiv3078633687 .yiv3078633687replbq 
{margin:4px;}#yiv3078633687 #yiv3078633687ygrp-actbar div a:first-child 
{margin-right:2px;padding-right:5px;}#yiv3078633687 #yiv3078633687ygrp-mlmsg 
{font-size:13px;font-family:Arial, helvetica, clean, sans-serif;}#yiv3078633687 
#yiv3078633687ygrp-mlmsg table {font-size:inherit;font:100%;}#yiv3078633687 
#yiv3078633687ygrp-mlmsg select, #yiv3078633687 input, #yiv3078633687 textarea 
{font:99% Arial, Helvetica, clean, sans-serif;}#yiv3078633687 
#yiv3078633687ygrp-mlmsg pre, #yiv3078633687 code {font:115% 
monospace;}#yiv3078633687 #yiv3078633687ygrp-mlmsg * 
{line-height:1.22em;}#yiv3078633687 #yiv3078633687ygrp-mlmsg #yiv3078633687logo 
{padding-bottom:10px;}#yiv3078633687 #yiv3078633687ygrp-msg p a 
{font-family:Verdana;}#yiv3078633687 #yiv3078633687ygrp-msg 
p#yiv3078633687attach-count span {color:#1E66AE;font-weight:700;}#yiv3078633687 
#yiv3078633687ygrp-reco #yiv3078633687reco-head 
{color:#ff7900;font-weight:700;}#yiv3078633687 #yiv3078633687ygrp-reco 
{margin-bottom:20px;padding:0px;}#yiv3078633687 #yiv3078633687ygrp-sponsor 
#yiv3078633687ov li a {font-size:130%;text-decoration:none;}#yiv3078633687 
#yiv3078633687ygrp-sponsor #yiv3078633687ov li 
{font-size:77%;list-style-type:square;padding:6px 0;}#yiv3078633687 
#yiv3078633687ygrp-sponsor #yiv3078633687ov ul {margin:0;padding:0 0 0 
8px;}#yiv3078633687 #yiv3078633687ygrp-text 
{font-family:Georgia;}#yiv3078633687 #yiv3078633687ygrp-text p {margin:0 0 1em 
0;}#yiv3078633687 #yiv3078633687ygrp-text tt {font-size:120%;}#yiv3078633687 
#yiv3078633687ygrp-vital ul li:last-child {border-right:none 
!important;}#yiv3078633687 

   
  • [GELORA45] Fw: Re.:Taufiq... 'Chan CT' sa...@netvigator.com [GELORA45]
    • Trs: [GELORA45] Fw: ... Chalik Hamid chalik.ha...@yahoo.co.id [GELORA45]

Kirim email ke