Soeharto melakukan demokrasi palsu atau asli tergantung anggapan siapa, yg 
jelas sdh dilakukan 32 tahun secara sadar oleh masyarakat, dan juga sesuai 
musyawarah perwakilan yg anda usulkan dibawah.
Pilpres langsung juga sesuai keputusan musyawarah MPR, musyawarah MPR juga yg 
telah mengubah konstitusi pemilihan presiden jadi secara langsung
    On Thursday, March 21, 2019, 6:52:51 PM PDT, ChanCT <sa...@netvigator.com> 
wrote:  
 
  
Yang jadi masalah, masa ORBA Soeharto berlakukan otokrasi dengan demokrasi 
palsu, ... sedang DEMOKRASI yang hendak dijalankan HARUS sesuai dengan 
KESADARAN masyarakat itu sendiri! Juga jangan mutlakkan dan gunakan demokrasi 
dinegara maju apalagi dipaksakan harus ikuti pilpres langsung, tanpa peduli 
kondisi yg jelas berbeda. Padahal di AS sendiri juga terbukti tidak bagus amat, 
...!
 

 
 

 
 Jonathan Goeij 於 21/3/2019 22:44 寫道:
  
 
 
  lho....... yang barusan usul siapa? Sekarang anda setuju dengan golput? 
  
      On Wednesday, March 20, 2019, 11:32:33 PM PDT, ChanCT 
<sa...@netvigator.com> wrote:  
  
     
Bisa dikatakan, sudah tidak ada orang yang waras mau mengakui pemilihan dimasa 
ORBA Soeharto dan PANTASLAH ketika itu dilawan dengan GOLPUT!
 

 
 jonathango...@yahoo.com [GELORA45] 於 21/3/2019 10:53 寫道:
  
 
       

 Indonesia sdh menjalankan pemilihan presiden yg anda sebut selama 32 tahun..
 
 ---In GELORA45@yahoogroups.com, <SADAR@...> wrote :
 
 
  
Untuk pemilihan Presiden, khusus bagi negara besar dan rakyat yg begitu banyak, 
... jauh akan lebih baik dipilih melalui MPR, secara musyawarah perwakilan 
saja! RAKYAT banyak TIDAK akan mampu mengenal dan  memilih seorang capres 
dengan baik hanya dari masa perkenalan, masa propaganda, masa debat yg hanya 
sebulan atau beberapa bulan itu saja! Capres begitu banyaknya TAK ADA ARTInya, 
karena tetap parpol besar  yg bermain menentukan dan kesitulah akan mengerucut! 
Akhirnya memang sulit, sangat sulit untuk mengatakan tidak akan terjadi dagang 
sapi dan politik uang, ... 
 
 
Dengan kata lain, pemilihan Presiden secara langsung begitu TIDAK menjamin 
keluar Presiden yg BAIK! Saya perhatikan, lebih baik cara RRT, capres keluar 
dari gubernur propinsi yg BERHASIL dan ditentukan KRN  saja, akan lebih 
menjamin keluar Presiden yg BAIK dan berkemampuan membawa negara lebih maju!
 
 

 
 jonathangoeij@... [GELORA45] 於 21/3/2019 9:22 寫道:
  
  
 
 anda bisa juga melihat threshold itu memang yg bikin tdk ada calon lain, 
sampai kapanpun juga ya tdk ada calon brilliant yg ada calon dagang sapi. 
  calon akan selalu ada, saat ini di US sudah ada 605 presidential candidates 
yg mencalonkan diri utk pemilu 2020 th depan, yg nantinya mengerucut jadi 
sekian puluh orang kemudian mengerucut lagi. 
  Obama th 2008 juga awalnya tidak diperhitungkan sama sekali. 
 
 ---In GELORA45@yahoogroups.com, <SADAR@...> wrote :
 
  
Lha, ... kan nampak jelas yang terjadi dengan adanya threshold itu, dan karena 
tidak  ada parpol yg memenuhi syarat keluarkan capres jadi harus lakukan 
koalisi, dalam perembukan itu kan cuma ada 2 capres yg keluar, mau bikin capres 
ke-3 juga  tidak berani, ...! Itulah peraduan kekuatan yg terjadi dalam 
masyarakat, sekalipun ada beberapa  parpol yg tampilkan capres, akhirnya akan 
mengerucut pada capres yg masih bisa diterima bersama. Maka dalam pilpres 
putaran ke-2 akan muncullah spt.  yg keluar sekarang ini hanya kubu 01 dan kubu 
02 itu. 
 
 
Kecuali anda yakin ada kekuatan tersembunyi dlm masyarakat, tanpa parpol ada  
capres brilian, semacam Ahok (indipenden) yg bisa dapatkan dukungan kuat rakyat 
banyak? Apa ada? Tidak nampak akan  terjadi dalam penglihatan saya, ... 
 
 

 
 Jonathan Goeij 於 21/3/2019 8:21 寫道:
  
  
  kalau anda cuman berkata kemungkinan besar menurut anggapan anda ya tdk usak 
pemilu  lha wong pd akhirnya ya cuman 1 orang yg jd presiden. 
  kalau ada banyak calon darimana anda tahu pada akhirnya cuman Jokowi vs. 
Prabowo? 
  
      On Wednesday, March 20, 2019, 5:07:26 PM PDT, ChanCT <sadar@...> wrote:  
  
     
Bukankah kemungkinan besar yang terjadi, tanpa  Threshold Presiden dan 
katakanlah jadi muncul 4-5 capres sekalipun, akhirnya akan mengerucut 01  dan 
02 juga seperti sekrang ini. Itulah kekuatan-kekuatan yg nampak bertarung dalam 
koalisi yg  terjadi sekarang ini. Adanya threshold hanya  mempercepat proses 
tidak usah/kurangi kemungkinan terjadi pemilihan putaran kedua, ...
 
 Jonathan Goeij 於 21/3/2019 1:26 寫道:
  
 
     
  anda justru memberikan contoh akibat dari  threshold, tidak tahu sebenarnya 
anda beropini setuju atau tidak setuju threshold. 
  kutipan: Sedang untuk tingkat perjuangan  sekarang ini, pemilu serentak, 
pileg dan  pilpres 2019, 17 April 2019 yad,  tidak ada pilihan lain kecuali 
Kubu 01  dan 02! Tidak ada alternatif  lain, ... GOLPUT juga TIDAK merubah 
hasil  pemilu! Jadi BETUL kata romo Magnis, yang dihadapkan pada rakyat bukan  
memilih yang terbaik, tapi jangan biarkan  yang terjelek berkuasa!
  
  
      On Wednesday, March 20, 2019, 12:11:27 AM PDT,  ChanCT <sadar@...> wrote: 
 
  
     
Dengan threshold Presiden  dihapus, bisakah menyelesaikan  soal??? Saya TIDAK 
yakin! Bukan disini DASAR  masalahnya. Dengan munculnya  "demokrasi" yg 
melahirkan 16  Parpol dalam pemilu kali ini,  menunjukkan KESADARAN masyarakat  
akan demokrasi masih  amburadul! BELUM berhasil mengerucut  dalam 3-4 parpol, 
begitu  beda sedikit saja harus bentuk parpol  tersendiri, dan entah apa dasar 
perbedaannya lagi, ... ini  pertama.
 
Kedua, kehidupan DEMOKRASI  tidak berarti pemilihan Presiden  langsung, sebalik 
saya  melihat presiden yg keluar dalam  kenyataan tetap TIDAK BISA mewakili 
suara rakyat mayoritas  dalam arti sesungguhnya, apalagi  bekerja untuk 
kepentingan  rakyat banyak. Belum lagi yg dipersoalkan  kenyataan jumlah suara  
pemenang tidak pernah bisa melebihi suara  GOLPUT, yg tidak ikut  bersuara, 
...!!! Padahal pengeluaran  DANA dan energi yang begitu BESAR untuk pemilu yg 
dibanggakan  PESTA DEMOKRASI itu jadi sangat  TIDAK MEMADAI!
 
Ketiga, rakyat Indonesia  masih perlu belajar dalam perjalanan  demokrasi ini 
untuk  menyimpulkan dan menemukan sendiri  demokrasi melahirkan pemimpin yg 
dianggap paling baik.
 
Sedang untuk tingkat perjuangan  sekarang ini, pemilu serentak,  pileg dan 
pilpres 2019,  17 April 2019 yad, tidak ada pilihan lain  kecuali Kubu 01 dan 
02!  Tidak ada alternatif lain, ...  GOLPUT juga TIDAK merubah hasil pemilu! 
Jadi BETUL kata romo  Magnis, yang dihadapkan pada rakyat  bukan memilih yang 
terbaik,  tapi jangan biarkan yang terjelek  berkuasa! 
 
 

 
 

 
 Jonathan Goeij 於 19/3/2019  22:37 寫道:
  
 
     Hapus threshold. 
  
      On Tuesday, March 19, 2019,  1:23:24 AM PDT, ChanCT <sadar@...> wrote:  
  
     
Lalu, ... selama hampir 74  tahun ini Indonesia dikuasai  siapa???
 
Kalau dua-duanya sama saja,  bagaimana cara mengeluarkan dan menangkan pilihan 
ke-3, pilihan  lain???
 
 

 
 jonathangoeij@... [GELORA45] 於 19/3/2019 11:51 寫道:
  
      

 
 Si Ramli omong kosong, jika Prabowo menang juga akan sama.  
 
 ---In GELORA45@yahoogroups.com, <ajegilelu@...> wrote :
 
     
Rizal Ramli: Jika Jokowi Menang, China Akan Kuasai Indonesia
 
  Maret 17, 2019 18:49 
  Jakarta, aktual.com – Ekonom senior Rizal Ramli, sebut pemerintah Presiden 
Joko Widodo dan tokoh-tokoh di belakangnya  dipengaruhi pemerintah China dalam 
sektor ekonomi. Sehingga, jika  Jokowi menang dalam Pilpres 2019 ini, Tiongkok 
akan menguasai  Indonesia. 
  “Bila Jokowi menang dalam pemilihan presiden mendatang,  China akan semakin 
dalam menguasai Indonesia,” ujar Rizal di kediamannya, di Jakarta Selatan, 
ditulis Minggu (17/3). 
  Rizal menceritakan sedikit pengalamannya saat menjabat sebagai Menko  Maritim 
dan Sumber Daya pada kurun 2015-2016. 
  Di masa itu, Kementerian yang dipimpin Rizal memberikan  nama baru untuk 
perairan Indonesia di sebelah utara Pulau Natuna, Kepulauan Riau. 
  “Laut Natuna Utara dimasukkan dalam peta baru NKRI, karena wilayah  perairan 
itu sudah sah menjadi milik kita setelah dicapai  kesepakatan dengan 
negara-negara tetangga,” cerita Rizal. 
  Tapi, sambung dia, saat itu ada anggota Kabinet yang keberatan,  karena 
mempertimbangkan keberatan China. Tidak hanya keberatan, anggota kabinet ini 
juga mengusulkan agar China  diberi hak perikanan khusus di perairan itu. 
  Nama Laut Natuna Utara akhirnya tetap digunakan dalam peta  baru NKRI. 
  Kini setelah berada di luar Kabinet, Rizal melihat kelompok yang  memiliki 
hubungan dekat dengan China begitu dominan. 
  “Kita harus hati-hati dengan strategi loan to own China.  Di beberapa negara 
mereka membantu proyek-proyek yang sudah pasti tidak untung. Setelah itu mereka 
akan memilikinya,” kata Rizal  lagi. 
  Di sisi lain, Rizal juga tidak setuju dengan konsepsi Indo  Pacifik yang 
menurutnya mengekspresikan kepentingan Amerika Serikat di kawasan.Menurutnya, 
di masa depan Indonesia harus menyusun konsepsi baru  yang memungkinkan 
Indonesia merebut kembali posisi  sebagai pemain kunci di kawasan.
  
  (Zaenal Arifin)
  
         
 
 
|  | 不含病毒。www.avg.com  |

                    
 
   
 
            
              • ... jonathango...@yahoo.com [GELORA45]
              • ... Ronggo Gmail ronggo...@gmail.com [GELORA45]
              • ... jonathango...@yahoo.com [GELORA45]
              • ... ChanCT sa...@netvigator.com [GELORA45]
              • ... jonathango...@yahoo.com [GELORA45]
              • ... ChanCT sa...@netvigator.com [GELORA45]
              • ... kh djie dji...@gmail.com [GELORA45]
              • ... Jonathan Goeij jonathango...@yahoo.com [GELORA45]
              • ... 'nesare' nesa...@yahoo.com [GELORA45]
              • ... ChanCT sa...@netvigator.com [GELORA45]
              • ... Jonathan Goeij jonathango...@yahoo.com [GELORA45]
              • ... ChanCT sa...@netvigator.com [GELORA45]
              • ... Jonathan Goeij jonathango...@yahoo.com [GELORA45]
              • ... 'nesare' nesa...@yahoo.com [GELORA45]
      • Re: [GELORA45] ... ajeg ajegil...@yahoo.com [GELORA45]
  • Re: [GELORA45] Rizal Ram... ajeg ajegil...@yahoo.com [GELORA45]

Kirim email ke