Halo Bung Djie,

 

 Membobol tanggul bukanlah pekerjaan yang mudah. Tetapi toh penduduk sekitar 
nekad melakukannya. Tujuan utama mereka tentu bukan karena iseng ingin merusak 
tanggul, atau iseng ingin mengotori sungai. Itu adalah side-effect. Tujuan 
utama mereka adalah hanya untuk bisa memindahkan sampah dari rumah mereka ke 
tempat lain.
 

 Setelah tanggul dibobol, sekarang mereka memiliki tempat (sungai) untuk 
memindahkan sampahnya. Untuk memindahkan sampah ini, mereka juga harus berjalan 
entah berapa jauhnya dari rumah mereka ke bagian tanggul yg telah dibobol ini.
 

 Seperti yang telah sy katakan sebelumnya, untuk membuang sampah sembarangan 
mereka toh memerlukan effort, yang biasanya lebih besar daripada orang yang 
lebih mampu, yang hanya perlu ke depan halaman untuk mindahkan sampahnya.
 

 Di Jakarta, iuran bulanan sampah besarnya dimulai dari kisaran Rp. 100rb atau 
lebih. Jika punya usaha/toko/warung jelas lebih mahal. Inipun sampahnya tidak 
diambil setiap hari. Kalau mau diambil setiap hari tinggal kalikan saja 
iurannya berdasarkan frekuensi.
 

 Penduduk miskin tentu tidak bersedia membayar iuran sampah ini. Apalagi yang 
juga memiliki warung makan berarti harus membayar iuran di dua tempat. Yang 
tidak bersedia membayar tentu harus memindahkan sampahnya ke tempat lain 
misalnya dengan naik motor dan melemparkannya ke tanah kosong, atau trotoar, 
sungai terdekat, atau sekali-kali meletakannya di tempat sampah orang lain.
 

 Yang beruntung warungnya bersebelahan dengan sungai atau selokan ya tentu 
dibuang ke saja sana.
 

 Pemerintah Daerah mampu memberikan subsidi ratusan ribu untuk anak usia 
sekolah dari keluarga miskin. Seharusnya tidak masalah menambahkan sekitar 
100rb per keluarga sebagai subsidi sampah agar sampah mereka bisa diambil 
seperti sampah dari keluarga yang lebih mampu. Tetapi entah kenapa ini tidak 
dilakukan.
 

 Jadi membuat sungai sebersih apapun tidak ada gunanya kalau penduduk miskin 
menemukan kesulitan membuang sampah di tempat yang seharusnya.
 

 

 

 

 

 

 

 
 

---In gelora45@yahoogroups.com, <djiekh@...> wrote :

 Bung Iqbal, Terimakasih uraiannya. Saya pernah nginap di rumah teman di Bekasi.
 Pagi2 saya jalan2, sampai dekat sungai, tetapi dari jalanan, saya tidak bisa
 lihat sungainya karena ada tanggul yang tinggi. Tiba2 saya lihat ada bagian 
 tanggul yang dibobol. Jadi saya ke sana, lihat air sungai mengalir begitu 
deras,
 tetapi juga sampah2 yang dibuang ke sungai lewat tanggul yang dibobol.
 Jadi di sini ada dua "kejahatan". 1. Tanggulnya yang kokoh justru dibobol untuk
 buang sampah. Lha kalau terjadi banjir, kan airnya meluap lewat bobolan 
tanggul. 
 2. Sampah yang dibuang akan memperlambat aliran sungai, yang akan naik, bisa
 menyebabkan banjir.
 Kalau di negeri Belanda, tanggulnya tinggi tetapi juga lebar kuat, sekalian 
jadi
 jalanan mobil 2 arah. Antara tanggul dan air sungai ada tanah miring. Di situ
 rumput tumbuh dan domba dilepas. Kalau air naik, domba2 dikandangkan.
 Besok saya sambung. Tahu2 sudah hampir jam 3 pagi. Mau coba tidur, meskipun 
 belum ngantuk.
 Salam,
 KH
 



 Pada tanggal Min, 28 Apr 2019 pukul 21.46 iqbalsantoso@... 
mailto:iqbalsantoso@... [GELORA45] <GELORA45@yahoogroups.com 
mailto:GELORA45@yahoogroups.com> menulis:

   

 
Pemerintah tidak menyediakan fasilitas pembuangan sampah dengan memadai 
terutama untuk rakyat kecil. 
 

 Tidak sedikit orang kampung (yang rumahnya tidak bersebelahan dengan sungai) 
harus mengendarai motor hanya untuk meletakkan bungkusan kantong plastik sampah 
di trotoar, melemparkannya ke tanah kosong, atau melemparkannya ke sungai 
terdekat. Meskipun membuang sampah secara sembarangan, mereka memerlukan effort 
juga untuk melakukannya. 
 

 Rumah yang memiliki tempat sampah terbuka di luar tentu sering menemukan 
sampah yang bukan miliknya. Ini artinya yang "numpang" membuang sampah 
menemukan kesulitan untuk membuang sampahnya. Masih untung juga ybs membuangnya 
di tempat yang "benar" bukan di trotoar atau di sungai.

 

 Ada tempat rekreasi yang namanya Taman Bunga Nusantara. Terakhir kali kesana 
beberapa tahun yang lalu tempat ini amat sangat bersih. Tidak ada satupun 
sampah ditemukan di jalan penelusuran. Sampah sekecil apapun tidak ditemukan. 
Setelah beberapa saat ternyata ada sebabnya. Tempat sampah banyak sekali ada 
dimana-mana, mungkin setiap sepuluh meter bisa ditemukan satu tempat sampah. 
Dengan demikian pengunjung dengan mudah bisa membuang sampah pada tempatnya.
 

 Jika membuang sampah di tempat yang benar lebih mudah atau semudah membuang 
sampah sembarangan, tentu semua orang akan membuang sampah di tempat yang benar.

 

 

 
---In gelora45@yahoogroups.com mailto:gelora45@yahoogroups.com, <bhjo@...> 
wrote :

 Yg selalu disalahkan adalah pemerintahnya. Padahal rakyatnya juga yg 
menyebabkan banjir and airnya kotor dgn membuang sampah sembarangan dll.  
Percuma saja, sungai di bersihkan kalau di kotori oleh rakyat/penduduk terus.  



 

 







Kirim email ke