-------- 轉寄郵件 --------
主旨:     Fwd: Politisi AS Terkutuk Tidak Berhak Bicarakan “Kebebasan Agama”
日期:     Mon, 22 Jul 2019 07:19:08 +0800
從:      ChanCT <sa...@netvigator.com>
到:      GELORA_In <GELORA45@yahoogroups.com>






-------- 轉寄郵件 --------
主旨:     Politisi AS Terkutuk Tidak Berhak Bicarakan “Kebebasan Agama”
日期:     Sun, 21 Jul 2019 14:59:06 +0800
從:      ChanCT <sa...@netvigator.com>
到:      GELORA_In <GELORA45@yahoogroups.com>



 Politisi AS Terkutuk Tidak Berhak Bicarakan “Kebebasan Agama”

http://indonesian.cri.cn/20190720/51d29913-13ac-a3b3-ba3a-afa5b716665c.html
2019-07-20 13:52:12

Pada hari Kamis pekan lalu (18/7) waktu setempat, Wakil Presiden AS Mike Pence dan Menteri Luar Negeri Mike Pompeo masing-masing dalam pidatonya memfitnah Tiongkok “menindas” kebebasan agama dan”melanggar” hak asasi manusia. Pidato kedua petinggi AS tersebut telah memutar balikkan fakta dan telah secara kasar mengintervensi urusan dalam negeri Tiongkok dengan kedok agama dan HAM. Tujuannya adalah membuat pemecah-belahan dan kerusuhan di Tiongkok dan tindakannya tak pelak akan mengakibatkan terpaan serius terhadap hubungan Tiongkok-AS.

Sejak lama Xinjiang dan Tibet, dua daerah otonom Tiongkok selalu digunakan sejumlah tokoh AS untuk merongrong citra Tiongkok. Pence dan Pompeo dalam pidatonya kali ini memfitnah pusat pendidikan vokasional Xijiang sebagai “kamp pendidikan ulang”, memfitnah Tiongkok melakukan “persekusi” terhadap tokoh-tokoh agama Buddha Tibet. Keduanya berperilaku ibarat penderita paranoia dan orang tuna netra yang sama sekali tidak melihat atau tidak mau melihat kenyataan yang diakui umum oleh masyarakat internasional.

Di Xinjiang, rata-rata setiap 530 Muslim memiliki sebuah masjid, yang jumlahnya tercatat 24,4 ribu buah. Pemerintah setempat mendirikan pusat pelatihan ketrampilan dan pendidikan vokasional untuk mengajarkan mata kuliah bahasa, sastra, ilmu hukum, keterampilan vokasional dan lain sebagainya, dengan tujuan mendidik dan menyelamatkan mereka yang melakukan kejahatan ringan. Hingga saat ini, di daerah otonom Xinjiang tidak pernah terjadi kekerasan teror dalam tiga tahun berturut-turut. Ini menyatakan bahwa pusat pendidikan vokasional tersebut sudah mencapai hasil signifikan dalam pencegahan dan pemberantasan terorisme, sehingga disambut merata masyarakat setempat.

Di Tibet, tempat kegiatan agama alias kuil Buddha mencapai 1.700 buah, dengan jumlah biksu dan bikuni sebanyak 46 ribu orang. Di Tibet sudah didirikan Akademi Agama Buddha, diberlakukan sistem reinkarnasi Buddha Hidup dan diterbitkan kitab agama dalam jumlah banyak. Kesemua ini membuktikan bahwa rakyat Tibet sepenuhnya memiliki kebebasan beragama yang dilindungi UUD Tiongkok.

Dalam beberapa tahun terakhir, tidak sedikit diplomat asing yang berkunjung ke Xinjiang dan Tibet mengakui bahwa pemerintah Tiongkok telah melakukan banyak pekerjaan yang efektif dalam melindungi HAM, khususnya HAM penduduk etnis minoritas. Utusan diplomatik dari 37 negara, termasuk Rusia, Arab Saudi dan Pakistan untuk Jenewa belum lama lalu bersama-sama mengirim surat kepada Dewan HAM PBB dan Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, memuji hasil-hasil yang dicapai Tiongkok dalam perlindungan HAM dan pemberantasan terorisme di Xinjiang.

Akan tetapi sejumlah politisi AS yang tidak pernah berkunjung ke Xinjiang dan Tibet malah sewenang-wenang melakukan penudingan terhadap Tiongkok. Pada hal citra AS jauh sebelumnya sudah rusak karena skandalnya dalam masalah kebebasan agama dan perlindungan HAM. Saat ini, di seluruh wilayah AS, jumlah masjidnya hanya merupakan 10 persen jumlahnya di Xinjiang, Tiongkok. Pemerintah AS yang berkuasa sekarang bahkan mengeluarkan perintah “pelarangan Muslim”, sehingga lebih lanjut memperburuk keadaan agama dan HAM penduduk etnis minoritas di AS. Hasil survei menunjukkan, sebanyak 42 persen responden menyatakan sangat khawatir atas hubungan antar ras, dan 75 persen Muslim berpendapat bahwa masyarakat AS berpandangan diskriminatif serius terhadap kaum Muslim. Dengan keadaan agama dan HAM seburuk itulah, sejumlah politisi AS malah tak segan-segan menuding negara lain, tingkah lakunya sungguh memalukan dan tidak terpuji.

Yang patut ditunjukkan ialah, UUD Tiongkok melindungi kebebasan warga untuk menganut agama, tapi pada waktu yang sama, mutlak tidak mengizinkan siapa pun menggunakan agama melakukan sabotase ketertiban sosial, merugikan kesehatan warga, atau menghambat kegiatan pendidikan domestik. Adapun segala kegiatan yang melanggar UUD dan hukum Tiongkok yang dilakukan organisasi maupun individu di luar wilayah dengan kedok agama, akan ditentang tegas oleh Tiongkok, dan akan ditindak berdasarkan hukum. Ini adalah tindakan yang layak yang akan diambil oleh negara mana pun yang bertata hukum.




---
此電子郵件已由 AVG 檢查病毒。
http://www.avg.com

Kirim email ke