Bung Djie bilang tanamnya di Papua Nuigini, ya tidak apa2. ---In GELORA45@yahoogroups.com, <jonathangoeij@...> wrote :
hutan berubah jadi perkebunan kelapa sawit ---In GELORA45@yahoogroups.com, <djiekh@...> wrote : Kalau Indonesia sudah berhasil menjadikan minyak kelapa sawit jadi bermacam fuel, maka Indonesia bisa terlepas dari ketergantungan export minyak kelapa sawitnya,yang dengan berbagai cara dari luar harganya bisa dirusak. Dengan itu juga bisa mengurangi import BBM. Kalau perlu Indonesia bisa tiru Malaysia, tanam kelapa sawit misalnya di Papua Nugini. Pada tanggal Sen, 18 Feb 2019 pukul 05.20 jonathangoeij@... mailto:jonathangoeij@... [GELORA45] <GELORA45@yahoogroups.com mailto:GELORA45@yahoogroups.com> menulis: "Jangka panjang itu akan menimbulkan masalah kebutuhan akan lahan untuk program B100, atau B30 pun, dalam 50 tahun ke depan dengan seiring meningkatnya kebutuhan akan energi, tentu akan juga meningkatkan kebutuhan bahan bakunya yaitu sawit, sawit juga butuh lahan untuk berkembang," kata Yuyun saat ditemui di kantor WALHI, Minggu (17/2/2019) malam. "Ketika butuh lahan tentu akan menimbulkan persoalan baru, misalnya alih fungsi hutan untuk sawit, konflik dengan masyarakat, land grabbing (perampasan tanah), konflik agraria. Itu akan lebih masif terjadi," lanjutnya. ... WALHI Kritik Wacana Jokowi yang Akan Jalankan B100 dari Sawit https://tirto.id/walhi-kritik-wacana-jokowi-yang-akan-jalankan-b100-dari-sawit-dhf5 https://tirto.id/walhi-kritik-wacana-jokowi-yang-akan-jalankan-b100-dari-sawit-dhf5 Capres nomor urut 01 Joko Widodo menyampaikan pendapatnya saat debat capres 2019 di Hotel Sultan, Jakarta, Minggu (17/2/2019). tirto.id/Andrey http://tirto.id/Andrey Gromico Oleh: Haris Prabowo - 18 Februari 2019 Dibaca Normal 1 menit WALHI mengkritik wacana capres nomo urut 01 Joko Widodo yang mengandalkan sawit sebagai sumber energi dan memungkinkan menaikkan B20 hingga B100 dalam debat kedua capres Pilpres 2019. tirto.id https://tirto.id/ - Manajer Kampanye Keadilan Iklim Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) Yuyun Harmono mengkritik wacana capres 01 Joko Widodo yang ingin tetap mengandalkan sawit sebagai sumber energi dan memungkinkan menaikkan B20 hingga B100. "Kita telah memulai B20 dan sudah berproduksi 98 persen yang kita harapkan. Kita ini menuju ke B100 sehingga kita harapkan total produksi biofuel," kata Jokowi saat debat capres kedua Pilpres 2019 yang digelar di Hotel Sultan, Jakarta pada Minggu (17/2/2019) malam . Namun, Yuyun menilai Jokowi tak melihat hal tersebut secara komprehensif. Ia menilai pemakaian energi B20 hanya efektif solusi jangka pendek, bukan jangka panjang. "Jangka panjang itu akan menimbulkan masalah kebutuhan akan lahan untuk program B100, atau B30 pun, dalam 50 tahun ke depan dengan seiring meningkatnya kebutuhan akan energi, tentu akan juga meningkatkan kebutuhan bahan bakunya yaitu sawit, sawit juga butuh lahan untuk berkembang," kata Yuyun saat ditemui di kantor WALHI, Minggu (17/2/2019) malam. "Ketika butuh lahan tentu akan menimbulkan persoalan baru, misalnya alih fungsi hutan untuk sawit, konflik dengan masyarakat, land grabbing (perampasan tanah), konflik agraria. Itu akan lebih masif terjadi," lanjutnya. Selain itu, Yuyun juga mengkritisi moratorium sawit yang hanya berlaku tiga tahun saja. Ia menilai setelah tiga tahun berarti akan diperbolehkan melakukan ekspansi perkebunan sawit kembali. "Ada moratorium sawit, tapi itu hanya tiga tahun, tuntutan kita adalah 25 tahun. Supaya hal-hal seperti ini tidak terjadi ketika mereka punya strategi untuk mengganti bahan bakar fosil menjadi B20. Jadi kalau Cuma tiga moratorium sawit, berarti setelah tiga tahun boleh ada ekspansi dong?" katanya. Baca juga: Debat Pilpres, Jokowi: Penilaian Infrastruktur Prabowo Salah Besar https://tirto.id/debat-pilpres-jokowi-penilaian-infrastruktur-prabowo-salah-besar-dhdV Debat capres kedua mengambil tema energi dan pangan, sumber daya alam dan lingkungan hidup, serta infrastruktur. Debat tersebut dipandu oleh Tommy Tjokro dan Anisha Dasuki sebagai moderator, sementara tujuh panelis berasal dari kalangan akademisi dan para pakar dari berbagai bidang. Tujuh panelis tersebut, yakni Rektor ITS Profesor Joni Hermana, Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Nur Hidayati, Rektor IPB Arif Satria, juga ahli pertambangan ITB Profesor Irwandy Arif. Lalu ada Pakar Energi Ahmad Agustiawan, Pakar Lingkungan Undip Sudharto P. Hadi, dan Sekretaris Jenderal Konsorsium Pengembangan Agraria Dewi Kartika juga terlibat sebagai panelis. Debat disiarkan secara langsung oleh sejumlah stasiun televisi yaitu RCTI, GTV, MNC TV, dan INews TV, serta bisa disaksikan secara live streaming. Baca juga: Hasil Debat Kedua: Jokowi Salah Klaim, Prabowo Sekadar Jargon https://tirto.id/hasil-debat-kedua-jokowi-salah-klaim-prabowo-sekadar-jargon-dhf1 Hasil Debat Kedua: Jokowi dan Prabowo Gagal Membahas Isu Krusial https://tirto.id/hasil-debat-kedua-jokowi-dan-prabowo-gagal-membahas-isu-krusial-dhfz Baca juga artikel terkait DEBAT KEDUA CAPRES 2019 https://tirto.id/q/debat-kedua-capres-2019-tTo?utm_source=Tirtoid&utm_medium=Lowkeyword atau tulisan menarik lainnyaHaris Prabowo https://tirto.id/author/harisprabowo?utm_source=Tirtoid&utm_medium=Lowauthor (tirto.id http://tirto.id - Ekonomi) Reporter: Haris Prabowo Penulis: Haris Prabowo Editor: Dewi Adhitya S. Koesno