https://news.detik.com/kolom/d-4555484/111-tahun-kebangkitan-indonesia
Minggu 19 Mei 2019, 10:00 WIB
"Common Sense" Ishadi SK
111 Tahun Kebangkitan Indonesia
Ishadi SK - detikNews
<https://news.detik.com/kolom/d-4555484/111-tahun-kebangkitan-indonesia#>
Ishadi SK
<https://news.detik.com/kolom/d-4555484/111-tahun-kebangkitan-indonesia#>
Share *0*
<https://news.detik.com/kolom/d-4555484/111-tahun-kebangkitan-indonesia#>
Tweet
<https://news.detik.com/kolom/d-4555484/111-tahun-kebangkitan-indonesia#>
Share *0*
<https://news.detik.com/kolom/d-4555484/111-tahun-kebangkitan-indonesia#>
0 komentar
<https://news.detik.com/kolom/d-4555484/111-tahun-kebangkitan-indonesia#>
111 Tahun Kebangkitan Indonesia Ishadi SK (Ilustrasi: Edi Wahyono/detikcom)
*Jakarta* - Tanpa terasa Kebangkitan Nasional 1908 telah berusia 111
tahun. Setiap tahun diperingati karena pada hari itu lahir organisasi
sosial, ekonomi, pendidikan, dan kebudayaan Budi Utomo oleh Dr Soetomo
dan para Pelajar STOVIA; School tot Opleiding van Inlandsche Artsen,
yaitu Goenawan Mangoenkoesoemo, Soeraji dan Suryadi Soeryaningrat (Ki
Hadjar Dewantara). Penggagasnya adalah Dr Wahidin Soedirohusodo.
Awalnya organisasi ini bergerak di bidang sosial, ekonomi, pendidikan
dan kebudayaan, namun sejak tahun 1915 Budi Utomo mulai bergerak di
bidang politik. Peristiwa Perang Dunia I (1914-1918) memaksa
pemerintahan kolonial Hindia-Belanda memberlakukan milisi, wajib militer
bagi warga pribumi. Gubernur Jenderal Van Limburg Stirum pada 18 Mei
1918 menyetujui usul Budi Utomo untuk membentuk lembaga perwakilan rakyat.
Dalam lembaga /vorskraat/ terdapat perwakilan dari organisasi Budi
Utomo, yakni Suratmo Suryokusumo. Bersamaan dengan lahirnya Budi Utomo,
pada 1930 Budi Utomo mengembangkan cita-cita untuk membangun Indonesia
merdeka.
Budi Utomo menjadi penanda bahwa bangsa Indonesia pertama kali menyadari
arti penting dari persatuan dan kesatuan yang kemudian menjadi isyarat
strategis Presiden pertama Indonesia Sukarno untuk mengampanyekan
nasionalisme Indonesia yang berujung pada Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia pada 17 Agustus 1945. Mengikuti sejarah sejak 1908, kita
memahami bahwa tanpa gerakan Budi Utomo, Proklamasi Kemerdekaan tidak
akan terjadi.
Dalam konteks pasca Pilpres 17 April 2019, memperingati semangat Budi
Utomo mempunyai makna strategis, karena enam bulan sebelum pilpres,
November 2018, ada nuansa "perpecahan" di antara pendukung Paslon 01 vs
Paslon 02. Awalnya sekadar beradu argumentasi, terakhir meningkat
menjadi gerakan permusuhan luas di seluruh Indonesia. Situasi ini
mendorong sekelompok tokoh nasional yang atas nama pribadi, yakni
Goenawan Mohammad, Christine Hakim, Slamet Rahardjo, dan Malik
'Prambors' mencoba untuk mengajak seluruh bangsa untuk menggunakan
peringatan 111 Tahun Budi Utomo sebagai upaya untuk mempersatukan
kembali benih-benih perpecahan yang semakin runcing pasca Pilpres 2019
lalu. Mereka kemudian minta agar kegiatan berbagi karya kreatifnya
ditayangkan secara luas di stasiun radio dan televisi.
Pihak ATVSI - yang meliputi 10 stasiun televisi swasta dan ATVLI yang
meliputi televisi lokal Indonesia menyambut baik gagasan besar ini, atas
pertimbangan momentum tepat seratus sebelas tahun Kebangkitan Nasional
Indonesia.
Kegiatan kampanye ini mungkin bisa menjadi sedikit upaya mengingatkan
bahwa seratus sebelas tahun sudah para Bapak Bangsa merintis Indonesia
bersatu yang menjadi cikal bakal Indonesia Merdeka 17 Agustus 1945, yang
kita nikmati hingga sekarang.
Bersatu adalah sebuah keniscayaan seperti dinyanyikan grup musik Dewa 19
lima belas tahun lalu.
/Wahai, jiwa jiwa yang tenang/ berhati-hatilah dirimu... kepada hati
hati yang penuh dengan kebencian yang dalam/
/Kkarena, sesungguhnya iblis ada dan bersemayam di hati yang penuh
dengan benci... di hati yang penuh dengan prasangka/
/Laskar cinta/ sebarkanlah benih-benih cinta musnahkanlah virus-virus
benci/ virus yang bisa merusakkan jiwa dan busukkan hati/
/Laskar cinta/ ajarkanlah ilmu tentang cinta/ karena cinta adalah
hakikat dan jalan yang terang bagi semua manusia./
*Ishadi SK* /Komisaris Transmedia
/
*(mmu/mmu)*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*