INI CERITA PANJANG TAPI SANGAT PENTING DEMI ANAK CUCU KITA. SISIHJAN WAKTU
DAN BACA DENGAN SEKSAMA:
>
> Teman teman ini ada analisis seorang prof  Indonesia yang sangat objektif
tentang Pemerintahan Indonesia.
>
> Mohon maaf sebanyak banyaknya kalau ada yang kurang berkenan, harapanku
tulisan ini dapat menjadi insight kita semua, kenapa banyak negara Asing
tidak bahagia dengan apa yang terjadi di Indonesia .
>
> KOLOM: TRANSFORMASI EKONOMI JOKOWI: DARI ERA DUM-DUMAN MENUJU KEMAKMURAN
BERKELANJUTAN
>
> by Professor Agus Budiyono
> Alumni Department of Aeronautics & Astronautics, MIT & ITB
>
> Saya sering merujuk almamater saya, Massachusetts Institute of
Technology, dalam banyak tulisan saya. Bukan untuk bangga-banggaan. Memang
kenyataannya begitu banyak mendatangkan inspirasi. Apalagi kok saya,
praktis semua film director Hollywood akan merujuk nama MIT untuk
menggambarkan suatu fenomena yang world class, fantastic, out of the box
and ordinary dan mungkin sekalian other worldly. Yang layak untuk dijadikan
sentuhan plot atau mendukung cerita. Pendeknya yang film-worthy. Ada begitu
banyak prestasi dari the Mecca of Innovation ini. Ini mencakup pencapaian
dalam bidang sains dan teknologi, kreatifitas maupun finansial. Dalam
konteks ini, tidak bisa disangkal bahwa MIT adalah Entrepreneurial
University nomor wahid dunia. Sebuah institusi pendidikan tinggi yang tidak
hanya berhenti mengajarkan ilmu-ilmu dasar dan terapan tapi sekaligus
menyediakan lingkungan yang fertile untuk menumbuhkan kegiatan ekonomi
berbasis inovasi. All the way dari mengajarkan masalah mencari inverse
matriks, solusi persamaan Diophantine sampai strategi mendirikan start-ups.
>
> Selama kuliah disana dan disambung bekerja di salah satu start-ups
spin-off dari MIT, saya bisa secara langsung merasakan bagaimana bila
sumberdaya itu benar-benar dikelola dengan baik maka akan menghasilkan
banyak kemaslahatan. Mendatangkan kemakmuran. Dengan baik di sini saya
maksudkan dengan transparan dan mengikuti kaidah-kaidah bisnis. Yang
meritokratik. Bukan yang berbasis pada cara potong kompas, maen kayu, kong
kalikong, akal-akalan ataupun mafia-mafiaan. Sehingga kalo suatu aktifitas
start-ups membesar juga akan bisa ditarik pelajarannya, bisa memberikan
inspirasi ke pemain lain yang tidak atau belum berpengalaman. Bisa
diajarkan sebagai business case di sekolah-sekolah managemen karena
sifatnya berupa penerapan bidang keilmuan yang aplikasinya reproducible.
Karena sifatnya juga mengikuti kaidah bisnis yang berlaku generik, maka
bisa juga keberhasilannya dicopy and paste ke domain yang berbeda atau
regional yang lain.
>
> +++
>
> Dengan rumus seperti di atas, alumni MIT secara keseluruhan telah
menghasilkan lebih dari 31 ribu start-ups. Revenue yang dihasilkan secara
kumulatif setara dengan ekonomi no 10 dunia. Sebagai gambaran saat ini
Indonesia berada para no 15 atau 16 dunia. Bisa lah kiranya dibayangkan
impact dari aktifitas start-ups alumni MIT itu. Case-casenya banyak menjadi
rujukan sekolah-sekolah bisnis di seluruh dunia. Selama hampir sepuluh
tahun keberadaan saya di lingkungan MIT, saya tentunya selalu memimpikan
kondisi iklim bisnis di tanah air bisa seperti itu. Dengan sumber daya alam
yang melimpah ruah dan juga kualitas SDM yang bersaing secara internasional
(yang cukup canggih sehingga pesawat terbang buatan bangsa Indonesia
dihormati di MIT), mengapa ekonomi kita tidak maju-maju dan rakyat kita
tidak makmur-makmur?
>
> Kami tinggal hampir 8 tahun di Korea. Tiap akhir minggu anak-anak saya
selalu saya ajak ke resto seafood favorit mereka dimana mereka bisa makan
ikan segar (salmon, tuna, makarel, …) sepuasnya, unlimited. Saya bertanya:
mengapa warga negara rata-rata Korea (yang tidak seberapa kaya), negara
sebesar Jawa Barat dengan wilayah laut terbatas, bisa membeli dan makan
sashimi (salmon, tuna, dsb) segar secara murah? Sementara kita warga negara
sebuah kepulauan terbesar dunia dengan 17 ribu pulau dan wilayah 20 kali
lipat Korea, tidak bisa menikmati hasil lautnya sendiri. Dengan ilmu terang
MIT di atas tadi, seharusnya tiap warga negara Indonesia dari Sabang,
Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Papua, Bali, Lombok, Sumbawa, Sumba,
Flores, Solor, Alor, Wetar, Timor, Roti, Sawu dan pulau-pulau lainnya
sepantasnya bisa makan ikan segar atau masak setiap hari. Seharusnya bisa
terhidang tuna, cakalang, tongkol, kakap, makarel, baronang, tenggiri,… di
meja makan keluarga rata-rata Indonesia. Setiap hari. Sehingga anak-anak
Indonesia juga bisa mempunyai asupan Omega 3 dan omega 6 dan nutrisi sehat
lainnya yang membuat mereka bisa cerdas dan mampu bersaing.
>
> Kemanakah ikan-ikan kita? Bagaimana kok sampai terjadi fenomena sebagaian
warga negara kita seperti kelaparan di lumbung beras? Bagaimana ceritanya
kok kita sebagai pusatnya penghasil tuna, tongkol, dan ikan besar lainnya
kita malah hanya kebagian bothok teri?
>
> +++
>
> Seseorang tidak perlu sekolah jauh-jauh ke MIT untuk tahu bahwa ada mafia
yang menguasai dunia perikanan kita selama lebih dari setengah abad. Dan
bukan hanya perikanan tapi hal yang sama terjadi juga di minyak dan
pertambangan, infrastruktur dan sektor-sektor basah lainnya. It has been
well known for so many many years. Kebocoran pendapatan negara karena
masalah mafia perikanan (illegal fishing) ini adalah USD 5 billion per
tahun atau setara dengan Rp 75 trilyun per tahun. Kebocoran yang sama
terjadi di sektor kehutanan (illegal logging), dan sektor-sektor strategis
semuanya.
>
> Tahun 2014 ada perubahan yang sangat fundamental. Seorang pemimpin yang
low profile, unassuming berhasil terpilih. Dari kaca mata saya seorang yang
tidak hanya mengamati tapi juga terlibat langsung dengan kegiatan ekonomi
berbasis inovasi di tanah air, perubahan tersebut adalah angin segar. Saya
katakan fundamental, karena perubahan yang ada mampu menyentuh akar
masalah. Dalam tulisan saya yang lain mengenai 10 faktor yang menentukan
kesuksesan seseorang, faktor no 1 adalah integritas. Faktor ini yang sangat
menentukan seseorang untuk sukses jangka panjang, dan utamanya untuk
seorang yang memimpin Indonesia yang sangat kaya raya ini. Seorang yang
berani secara jujur dengan bahasa yang mudah dan terang benderang bahwa
bangsa Indonesia itu sebenarnya sudah akan kaya dari hasil di pekarangan
rumahnya sendiri. Dari hasil laut, hasil tambang, hasil hutan, dan kekayaan
alam lainnya yang diolah dengan ilmu pengetahuan sehingga menghasilkan
nilai tambah setinggi-tingginya.
> Era sebelumnya ekonomi Indonesia tidak bisa dipetakan dengan ilmu-ilmu
canggih dari Harvard Business School, Sloan School of Management MIT atau
Kellog Business school. Ilmu-ilmu yang sebenarnya sangat jitu tersebut
menjadi tidak begitu berguna. Karena di setiap sudut ada saja yang selalu
mengatakan: “Sudah lah maasss, jangan susah-susaah. Tidak perlu itu
teori-teori rumit dari MIT atau Harvard. Yang penting di sini adalah wani
piro?”. Atau yang sedikit mengancam “Nanti kalo kita tidak ikut kebiasaan
ini (uang katalis dan pelancar sana-sini) nanti malah projeknya gak jalan
loh”. Demikianlah dalam era dum-duman, tidak diperlukan ilmu-ilmu dari
sekolah managemen tersebut. Semua sudah ada “sistem”nya, department sudah
dikavling-kavling, berbagai sektor sudah habis didum (dibagi). Tidak ada
integritas yang bisa kita pegang. Dalam iklim bisnis seperti ini, orang
yang berprestasi menjadi males. Buat apa bekerja keras wong di ujung sana
akhirnya yang menentukan akan bertanya: wani piro? Sebuah dunia dengan
wilayah kelabu yang tidak mudah dipetakan yang mengizinkan fenomena “papa
minta saham”, “mami minta dividen”, dan “dedek minta jatah persenan”. Saya
paham mengapa teman bisnis saya yang gusar di Jakarta mengomentar keadaan
tersebut sebagai “truly dried cassava!”. Bener-benar nggapleki! Bikin kezel.
>
> +++
>
> Saya termasuk yang bernapas lega ketika figur Jokowi muncul dalam hutan
belantara ekonomi seperti di atas. Seperti angin segar dalam ruangan yang
pengap, suffocating. Insting pertamanya sangatlah sesuai dengan harapan
orang-orang (saya percaya ini mewakili hati nurani sebagian besar rakyat
Indonesia) yang berkiprah dalam kegiatan ekonomi seperti saya yaitu
mengangkat orang-orang berintegritas dan terpercaya dalam pos-pos dengan
kebocoran paling tinggi di atas. Kue ekonomi Indonesia harus dikembalikan
kepada yang paling berhak: rakyat Indonesia. Saya paham ini tidak akan
serta merta membalikkan keadaan. Sebuah sistem yang sudah berurat berakar
sekian lama tentu juga akan membutuhkan waktu untuk berubah. Tapi langkah
pertama tidaklah bisa ditawar, di pucuk pimpinan haruslah seorang yang
tidak hanya kapabel tapi juga harus bersih dan terpercaya. Saya merasa
bangga dan senang di ESDM ada figur Pak Iganisius Jonan di tangan dingin
blio blok Mahakam, blok Rokan dan divestasi 51% saham Freeport bisa
diselesaikan, di Kementrian Kelautan dan Perikanan ada Bu Susi yang secara
tegas dan berani menerjemahkan visi Jokowi dengan membersihkan wilayah laut
Indonesia dari mafia illegal fishers, pertama kali dalam sejarah perikanan
Indonesia. Seandainya 10% saja (Rp 7,5 T) dari devisa yang sekarang
diselamatkan dari kebocoran illegal fishing digunakan untuk pembinaan
start-ups unggulan di Indonesia, ada berapa calon unicorns atau sub-unicors
yang mampu kita hasilkan?
>
> Di Kementerian PUPR ada Pak Basuki yang selama empat tahun terakhir
hidupnya praktis ada di jalan. Setiap saat sibuk mengawasi dan menginspeksi
program-program infrastruktur yang digenjot pemerintah Jokowi. Disini
terlihat terang benderang, bagi yang berpikir dengan jernih, bagaimana
strategi pembanguan Jokowi adalah sangat berpihak pada Indonesia jangka
panjang. Kenapa? Dalam konstelasi global geostrategis China sudah
mencanangkan dengan terbuka program OBOR (One Belt One Road) dan Amerika
dengan skema Grand Pacific. OBOR menghububungkan China dengan ASEAN,
melalui jalur kereta logistik dari Guangxie melalui Vietnam, Thailand,
Malaysia, Singapore dan rencana jembatan laut Malaka akan terhubung dengan
Dumai. Ini artinya kedua raksasa ini membangun jaringan infra yang akan
terhubung langsung dengan urat nadi perekonomian kita. Kalo kita tidak
siap, maka Indonesia akan jadi penonton. Hanya bila infrastruktur terbangun
di seluruh Indonesia, kita bisa bersaing dengan gempuran raksasa China dan
Amerika. Adalah pandangan keliru dan keblinger kalo mengatakan Jokowi
adalah pro China. Yang terjadi, program toll laut dan juga infrastruktur
jalan toll Sumatra adalah program yang justru menchallenge OBOR China. Itu
adalah pengumuman terbuka bahwa Indonesia siap bersaing.
>
> Dan tentunya saya harus menyebut Bu Sri Mulyani Indrawati yang
menggawangi Kementrian Keuangan. Sosok SMI yang dihormati ahli keuangan
dunia ini mampu mengawal pertumbuhan ekonomi Indonesia yang sehat di tengah
persaingan global yang ketat dan peta kekuatan yang cepat berubah. SMI
sukses menjaga ketahanan perekonomian Indonesia di tengah berbagai bencana
sepanjang tahun 2018. Defisit Produk Domestik Bruto tahun 2018 diperkirakan
sekitar 1,86 persen, lebih rendah dari yang diperkirakan dalam APBN 2018
sebesar 2,19 persen. Di bawah SMI, Indonesia mampu memodernisasi respon
negara terhadap bencana alam, via strategi penjaminan dan pembiayaan
resiko, sehingga proses bantuan dan pemulihan pasca bencana bisa berjalan
cepat. SMI juga sukses mengarsiteki dan mengeksekusi berbagai jenis
reformasi perpajakan yang mendongkrak ekonomi Indonesia. Bu Sri Mulyani
memperoleh penghargaan sebagai Menteri Keuangan terbaik sedunia dari
lembaga independen karena prestasinya ini. Meskipun demikian, seperti kata
koleganya ekonom dan juga mantan Menteri Keuangan, Dr Chatib Basri, she is
too humble to present what she has achieved.
>
> +++
>
> Demikianlah, saya hanya bisa mensarikan sedikit dari yang saya pahami
dari konstelasi besar perekonomian Indonesia. Banyak segi yang tentunya
tidak bisa saya bahas dalam kolom pendek ini. Namun saya berharap pembaca
bisa menangkap spirit yang ada. Bahwa ada transformasi yang dikawal oleh
orang-orang hebat yang bersih dan berdedikasi. Untuk mentransformasi
Indonesia menjadi negeri yang mencapai kemakmuran yang berkesinambungan.
Dilakukan dengan sepenuh kesadaran dan semangat. Bukan hanya untuk
meresponse dan bereaksi terhadap peristiwa pergantian pemimpin tiap lima
tahun. Bukan, bukan itu.
>
> Saya sangat kenal dengan figur-figur ini.
>
> Sekelompok orang yang tidak pernah lelah mencintai negerinya.🥰💓💓
>
> Mohon bantuannya untuk menyebarluaskan sekiranya bisa membantu memberikan
pencerahan kepada kalangan yang memerlukan. Mari kita bahu-membahu melawan
hoaks dan disinformasi.

Kirim email ke