https://seword.com/politik/apa-jadinya-jika-para-pakar-bermetamorfosa-jadi-raja-hoaks-m-I00_P6T


       Apa Jadinya Jika Para Pakar Bermetamorfosa Jadi Raja Hoaks.

Ruskandi Anggawiria . an hour ago . 4 min read . 0

Apa Jadinya Jika Para Pakar Bermetamorfosa Jadi Raja Hoaks.

 * Politik <https://seword.com/category/politik>
 *

 *


 *



 *




Memahami betapa menggelikannya para pembenci pemerintah ketika menyebarkan pesan-pesan menyesatkan publik. Barangkali sikap anomali itulah, yang menyadarkan seorang Yusril Ihza Mahendra sehingga memutuskan mendukung Jokowi-Ma’ruf Amin.

Inti persoalannya, seperti juga yang dipertanyakan oleh PBB yang dipimpin Yusril Ihza Mahendra, adalah konsistensi. Terlihat kubu Prabowo didukung oleh sosok-sosok yang konsistensinya tampak rapuh, jika tidak bisa disebut tidak ada.

Inkonsistensi kubu oposisi sesungguhnya telah terendus oleh Yusril sejak awal. Ketika membangun koalisi, menurutnya tidak dimulai dengan berbicara /power sharing/ melainkan dominasi dari capres-cawapre. Di sisi lain, konsistensi yang diragukannya dilihat dari sejauh mana mereka para kandidat menunjukkan pembelaan kepada Islam sebagai indikasi dirinya layak diusung oleh ulama.

Faktanya, ketika kasus Luar Batang, Yusril yang tampil lebih dulu ketimbang Sandiaga. Dan belakangan justru Sandi yang mengambil untung dari situasi Luar Batang demi kemenangannya di pilgub DKI.

Kecenderungan kubu oposisi memanipulasi fakta juga diendus oleh mantan Menteri Keuangan era SBY, Chatib Basri. Disebutnya, Jokowi diserang dari berbagai sudut termasuk isu utang yang disesatkan seolah-olah utang semakin menyengsarakan.

Fakta ilmiah tidak diposisikan dengan benar semata-mata untuk menarik hati pemilih, mereka tidak sadar, ada versi berlawanan yang juga memberi penjelasan kepada audiens yang sama, sehingga publik pun akan memilih versi mana yang bisa lebih diyakini kebenarannya.

/Mantan Menteri Keuangan Muhammad Chatib Basri menilai isu menumpuknya utang yang saat ini terus digulirkan untuk menghantam pemerintah murni bergulir karena alasan politik. Isu utang diangkat demi menjatuhkan kredibilitas calon presiden yang kebetulan saat ini masih menjadi petahana pada Pilpres 2019 mendatang./

/Padahal secara ekonomi kata Chatib, utang Indonesia masih relatif baik dan terjaga. Ia mengatakan melihat utang negara tidak bisa secara nominal. Namun, utang harus dibandingkan dengan pendapatannya. Semakin kecil rasionya, maka risikonya akan semakin kecil./

/Anda punya utang Rp100 tetapi pendapatan Anda Rp1.000. Saya punya utang Rp50 tetapi pendapatan saya Rp100 lebih berbahaya mana", ujar Chatib di sela gelaran Mandiri Investment Forum 2019 di Hotel Fairmont Jakarta (30/1)./

/Hingga akhir tahun lalu, Kementerian Keuangan mencatat utang pemerintah pusat mencapai Rp4.418,3 triliun dengan rasio utang pemerintah Indonesia berkisar 29,9 persen. Rasio itu meningkat dari 2017 di mana utang tercatat Rp3.938 triliun dengan rasio 29,2 persen./

/Tahun ini, pemerintah menargetkan rasio utang akan naik ke kisaran 30,4 persen terhadap PDB. Selain itu, pemanfaatan utang juga perlu dicermati. Utang boleh jadi ditarik karena banyak kebutuhan yang harus dipenuhi tapi tidak bisa menunggu terlalu lama. Layaknya perusahaan, utang harus digunakan untuk hal produktif yang akan menghasilkan manfaat di masa depan./

/Misalnya, untuk pembangunan infrastruktur yang akan membantu mempercepat laju pertumbuhan ekonomi. "Kalau Anda tidak berutang dari mana anda membuat usaha?," ujarnya./ sumber : Gorengan Politik Bernama Utang <https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20190130163912-532-365153/menkeu-sby-sebut-berita-utang-digoreng-untuk-pilpres?tag_from=wp_wm_cnn>.

Tampak konyol ketika memberi penjelasan yang sengaja dibiaskan, seolah-olah pemerintah melakukan kekeliruan yang fatal. Faktanya, para pengamat itulah yang telah menjelaskan dengan salah sehingga publik dapat menilai kekonyolan itu sebagai hal fatal sesungguhnya.

Ironis jika seorang mantan pejabat, karena kebelet dengan obsesi politik, menyebar hoaks yang luar biasa kejamnya. Bukan hanya pemerintah yang diserang, melainkan menyesatkan opini publik.

/Kementerian Keuangan menyatakan mantan Menko Kemaritiman Rizal Ramli telah membuat kesalahan besar terkait isu yang ia sebar; pemerintah bakal menghimpun utang US$2 miliar dengan imbal hasil tinggi sebesar 11,625 persen yang akan dilakukan Maret 2019./

/Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kementerian Keuangan Nufransa Wira Sakti mengatakan utang yang disebut Rizal tidak dihimpun pada Maret 2019. Namun, utang dihimpun pada 2009 lalu atau saat krisis keuangan melanda sejumlah negara dan hampir melanda Indonesia. Utang tersebut berbentuk surat utang dalam dolar dan bakal jatuh tempo Maret 2019./

/Rizal Ramli terbukti ngawur," tulisnya dalam akun Facebooknya, Selasa (29/1). "Jadi tidak ada penerbitan utang baru seperti yang dikatakan Pak RR (Rizal Ramli), kesalahan besar lainnya adalah ketika disebutkan akan diberikan imbal hasil 11,625 persen."/ sumber : Rizal Ramli Ngawur Habis <https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20190129163752-532-364823/kemenkeu-rizal-ramli-terbukti-ngawur>.

Kesimpulannya, mari kita berpikir normal dan jangan ketularan memiliki nalar miring, seperti yang ditunjukkan para orang pintar namun bermental busuk seperti Rizal Ramli cs.

Hal yang sama namun disampaikan oleh ulama yang serupa kiblatnya dengan ekonom di atas. Di satu waktu menyampaikan retorika tentang larangan umat mendekat kepada penguasa :

“Pesan nabi, jangan dekat dengan pintu penguasa”, tapi lihatlah di dalam gambar ini, kenapa dia berfoto dengan seorang penguasa ? Apakah pesan nabi itu tidak berlaku pada saat tertentu ? Entahlah.

..

Di kolom komentar ada ucapan tertulis begini : Kalau ada yg belajar nahwu, ada contoh begini: "La tanha anil khuluqin wa taktiya mistlahu: Janganlah kalian mencela suatu perbuatan dan (sedangkan) anda sendiri melakukannya. Barangkali pengirim pesan itu melihat sang ustadz sangat kelihatan inkonsisten, maka dia berharap jagalah mulutmu, karena mulut anda suatu saat bisa memakan apa saja yang dikeluarkan darinya.

e




Kirim email ke