Artikel <https://www.antaranews.com/slug/artikel>
Kisah Desa Majasari berdaya dengan internet
Kamis, 15 November 2018 08:37 WIB
Kisah Desa Majasari berdaya dengan internet
Kepala Desa Majasari, Kecamatan Sliyeg, Indramayu, Wartono,
memperlihatkan sapi hasil peternakan desa tersebut. (Foto : Istimewa)
Sejak adanya internet ini, penjualan sapi mengalami peningkatan hingga
400 persen.
Sempat kebingungan dengan kondisi desanya pada awal menjabat sebagai
kepala desa satu dasawarsa lalu, Wartono menunjukkan bahwa inovasi yang
dilakukan menjadi solusi dalam menghadapi persoalan pedesaan.
Wartono menerapkan pertanian dan peternakan yang terintegrasi di Desa
Majasari, Kecamatan Sliyeg, Indramayu, Jawa Barat itu. Untuk pemasaran
produk desanya, desa tersebut menggunakan internet. Hasilnya, desa yang
dulunya terkenal sebagai lumbung Tenaga Kerja Indonesia (TKI), kini
berubah menjadi sentra sapi.
Desa yang mempunyai julukan Majasari Religius Apresiatif, Produktif,
Inovatif dan Harmonis (Majasari RAPIH) itu dulunya merupakan salah satu
desa tertinggal di Tanah Air. Namun kini, desa tersebut memiliki
pendapatan paling stabil. Desa itu berhasil menurunkan tingkat
kemiskinan pada angka 8,24 persen.
"Awalnya, kami menerima bantuan Penguatan Modal Usaha Kelompok (PMUK)
dari Kementerian Pertanian pada 2013 sebanyak 32 ekor. Kemudian pada
2016, diberikan lagi bantuan sebanyak 13 ekor. Sekarang peternakan sapi
berkembang menjadi sekitar 225 ekor sapi," ujar Wartono.
Wartono menjelaskan kesuksesan peternakan sapi di desa itu tak lepas
dari perpaduan pertanian dan peternakan yang terintegrasi serta dana
desa yang dikucurkan pemerintah.
Desa itu menerapkan teknologi pengolahan pakan dari limbah pertanian
seperti jerami untuk penyediaan pakan ternak. Limbah peternakan kemudian
digunakan sebagai pupuk di lahan pertanian. Desa itu juga sejak beberapa
tahun lalu, telah beralih ke pertanian organik.
Menariknya, bagaimana cara pertanian dan peternakan organik tersebut
semuanya didapatkan melalui internet. Keberhasilan Desa Majasari yang
meraih peringkat satu desa terbaik itu juga tak lepas dari peran
internet. Desa itu sejak 2017 ditetapkan menjadi Desa Broadband oleh
Kementerian Komunikasi dan Informatika.
Masyarakat desa bisa mengakses internet secara cuma-cuma melalui
perpustakaan desa. Di situ, masyarakat bisa belajar untuk meningkatkan
kapasitasnya sebagai petani dan juga peternak.
Keberadaan internet pula yang secara tidak langsung meningkatkan
perekonomian desa tersebut. Tak heran, pemasaran produk pertanian dan
peternakan desa itu hingga ke penjuru Tanah Air.
Wartono menjelaskan jangkauan pemasaran produk di desa itu juga semakin
luas. Desa itu banjir pesanan sapi terutama menjelang Hari Raya Idul Adha.
"Sejak adanya internet ini, penjualan sapi mengalami peningkatan hingga
400 persen. Kalau 2013, sapi yang terjual paling hanya 13 ekor menjelang
Idul Adha, tapi sekarang bisa sampai 62 ekor," jelas Wartono yang akrab
disapa Pak Kuwu itu.
Wartono juga menjelaskan semua kegiatan edukasi, promosi hingga
penjualan menggunakan internet melalui media sosial dan situs desa, yang
dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Majasari.
Selain sapi, desa itu juga memproduksi beras organik yakni beras sehat.
Desa itu juga memiliki kluster ekonomi usaha produk makanan seperti
bakso, abon, nugget dan lain sebagainya.
Penetapan desa itu sebagai salah satu desa broadband mempunyai andil
dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat di desa itu.
Sebelum diterapkan menjadi desa broadband, desa itu terpaksa menyisihkan
dana untuk berlangganan internet. Begitu kuota habis, akses internet pun
terhenti. Namun sejak ditetapkan sebagai desa broadband, masyarakat bisa
mengakses internet setiap saat.
Semua informasi mengenai desa yang mendapat peringkat satu desa terbaik
nasional pada 2016 tersebut juga dapat diakses melalui internet.
Masyarakat pun tak perlu bersusah payah, bolak-balik ke kantor desa
untuk mengakses layanan publik. Semua informasi mengenai persyaratan
mulai dari layanan sosial dan layanan administrasi kependudukan dapat
diakses melalui situs desa yakni majasari.desa.id.
"Keberadaan internet ini memang diakui manfaatnya oleh masyarakat,
karena memudahkan berkomunikasi juga memudahkan mencari rujukan untuk
usaha," terang pria yang memiliki tiga anak ini.
Saat ini, desa mengembangkan penggunaan internet untuk mencetak
pengusaha muda baru, melalui "ITPreuner". Generasi muda dilatih
memanfaatkan internet untuk menghasilkan uang. Untuk anak-anak, desa itu
memiliki program "Kidpreuner", yakni program pengenalan lahan pertanian
bagi anak-anak. Semua itu, kata Wartono, berawal kegelisahannya melihat
dampak negatif dari internet.
Wartono berharap ke depan generasi muda di desa itu tak perlu lagi
mengais rezeki di negeri orang sebagai TKI, tetapi cukup di desa itu dan
mengoptimalkan potensi yang ada.
*Desa Broadband Terpadu*
Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara mengatakan
program Desa Broadband Terpadu (DBT) memiliki tujuan meningkatkan
pemanfaatan akses internet yang mendukung produktivitas masyarakat di desa.
"Pembangunan yang dilakukan pemerintah tidak hanya di kota-kota besar,
tetapi juga di desa-desa demi mengatasi ketimpangan pembangunan yang
masih terjadi di Tanah Air," kata Rudiantara.
Peningkatan diharapkan tidak hanya terjadi pada produktivitas masyarakat
di desa, tetapi juga tata kelola pemerintahan desa. Saat ini, DBT telah
dilaksanakan di 223 desa di seluruh Indonesia, pemilihan desa merupakan
kompilasi dari beberapa kementerian yang diajukan oleh kantor Staf Presiden.
Ada dua program pendukung DBT yakni platform tata kelola desa dan solusi
desa broadband terpadu (desa perikanan dan desa pertanian).Platform tata
kelola desa merupakan program yang diperuntukkan untuk meningkatkan
kapasitas aparat desa dalam melaksanakan kegiatan administrasi.
Platform tersebut juga merupakan aplikasi yang terintegrasi, peningkatan
partisipasi publik serta transparansi dalam tata kelola pemerintahan,
dan pemerataan pembangunan layanan Teknologi Informasi Komunikasi (TIK).
Modul-modul yang terdapat dalam platform tata kelola desa adalah modul
kependudukan dan kemiskinan, modul keuangan, modul perencanaan dan
pemetaan, serta modul Posyandu.
"Solusi DBT dikembangkan juga untuk peningkatan produktivitas sektor
pertanian dan perikanan," jelas Rudianara lagi.
Pengembangan SDBT menggabungkan beberapa unsur, yaitu perangkat
(device), jaringan, aplikasi, dan pengembangan Sumber Daya Manusia
(Capacity Building). Program itu juga berkolaborasi dengan Kementerian
Desa, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Pertanian,
Pengembang aplikasi, operator seluler, akademisi dan penyedia lain.
Direktur Jenderal Informasi Komunikasi Publik Niken Widiastuti berharap
fasilitas internet yang ada di desa bisa dimanfaatkan secara maksimal
untuk mengakses informasi dan komunikasi.
"Desa broadband merupakan solusi nyata pemerintahan Jokowi-JK dalam
membangun desa dan mengurangi ketimpangan teknologi dan informasi," kata
Niken.
*Percepat Pembangunan Desa*
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes
PDTT) Eko Putro Sandjojo mengatakan keberadaan internet mempercepat
pembangunan di desa.
Eko memberi contoh bagaimana keberadaan internet membuat Desa Ponggok di
Klaten yang semula tidak dikenal menjadi mendunia. Desa Ponggok yang
terkenal dengan Umbul Ponggok, kolam pemandian yang disulap menjadi area
swafoto bawah air.
Dulunya hanya kolam pemandian peninggalan kolonial Belanda. Oleh kepala
desa, disulap menjadi tempat pemandian yang menarik ribuan pengunjung
datang setiap harinya ke tempat itu.
"Dikasih properti seperti motor, lalu menggunakan kamera bawah air dan
itu menarik banyak pengunjung datang ke Umbul Ponggok setiap harinya,"
kata Eko.
Keaktifan perangkat desa dalam mempromosikan Umbul Ponggok turun
berperan. Umbul Ponggok banyak didatangi wisatawan setelah objek wisata
itu viral di media sosial.
Dengan keberadaan internet pula, kata Eko lagi, maka potensi desa dapat
dioptimalkan sehingga mempercepat pembangunan di desa-desa. Eko juga
mendorong agar para perangkat maupun pendamping desa, aktif
mempromosikan desa di media sosial.
"Jangan segan-segan untuk menandai saya di media sosial, saya akan
membagikan postingan itu di akun saya sehingga bisa dikenal masyarakat,"
imbuh Eko.
Berkat peran internet pula pendapatan pertahun BUMDes Tirta Mandiri,
yang mengelola Umbul Ponggok,mengalami peningkatan dari sebelumnya pada
2010 hanya Rp5 juta per tahun meningkat menjadi Rp14 miliar per tahun
pada 2017.
*Baca juga:Ekowisata Desa Waerebo kini dapat mengakses internet
<https://www.antaranews.com/berita/736966/ekowisata-desa-waerebo-kini-dapat-mengakses-internet>
Baca juga:Seluruh desa di Bengkulu ditargetkan terkoneksi internet
<https://www.antaranews.com/berita/642697/seluruh-desa-di-bengkulu-ditargetkan-terkoneksi-internet>*
Pewarta: Indriani
Editor: Zita Meirina
---
此電子郵件已由 AVG 檢查病毒。
http://www.avg.com