Pidato Presiden Joko Widodo tadi malam, yg lain dp biasanya, yg heroik, di
depan lebih dari seratus ribu hadirin yang memadati Stadion Utama Senayan,
Jakarta,

 

Presiden menyampaikan pesan yang sangat penting. Sebuah pidato yang sudah
lama dinanti-nanti oleh mayoritas diam yang selama beberapa waktu belakangan
ini dibuat gundah oleh berbagai peristiwa sebelum, selama, dan sesudah
Pilkada DKI baru-baru ini.

 

*Selengkapnya pidato itu sebagai berikut_*

 

Assalamu'alaikum wa rahmatullah wa barakatuh. Merdeka!

 

Saudara-saudara sebangsa dan setanah air.

Hari ini saya ingin menyampaikan beberapa hal yang berkaitan dengan
keselamatan bangsa. Seperti telah sama-sama kita saksikan dan rasakan,
belakangan ini media cetak, televisi, dan media sosial dipenuhi berbagai
berita, debat, dan pembahasan tentang kelompok-kelompok masyarakat yang
bersuara lantang tentang berbagai hal. Hampir tiap minggu jalanan kita
dipenuhi oleh tuntutan-tuntutan yang memekakkan telinga dalam unjuk rasa
yang tidak jarang menganggu ketertiban umum. Udara ibu kota menjadi pengap
oleh ungkapan-ungkapan yang penuh polusi.

 

Tidak ada larangan bagi anggota masyarakat mana pun untuk berbicara
menyampaikan aspirasinya. Namun, yang mengkhawatirkan, suara-suara itu
tampaknya makin lama makin tak terkendali dan sudah sampai pada tahap
membahayakan kerukunan dan persatuan bangsa, ketika menyangkut hal-hal yang
peka seperti kebinekaan, dasar, dan ideologi negara, serta kemajemukan yang
menjadi landasan bagi keutuhan bangsa ini.

 

Pikiran, waktu, dan tenaga kita semua kemudian tercurahkan pada gonjang
ganjing ini, sedangkan banyak urusan yang lebih penting dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan rakyat yang memerlukan perhatian kita berisiko
terabaikan. Terlalu besar biaya yang harus ditanggung rakyat ketika aparat
negara habis waktunya untuk terus menerus berupaya mencegah kekacauan yang
bisa ditimbulkan oleh perseteruan yang tidak perlu.

 

Lebih mengkhawatirkan lagi ketika apa yang disebut sebagai gerakan-gerakan
masyarakat ini kemudian menjurus kepada ekstremisme dalam bentuk
ujaran-ujaran kebencian, eksklusivisme, dan rasisme.

 

Tempat-tempat ibadah yang seharusnya digunakan untuk mendekatkan diri kepada
Sang Khalik telah disalahgunakan untuk menyampaikan agitasi politik. Bukan
saja masyarakat awam, tetapi banyak di antara warga terdidik juga termakan
oleh isu-isu berbau fitnah yang disebarkan oleh kelompok yang tidak
bertanggung jawab. Tekanan dan intimidasi terus menerus dilontarkan ke arah
lembaga peradilan yang sedang melaksanakan tugas mulia negara hukum.

 

Sudah terlalu banyak contoh hancurnya sebuah negara dengan akibat
penderitaan jutaan rakyatnya yang disebabkan oleh perselisihan antarwarga
negeri sendiri yang tak terkendali, seperti yang terjadi di Afghanistan,
Irak, Libya, dan Suriah. Ekstremisme yang ditandai dengan kekerasan verbal
kemudian berkembang menjadi kekerasan fisik.

 

Sebagaimana bagian besar rakyat Indonesia yang sejauh ini diam menyaksikan
semua ini, karena tidak ingin menambah masalah mulai kehilangan kesabaran,
saya sebagai Kepala Negara dan Presiden, penerima mandat rakyat dalam sebuah
pemilihan umum yang konstitusional, juga tidak bisa terus menerus diam dan
membiarkan semua ini berlarut-larut tanpa bersikap dan bertindak. Kesabaran
bukan tidak ada batasnya.

 

Ketika kepentingan bangsa dan negara yang lebih besar terganggu dan terancam
oleh ulah kelompok yang ingin merusak tatanan kehidupan yang berkeadaban,
maka saatnya kita bangun untuk menertibkan yang tidak tertib hukum dan
menindak yang bertindak tak beradab.

 

Kita sebagai bangsa sudah sepakat untuk menerapkan kehidupan berdemokrasi
yang sehat. Sejauh ini demokrasi kita telah berjalan dengan relatif baik,
meski di sana sini masih banyak yang harus terus disempurnakan. Kita tidak
boleh lengah dengan membiarkan kekuatan-kekuatan anti-demokrasi yang ikut
serta berdemokrasi tetapi dengan tujuan mengambil untung dari alam kebebasan
berdemokrasi untuk menghancurkan demokrasi itu sendiri.

 

Demokrasi memang memberikan hak lebih kepada suara terbanyak, tetapi tidak
berarti menghilangkan hak asasi kelompok kecil dan hak hidup orang kecil.
Tidak ada hak khusus mayoritas dan minoritas di negeri ini. Semua punya hak
dan kewajiban yang sama. Di negara berhaluan Pancasila, semua penganut
agama, baik Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Buddha, dan Konghucu, dijamin
oleh konstitusi bebas melaksanakan ibadah sesuai keyakinannya dan
penganutnya mempunyai hak dan kewajiban yang sama sebagai warga negara.

 

Semua warga baik dari suku Jawa, Madura, Sunda, Batak, Aceh, Dayak, Bugis,
Papua, Tionghoa, Arab, India, dan lainnya, mempunyai hak dan kewajiban yang
sama sebagai warga negara. Hak untuk hidup layak, hak berpolitik, hak
ekonomi, hak budaya, hak berbicara, hak untuk dapat perlindungan negara, hak
untuk memilih, dan hak untuk dipilih.

 

Berpolitik boleh, mempunyai ambisi politik tidak dilarang, tetapi semua itu
harus dilaksanakan dalam koridor konstitusi dan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, serta wajib dilakukan sesuai norma-norma kehidupan
bermasyarakat yang sehat, yang menuntut kita untuk tetap santun, beretika,
bermoral, dan berakhlak mulia. Apa yang diklaim sebagai suara mayoritas juga
harus dibuktikan dalam sistem demokrasi representatif, bukan dengan berbagai
tekanan dan intimidasi di jalanan.

 

Hukum tanpa demokrasi berarti penindasan otoriter, sedangkan demokrasi tanpa
hukum berujung kepada anarkisme. Toleransi dan penghormatan atas perbedaan
keyakinan dan pendirian warga negara harus terus dipelihara bila kita ingin
mempertahankan kerukunan hidup bersama. Batas toleransi adalah intoleransi
atau ketiadaan toleransi itu sendiri, pada saat mana kita harus bersikap
untuk menghentikannya.

 

Saudara-saudaraku setanah air.

Saya sadar bahwa selama dua setengah tahun lebih saya memegang kendali
pemerintahan, masih banyak pekerjaan rumah yang belum selesai. Kesenjangan
ekonomi warga negara dan jurang perbedaan antara kaya dan miskin masih
merupakan momok yang menakutkan. Resesi ekonomi dunia yang belum sepenuhnya
pulih juga berpengaruh sampai ke negeri kita.

 

Semua ini saya sadari dan menggugah saya untuk terus mencari jalan cepat
mengentaskan kemiskinan dan sekaligus menciptakan pertumbuhan ekonomi untuk
menampung jumlah pencari kerja baru yang setiap tahun bertambah. Saya sadar
betul dan saya memahami tuntutan rakyat agar berpihak kepada orang kecil dan
warga negara yang lemah. Kebijakan pemerintah akan terus diarahkan ke sana
sehingga ketidakadilan ekonomi yang menguntungkan hanya sekelompok kecil
warga negara di tingkat atas tidak terus berlanjut.

 

Semua itu bisa kita lakukan bila rakyat bersama pemimpinnya bersatu padu
menuju ke satu arah kesejahteraan yang kita dambakan. Menggunakan hati yang
bersih dan nalar yang jernih dalam menggapai cita-cita bersama kita. Tidak
tercerai berai dan sibuk mengobarkan kebencian antar sesama.

 

Saudara-saudara,

Mari kita jaga bersama negeri tercinta ini agar selamat mencapai tujuan adil
dan makmur seperti yang dicita-citaka oleh para pendiri bangsa ini. Mari
kita jaga bangsa ini agar tetap utuh bersatu dalam kebinekaan dari Sabang
sampai Merauke. Mari kita junjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa yang telah
dengan arif dan bijak dititipkan kepada kita dalam sila-sila yang tercantum
pada Pancasila.

 

Saya dengan segala kekuatan lahir dan batin yang saya miliki akan berada di
garis depan bersama saudara-saudara semua dalam upaya menyelamatkan negeri
ini dari segala bentuk rongrongan dari mana pun datangnya.

 

Jangan pernah ada yang berspekulasi dan berpikir lain. Jangan ada yang
mencoba menghalangi. Ketika saya menerima mandat sebagai presiden dan kepala
pemerintahan, saya telah bertekad untuk mengerahkan segala kekuatan saya
demi mengabdi untuk bangsa ini.

 

Saya akan menggunakan semua wewenang yang melekat pada diri saya sebagai
kepala pemerintahan dan kepala negara dalam batas hukum yang berlaku untuk
memastikan bahwa negeri tercinta ini selamat dari segala bentuk ancaman
kehancuran dari dalam maupun luar negeri.

 

Semoga Tuhan bersama kita.

 

Wassalamu'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh. Merdeka!

)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Kirim email ke