Persoalan pindah ibukota adalah masalah pragmatisme. Perlu duit utk pindah. 
Perlu duit utk pembangunan. Ngapaian dibawa2 kemasalah rasisme? Gak ada 
relevansinya.

 

Itu pertama. Kedua dibawa2 ke KEK ya sama saja dgn rasisme ngobok2 masalah yg 
tidak relevan. Dipindahkan ke aceh juga bisa dicari investasi asing lainnya 
termasuk RRT, USA, Jepang, Singapura dll. Wong investor asing sudah masuk 
kemana2 keseluruh NKRI. Masalah yg tersoroti kan belakangan ini investasi asing 
RRT yg paling menonjol. Lucu aja koq yg disoroti masalah investasi asing RRT 
nya, koq bukan investasi asingnya?

Disini letaknya tidak relevan nya.

 

Kalau mau ngomong ya silahkan masalah perpindahan ibukotanya. Gimana prosesnya, 
gimana duitnya, kenapa harus pindah dll?

Kalau ngomongin duitnya ya silahkan ngomong dari mana duitnya, gimana dapetnya, 
apa resikonya dll? Gak usah bawa2 SARA plus rasisme, investasi RRT segala.

 

Nesare

 

 

From: GELORA45@yahoogroups.com <GELORA45@yahoogroups.com> 
Sent: Friday, August 30, 2019 4:43 AM
To: ChanCT sa...@netvigator.com [GELORA45] <GELORA45@yahoogroups.com>
Cc: ajegil...@yahoo.com
Subject: Re: [GELORA45] KENAPA GAK ke BEIJING?

 

  

Tapi Tiongkok yang mana? Yang taipan atau yang kung-ren?

Am Fri, 30 Aug 2019 16:10:31 +0800
schrieb "ChanCT sa...@netvigator.com <mailto:sa...@netvigator.com>  [GELORA45]"
<GELORA45@yahoogroups.com <mailto:GELORA45@yahoogroups.com> >:

> Aaachh,... ini hanyalah suara sumbang anti Tiongkok saja! Berusaha
> keras menghadang masuknya modal-Tiongkok yg mulai menggerser modal
> Singapore, Jepang, AS yg selama ini mengangkangi Indonesia dan
> membuat rakyat banyak tetap melarat, ...!
> 
> Dari judul tulisan yg bombas, kenapa gak pindah ke Beijing? Sampai 
> berani-beraninya menyatakan "tukang paculnya" serba impor dari Cina! 
> Dikira gaji BURUH dari Tiongkok jauh lebih MURAH dari gaji buruh 
> Indonesia!!!
> 
> 
> ajeg ajegil...@yahoo.com <mailto:ajegil...@yahoo.com>  [GELORA45] 於 30/8/2019 
> 10:45 寫道:
> >
> > Memangnya penggeseran ibukota ke utara (Kaltim) ini apa bukan untuk 
> > mendekati 3 kawasan ekonomi khusus (KEK) yang diserahkan Jokowi ke 
> > RRC? - soal 3 KEK ini sudah sering saya singgung.
> >
> >
> > Jadi, bukan mustahil lokasi pilihan Jokowi di Penajam itu bakal
> > jadi "ibukota" bagi 3 KEK tsb. dsk., termasuk kawasan nikel di
> > Morowali. Bukan rahasia lagi semua megaproyek itu investor, manajer
> > proyek, sopir truk, sampai tukang paculnya serba impor dari Cina.
> >
> > Rasisme? Ya tinggal ditimbang-timbang saja antara opini si penulis
> > dan tindakan Jokowi terkait investor asing.
> >
> > --- jonathangoeij@... wrote:
> >
> > Kutipan artikel: "Minimal keturunan Beijing. Maksudnya? Yah..,
> > pakai nanya lagi!"
> >
> > Apakah maksud si penulis wong cino?
> > Opini yg dilandasi rasisme.
> >
> >
> > On Thursday, August 29, 2019, 12:45:05 PM PDT, Lusi D. wrote:
> >
> > Berikut sementara ulasan masalah tema pindah ibukota.
> > Lusi: Yang dicukongi Podomoro?
> >
> >
> > 1.-
> >
> > IBU KOTA PINDAH ke KALIMANTAN, KENAPA GAK ke BEIJING?
> >
> > Redaksi HARIANACEH
> > 22/08/2019 - 19:43 WIB
> >
> > Penulis: Tony Rosyid*
> >
> > KOK judulnya begitu? Ya, begitulah. Judul ini menggambarkan
> > apatisme, bahkan mewakili kekesalan begitu banyak warga negara
> > terhadap program pindah ibu kota. Pertama, ekonomi lagi morat marit
> > kok mau pindah ibu kota.
> >
> > Tahunya ekonomi morat marit? Hutang negara terus membengkak.
> > Aset-aset BUMN sedang dipasarkan. Harga-harga naik dan subsidi
> > mulai pada dicabutin. Kurang data? Sementara pindah ibu kota tidak
> > seperti mindahin lemari. Butuh anggaran cukup besar. 486 triliun
> > dana yang harus tersedia untuk pindah ibu kota. Kabarnya 93,5
> > triliun dari APBN. Sisanya? jual atau sewain apa kek. Ini bukan
> > dana yang sedikit untuk kondisi ekonomi bangsa seperti sekarang.
> >
> > Kedua, kemana mau pindah? Kalimantan? Kalimantan mana? Tengah
> > atau Timur? Ini saja belum diputuskan. Ini menunjukkan belum ada
> > kajian wilayah yang serius dengan segala dampak dan risikonya. Kok
> > sudah minta
> > ijin DPR?
> >
> > Ketiga, apa alasannya pindah? Jakarta macet? Banjir? Karena
> > polusi? Atau karena Jakarta dipimpin oleh Anies Baswedan, lawan
> > politik dan tak
> > bisa diajak kompromi? Tidakkah Anies orang yang paling mudah
> > diajak kompromi? Yang penting rasional, tak ada aturan yang
> > dilanggar dan tak merugikan negara. Anies pasti bisa berkompromi.
> > Kalau tiga syarat itu tak terpenuhi, Anies sepertinya memang tipe
> > gubernur yang tak pernah mau buka pintu belakang.
> >
> > Tidakkah kemacetan dan banjir Jakarta sudah berangsur-angsur
> > mulai berkurang saat ini? Kenapa tidak dibantu untuk semakin cepat
> > lagi mengatasi masalah-masalah itu? Kok malah pindah.
> >
> > Teringat ketika Jokowi mau nyagub di DKI. Untuk mengatasi macet
> > sepertinya gak susah-susah amat, katanya. Ini namanya
> > optimisme. Bagus dan harus diapresiasi. Dan ketika jadi Gubernur
> > DKI, Jokowi berpandangan akan lebih mudah mengatasi macet dan
> > banjir kalau jadi presiden. Tuhan berbaik hati dan memberi peluang
> > Jokowi jadi presiden. Lah, setelah jadi presiden, kenapa ibu kota
> > harus dipindah karena alasan banjir, macet dan polusi pak? Tidakkah
> > lebih mudah mengatasi itu
> > semua ketika jadi presiden? Ini pertanyaan awamnya.
> >
> > Demi pemerataan. Bagus! Pertanyaannya: apa hubungan pemerataan
> > dengan pindah ibu kota? Bagaimana kalau masyarakat Papua protes:
> > belum merata buat kami karena ibu kota tidak di tempat kami.
> > Demikian juga dengan masyarakat Sumatera, Sulawesi dan Maluku.
> >
> > Kalau semua pada protes, pindah ke Baijing saja. Nah, makin
> > ngawur.. Tidak! Yang dimaksud Beijing itu terkait dengan
> > orang-orangnya. Kontraktornya dari Baijing, investornya dari
> > Beijing, dan para pekerjanya dari Beijing. Minimal keturunan
> > Beijing. Maksudnya? Yah.., pakai nanya lagi!
> >
> > Ada kesan bahwa pemindahan ibu kota dipaksakan. Setidaknya itu
> > dilihat dari aspek substansialnya. Tapi, secara politis ini seperti
> > menyelam sambil minum air. Artinya, pemindahan ibu kota secara
> > politis akan sangat strategis. Pertama, sebagai pengalihan isu.
> > Situasi politik yang
> > lagi tak menentu dan ekonomi yang sedang terus mengalami
> > masalah, maka isu pemindahan ibu kota akan jadi hiburan media dan
> > medsos. Sedangkan masalah ekonomi, hiruk pikuk rekonsiliasi dan
> > transaksi struktur kabinet untuk sementara terlupakan.
> >
> > Kedua, pemindahan ibu kota akan jadi kebijakan mercusuar bagi
> > Jokowi. Suatu saat, Jokowi akan dikenang sepanjang masa sebagai
> > “Bapak Pemindah
> > Ibu Kota.” Ini akan jadi sejarah. Karena mindahin Ibu Kota
> > tergolong kebijakan fundamental dan bahkan radikal.
> >
> > Sejarah akan mencatat bahwa Indonesia pernah punya Ibu Kota di
> > Jakarta.
> > Lalu pindah ke Kalimantan “di era Jokowi”. Sekali lagi “di era
> > Jokowi”.
> > Sejarah ini akan diingat dan dikenang oleh anak bangsa di masa
> > depan. Dengan catatan, perpindahan ini jadi dan sukses. Jika gagal,
> > masyarakat
> > akan memaklumi. Ah, itu mah biasa. Toh Jokowi selama ini juga
> > sering gagal. Mobil Esemka gagal, biasa aja. Banyak janji yang tak
> > terealisasi, biasa saja. Tak ada yang mengejutkan. Dan
> > masyarakat mamaklumi dan memaafkannya. Tetap memberi Jokowi
> > kesempatan untuk jadi presiden kedua kali. Ini bukti betapa
> > masyarakat Indonesia adalah pemaaf. Pemaaf atau lupa? Entahlah.
> > Jangan bilang dungu. Awas! Itu kata-kata yang gak bagus. Biar jadi
> > hak paten Rocky Gerung saja. Jangan
> > ikut-ikutan. Gak elok.
> >
> > Kalau ada yang khawatir bagaimana nasib gedung DPR-MPR yang ada
> > di Jakarta, gedung-gedung pemerintahan, istana, dan lain-lain,
> > hemat saya itu orang terlalu serius. Tinggal sewakan saja
> > gedung-gedung itu, beres! Buat studio film atau arena teater.
> > Tidakkah selama ini banyak anggota legislatif yang pandai bermain
> > drama di gedung DPR? Cocok untuk
> > pentas teatrikal..
> >
> > Ketiga, banyak pihak mengkaitkan perpindahan ini sebagai bagian
> > dari manuver untuk 2024. Maksudnya? Untuk mendegradasi Anies
> > Baswedan yang namanya sedang digaungkan rakyat menjadi presiden
> > masa depan. Seolah ingin mengesankan bahwa Anies gagal mengurus Ibu
> > Kota. Karena itu, Ibu Kota dipindah. Oh ya? Ada-ada aja anda ini.
> > Terlalu jauh tafsirnya. Tapi, kalau toh iya, emang rakyat Indonesia
> > sepicik itu bisa dikelabui?
> > Tentu tidak!
> >
> > Keempat, banyak pihak bertanya: siapa pemilik lahan terbesar di
> > Kalimantan, tempat dimana Ibu Kota akan dipindah? Emang ada
> > hubungannya? Ini yang lagi jadi perbincangan publik. Belum lagi
> > pihak mana yang akan mendapatkan proyek-proyek pembangunan di Ibu
> > Kota baru itu. Silahkan direnungkan!
> >
> > --------
> >
> >
> > 2.
> >
> > DULU KERAS TOLAK PINDAH IBU KOTA, KINI AHOK MANUT JOKOWI
> >
> > Redaksi HAI
> > 30/08/2019 - 00:49 WIB
> >
> > –  Mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok
> > merespons soal rencana pemindahan Ibu Kota dari Jakarta ke
> > Kalimantan Timur. Menurut Ahok, dirinya mengikuti apa keputusan
> > Presiden Joko Widodo, mengingat hal itu memang menjadi kewenangan
> > pemerintah pusat.
> >
> > “Saya ikut presiden,” kata Ahok, Rabu (28/8) malam.
> >
> > Ahok mengakui dirinya pernah memiliki pendapat terkait
> > pemindahan Ibu Kota. Saat menjadi Wakil Gubernur DKI Jakarta, Ahok
> > mengatakan permasalahan Jakarta tak bisa diselesaikan hanya dengan
> > memindahkan Ibu
> > Kota.
> >
> > 
> 
> 
> ---
> 此電子郵件已由 AVG 檢查病毒。
> http://www.avg.com



Kirim email ke