https://tirto.id/mengukur-plus-minus-akuisisi-51-persen-saham-freeport-dc7e?utm_source=Tirtoid&utm_medium=Popular
*Mengukur Plus Minus Akuisisi 51 persen Saham Freeport*

[image: Presiden Joko Widodo didampingi Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Siti Nurbaya Bakar, Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri BUMN
Rini Soemarno, Menteri ESDM Ignasius Jonan, CEO Freeport McMoRan Richard
Adkerson, Direktur Utama PT Indonesia Asahan Alumunium Budi Gunadi Sadikin,
Jaksa Agung M Prasetyo dan Mensesneg Pratikno memberikan keterangan terkait
pelunasan divestasi PT Freeport Indonesia di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat
(21/12/2018). ANTARA FOTO/Wahyu Putro A]
<https://tirto.id/mengukur-plus-minus-akuisisi-51-persen-saham-freeport-dc7e?utm_source=Tirtoid&utm_medium=Popular>*Presiden
Joko Widodo didampingi Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya
Bakar, Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri BUMN Rini Soemarno, Menteri
ESDM Ignasius Jonan, CEO Freeport McMoRan Richard Adkerson, Direktur Utama
PT Indonesia Asahan Alumunium Budi Gunadi Sadikin, Jaksa Agung M Prasetyo
dan Mensesneg Pratikno memberikan keterangan terkait pelunasan divestasi PT
Freeport Indonesia di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (21/12/2018). ANTARA
FOTO/Wahyu Putro A*

*Oleh: Ringkang Gumiwang - 3 Januari 2019*

*Dibaca Normal 2 menit*

*Total sumbangan PTFI terhadap penerimaan negara secara langsung sejak 1992
hingga 2017 mencapai US$17,3 miliar.*

tirto.id - Richard Adkerson—CEO Freeport McMoRan Inc—terlihat menunduk
sambil membubuhkan tandatangan di dokumen *Sales and Purchase Agreement* (SPA).
Di sampingnya, berdiri Menteri BUMN Rini Soemarno, Menteri ESDM Ignasius
Jonan, Menteri Keuangan Sri Mulyani, dan Dirut Inalum Budi Gunadi Sadikin.

Penandatangan SPA ini merupakan lanjutan dari penandatangan *Head of
Agreement*(HoA) antara PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum), Rio Tinto,
dan Freeport-McMoRan Inc yang dilakukan pada 12 Agustus 2018 lalu. Ini
sekaligus menandai pengambilalihan atau divestasi 51 persen saham PT
Freeport Indonesia (PTFI).

Jalan divestasi ini panjang dan berliku. Dalam mencaplok saham PTFI,
pemerintah melalui Inalum tidak melakukan akuisisi langsung, melainkan
dengan membeli *participating interest* (PI) milik Rio Tinto—perusahaan
pertambangan asal Britania—sebesar 40 persen di PTFI senilai 3,85 miliar
dolar atau setara Rp55 triliun.

Inalum yang mendapat mandat dari Jokowi, mengucurkan dana hingga Rp56
triliun untuk membeli PI milik Rio Tinto. Setelah pembelian itu,
kepemilikan saham Indonesia di PTFI naik dari 9,36 persen menjadi 51,23
persen. Presiden Jokowi juga sempat bercerita bahwa proses akuisisi
kepemilikan saham PTFI hingga 51 persen itu butuh waktu hingga 3,5 tahun.

“Sudah 40 tahun Indonesia hanya menikmati bagi hasil pengolahan 9,3 persen
dari tambang ini. Alhamdulillah, upaya panjang itu sudah membuahkan hasil.
Kepemilikan saham kita di PTFI kini 51 persen,” ujar Jokowi dikutip dari
*Setkab*
<http://setkab.go.id/tutup-tahun-2018-presiden-kita-bangsa-yang-berdaulat-atas-bumi-dan-kekayaan-alam-sendiri/>
..

*Baca juga: **Drama Perseteruan Freeport di Indonesia*
<https://tirto.id/drama-perseteruan-freeport-di-indonesia-cvCb>


Meski dulu hanya memiliki saham 9,36 persen, sumbangan PTFI terhadap
pendapatan negara terbilang besar, baik langsung maupun tidak langsung.
PTFI juga menjadi salah satu penyumbang terbesar penerimaan pajak negara
dari korporasi.

Berdasarkan data PTFI
<https://www.ptfi.co.id/site/uploads/images/5bbeb20fa75da-5bb2eebe60615-financial-contribution-1.pdf>,
sumbangan mereka terhadap penerimaan langsung ke negara terdiri dari pajak,
royalti, *fee, *dan bentuk pembayaran lainnya. Total dana yang disetorkan
PTFI sejak 1992 hingga 2017 mencapai 17,3 miliar dolar.

Sementara untuk kontribusi tidak langsung PTFI yang meliputi lapangan
pekerjaan, pengembangan wilayah sekitar tambang, investasi dalam negeri,
dan sebagainya, mencapai angka 38,8 miliar dolar sepanjang 1992-2017.
Khusus untuk 2017, sumbangan langsung PTFI ke negara mencapai 756 juta
dolar yang terdiri dari dividen sebesar 135 juta dolar, royalti sebesar 151
juta dolar, dan pajak (termasuk bentuk pembayaran lainnya) sebesar 470 juta
dolar.

Setelah divestasi, berapakah jumlah sumbangan PTFI terhadap pendapatan
negara kelak? Dari ketiga bentuk sumbangan PTFI ke negara, dividen menjadi
yang paling terpengaruh dari perubahan kepemilikan saham. Sedangkan
penerimaan dari royalti dan pajak relatif tidak begitu terpengaruh.

Pada 2017, pemerintah yang masih punya 9,36 persen mendapat dividen sebesar
135 juta dolar. Dengan menggunakan angka itu [bisa terjadi perubahan di
kemudian hari jika ada perubahan perolehan laba], asumsinya adalah 1 persen
saham menghasilkan dividen 14,42 juta dolar. Maka usai pemerintah punya
51,23 persen saham, dividen yang didapat akan meningkat drastis jadi 739
juta dolar.

*Baca juga: **Akuisisi Saham Freeport Tak Serta Merta Untungkan Masyarakat
Papua*
<https://tirto.id/akuisisi-saham-freeport-tak-serta-merta-untungkan-masyarakat-papua-dctu>


Jika ditambah dengan penerimaan dari royalti dan pajak sebesar 621 juta
dolar (sama seperti penerimaan pada 2017), maka hitungan kasar pendapatan
pemerintah akan mencapai 1,36 miliar dolar. Jumlah itu naik 80 persen dari
penerimaan 756 juta dolar pada 2017.

Hitung-hitungan kasarnya, jika pemerintah bisa meraup 1,36 miliar dolar per
tahun, modal 3,85 miliar dolar yang dikeluarkan pemerintah melalui Inalum
sudah bisa balik modal dalam waktu tiga tahun.

“Penguasaan 51 persen saham Freeport memang bisa dimaknai sebagai upaya
memperoleh pendapatan yang lebih besar,” kata Fahmy Radhi, dosen Fakultas
Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, kepada *Tirto*.

Tapi, sesederhana itukah perhitungan angka untung ruginya?


*Dianggap Tidak Adil*

Kendati pendapatan pemerintah bakal naik signifikan, aksi divestasi ini
dianggap punya sejumlah kekurangan. Mantan Sekretaris Kementerian BUMN Said
Didu bahkan menilai terdapat ketidakadilan di sana. Menurut Said, Freeport
setidaknya punya lima keuntungan dari aksi divestasi ini. Pertama, mereka
dapat dana segar Rp55 triliun. Mereka juga punya hak pengendali meski hanya
punya saham minoritas. Selain itu, Freeport juga mendapat kepastian
perpanjangan kontrak sampai 2041, mendapat kepastian pajak, dan ada
kemungkinan bisa bebas dari ancaman denda lingkungan —mengingat mayoritas
pemilik saham kini adalah Indonesia.

“Sementara Indonesia hanya mendapatkan utang, saham, harapan, dan kewajiban
investasi. Jadi apakah ini adil buat Indonesia?” kata Said kepada *Tirto*.

*Baca juga: **Klaim Akuisisi Saham Freeport: Realitas, Kendala, dan Taktik
Inalum*
<https://tirto.id/klaim-akuisisi-saham-freeport-realitas-kendala-dan-taktik-inalum-c7JW>


Bagi Said, melakukan akuisisi saham Freeport dengan menggunakan utang bukan
merupakan keputusan yang baik. Apalagi, yang ditugaskan berutang adalah
BUMN. Alhasil, jumlah BUMN yang mendapatkan beban karena penugasan semakin
bertambah. Modal 3,85 miliar yang dikeluarkan untuk mengakuisisi saham
Freeport juga hanya di atas kertas. Realitanya, jumlahnya lebih besar
karena dibeli dengan utang. Inalum diketahui telah menerbitkan empat surat
utang dengan total nilai mencapai 4 miliar dolar
<https://www.antaranews.com/berita/768924/inalum-sudah-dapatkan-dana-untuk-transaksi-freeport-4-miliar-dolar>
..

Utang itu antara lain surat utang senilai 1 miliar dolar dengan kupon 5,23
persen dan tenor tiga tahun; utang 1,25 miliar dolar dengan kupon 5,71
persen dan tenor lima tahun; utang 1 miliar dolar dengan kupon 6,53 persen
dan tenor 10 tahun; dan utang 750 juta dolar dengan kupon 6,75 persen dan
tenor 30 tahun.

*Baca juga: **Yang Terjadi Setelah Divestasi Tambang Freeport di Papua
Diteken*
<https://tirto.id/yang-terjadi-setelah-divestasi-tambang-freeport-di-papua-diteken-cN35>


Apabila dihitung dengan bunga, maka total nilai pinjaman yang harus diganti
Inalum hingga akhir periode utang mencapai 6,68 miliar dolar, atau naik 67
persen dari awal nilai pinjaman 4 miliar.

Mengakuisisi saham Freeport hingga 51 persen memang patut diapresiasi.
Meski begitu, konsekuensi yang ditimbulkan juga perlu diperhatikan,
terutama menyangkut utang. Tentu kita tidak ingin akuisisi saham ini malah
menambah masalah lain ke depannya, terutama bagi BUMN.


Baca juga artikel terkait AKUISISI FREEPORT
<https://tirto.id/q/akuisisi-freeport-qUK?utm_source=internal&utm_medium=lowkeyword>
atau
tulisan menarik lainnya Ringkang Gumiwang
<https://tirto.id/author/ringkanggumiwang?utm_source=internal&utm_medium=topauthor>

(tirto.id - Ekonomi)


Penulis: Ringkang Gumiwang
Editor: Nuran Wibisono

Kirim email ke