1. 

RR: JURUS AJI MUMPUNG

Rizal Ramli: Dulu Kasih Angin Sorga, Sekarang Sri Mulyani Mau Utang
Lagi
 
@geloranews Gelora News
25 Maret 2020

GELORA.CO - Pemerintah sedang mempertimbangkan baru yang berarti ini
akan melampaui defisit APBN maksimal 3 persen yang telah ditetapkan
dalam UU 17/2003.

Utang baru itu disebutkan untuk membantu APBN yang tekor dihantam
Covid-19.

Di sisi lain, Badan Anggaran DPR RI malah memberikan rekomendasikan
agar defisit APBN 2020 diperbesar hingga 5 persen.

Menurut ekonom senior DR Rizal Ramli, sebetulnya kalau dioptimalkan
pemerintah tidak perlu mencari utang baru. Dana yang direalokasikan dan
sisa anggaran yang tidak terpakai cukup besar dan dapat digunakan untuk
memenuhi kebutuhan anggaran.

Tetapi, dari awal Menteri Keuangan Sri Mulyani memang sudah berniat
untuk menambah utang.

Di mata Rizal Ramli penambahan utang ini adalah jurus aji mumpung yang
diperlihatkan Sri Mulyani memanfaatkan badai Covid-19.  Ini juga
semakin memperkuat dugaan bahwa Sri Mulyani hanya berperan sebagai
sales promotion girl (SPG) bagi lembaga pengucur utang seperti
International Monetary Fund (IMF).

“Aji mumpung, pinjem lagi dari IMF. Dasar SPG IMF. Lho bukan situ yang
jual angin sorga bisa narik Rp11.000 trilliun dari luar negeri?” ujar
Rizal Ramli.

“Karena yang sangat mereka perlukan saat ini untuk doping rupiah lagi,”
demikian Rizal Ramli. (rm)




2.:

PERCAKAPAN PRABOWO BOCOR, TERNYATA LOCKDOWN OPSI TERBAIK ATASI CORONA

@geloranews Gelora News
22 Maret 2020

GELORA.CO - Obrolan Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto dengan
ajudannya, Dhani Wirianata terkait penanganan virus Corona bocor di
media sosial.

Obrolan Prabowo dibocorkan oleh Dhani Wirianata melalui akun Instagram
pribadinya, Sabtu (21/3/2020).

Dhani mengungkapkan bahwa ia telah berdiskusi dengan Prabowo mengenai
wabah virus corona di Indonesia.

“Sore kemarin kami sempat berdiskusi mengenai kondisi pandemi yang
terjadi saat ini, Pak Prabowo katakan, “Saya hanya dilatih perang
kepada musuh yang terlihat, akan tetapi saya selalu diajarkan untuk
menghadapi situasi yang paling buruk”. Tidak ada kata terlambat dalam
memerangi virus ini,” tulis Dhani.

Dari obrolannya itu, Dhani berkesimpulan bahwa opsi terbaik saat ini
adalah melakukan lockdown.

“Saya berkesimpulan bahwa opsi terbaik menurut pak Prabowo saat ini
adalah lock down seperti yang dilakukan beberapa negara yang angka
terjangkitnya cukup tinggi, tujuannya untuk mencegah penularan virus
ini lebih melebar,” katanya.

Menurut Dhani, dalam waktu dua minggu terakhir ini, Prabowo sebagai
Menteri Pertahanan fokus untuk melawan virus covid 19 melalui jajaran
Kementerian Pertahanan dan TNI.

Prabowo, kata dia, terus berkoordinasi dengan Ketua Gugus Tugas yang
juga Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BPNPB), Letjen TNI
Doni Monardo dan para dokter TNI.

“Sebagai Menhan beliau akan terus berusaha untuk mengerahkan
Kementerian Pertahanan untuk membantu masyarakat dalam memerangi wabah
virus covid 19,” beber Dhani.

Dikatakan Dhani, penyebaran virus Corona begitu cepat dan Prabowo sudah
mendengar banyak dari para dokter dan perawat bahwa mereka sangat
membutuhkan alat pelindung diri atau ADP.

Karena itu, Kemenhan akan mengadakan 20.000 alat pelindung diri untuk
nantinya dibagikan kepada dokter dan perawat, terutama untuk rumah
sakit di bawah Kemenhan dan TNI.

“Selain itu Kemenhan juga akan mendatangkan alat instant test covid 19
yang dalam waktu dekat ini akan datang,” tandas Dhani. [ljc]



3.:

Bukan Corona, Jokowi Bisa Jatuh Gara-Gara Melanggar UU Ini

@geloranews 22 Maret 2020


GELORA.CO - Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dinilai bisa mengajukan
pemakzulan terhadap Presiden Joko Widodo jika ekonomi semakin ambruk.

Direktur Eksekutif Center for Social, Political, Economic and Law
Studies (CESPELS), Ubedilah Badrun menilai, angka pertumbuhan ekonomi
di Indonesia bisa 0 hingga minus 2 persen akibat utang yang bertambah
akibat nilai tukar rupiah yang menembus Rp 16 ribu per dolar AS.

“Ekonomi makin memburuk, nilai rupiah tembus lebih dari Rp 16.000 per
dolar AS. Sebentar lagi utang akan bertambah. Angka pertumbuhan ekonomi
bisa 0 atau bahkan minus 2 persen,” ucap Ubedilah Badrun, Minggu (23/3).

Akibatnya, rasio utang dipastikan akan semakin meningkat. Jika rasio
utang terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) melebihi yang telah
ditetapkan oleh UU, maka Presiden Jokowi bisa dianggap telah melanggar
UU.

Bahkan dalam UUD 1945, kata Ubedilah, Presiden Jokowi bisa disebut
tidak mampu menjalankan pemerintahan.

“Maka demi kepentingan nasional yang lebih besar DPR bisa mengajukan
proses pemakzulan. Ini diatur dalam pasal 7 A UUD 1945. Apalagi jika
situasi sosial ekonomi lebih tak terkendali, proses kejatuhan itu akan
lebih cepat,” tegas Ubedilah.

Dengan demikian, Pemerintah Jokowi-Maruf Amin didesak untuk
mendengarkan hati rakyatnya dan bukan mengikuti ambisi hampa.

Jeritan hati rakyat yang dimaksud adalah fokus pada penanganan virus
corona dan ekonomi. Sementara ambisi hampa mengacu pada omnibus law dan
pemindahan ibukota.

“Oleh karena itu, pemerintah Jokowi-Ma’ruf harus mendengarkan hati
rakyat bukan mengikuti ambisi hampa,” pungkas Ubedilah.[psid]




4.:

Kaum Buruh di Tengah Corona: Selama Belum Meninggal, Diminta Terus Kerja

Gelora News 24 Maret 2020



GELORA.CO - Tatkala pegawai kantoran di DKI Jakarta mulai bekerja dari
rumah untuk mengantisipasi virus corona Covid-19, para pekerja informal
masih harus terus beraktivitas di pabrik, berkeliling kota membawa
antaran, dan bertemu banyak orang setiap hari.

Rentan terpapar virus corona karena tak bisa mengisolasi diri selama
pandemi, kesehatan sebagian besar buruh garmen, kurir, dan pegawai
restoran itu juga tidak ditanggung pemberi kerja.

Pilihan banyak dari mereka kini terbatas antara bekerja keluar rumah
demi tetap berpenghasilan atau mengkarantina diri dan menganggur di
rumah.

Tak ada keramaian orang yang setiap hari biasa terlihat di Sarinah,
Jakarta. Pada jam pulang kantor, antrean nyaris selalu mengular di
setiap restoran cepat saji di pusat perbelanjaan tersebut.

Namun 23 Maret 2020 lalu, saat lebih dari separuh penderita virus
corona Indonesia terdeteksi di Jakarta, Sarinah sepi dan gelap.

Hanya tampak para kurir makanan cepat saji yang menunggu pesanan matang
sebelum mereka membelah jalanan ibu kota menuju rumah para pelanggan.

Dede, salah satu kurir itu, mengaku cemas tetap beraktivitas di luar
rumah. Meski begitu, ia lebih khawatir tak memberi nafkah keluarganya
ketimbang tertular virus corona dari salah satu pelanggannya.

"Saya ada rasa takut, tapi kalau tidak masuk kerja, saya enggak digaji.
Kurir digaji per jumlah antaran. Kalau antaran banyak, gaji lumayan
besar, kalau sepi ya gaji kecil," ujar Dede seperti diberitakan BBC
Indonesia, Selasa (24/3/2020).

"Jadi mau enggak mau saya tetap kerja, anak-istri enggak makan kalau
saya enggak kerja," tuturnya.

Dede berkata, walau berisiko tertular virus corona dalam aktivitasnya
dari rumah ke rumah pelanggan, perusahaannya tidak menanggung ongkos
kesehatan.

Tak bersentuhan dengan pelanggan saat mengantarkan makanan adalah
satu-satunya inisiatif yang disebut Dede bisa menjauhkan para kurir
dari penyakit.

"Sejak ada virus corona, walau kurir sakit, tetap tidak ada jaminan,
harus kami tanggung sendiri risiko itu," ujarnya.

Merujuk Surat Edaran Dinas Tenaga Kerja DKI Jakarta yang terbit 20
Maret lalu, semua perusahaan didesak mengikuti seruan untuk
melaksanakan kegiatan dari rumah. Empat bidang dikecualikan dalam surat
itu, yaitu kesehatan, energi, jasa keuangan, dan pangan.

Pemprov DKI meminta para pelaku usaha di empat bidang itu untuk
melaporkan siasat pencegahan penyebaran virus corona di antara pekerja
mereka.

Faktanya, di Jakarta, sejumlah perusahaan di luar empat bidang itu
tetap beroperasi selama kondisi darurat covid-19.

'Selagi belum meninggal, ya harus bekerja'

Linda, buruh di salah satu pabrik garmen berorientasi ekspor di Kawasan
Berikat Nusantara Cakung, menyebut perusahaannya tak mengambil
kebijakan strategis untuk mengurangi risiko penularan virus corona.

Linda berkata, ia dan sekitar 900 buruh lain di pabriknya masih terus
beraktivitas normal: memproduksi 60 potong pakaian per 30 menit selama
delapan jam di ruang kerja yang padat.

"Kami tentu sangat khawatir dan ketakutan, apalagi kami kerja
berdekatan, tidak ada jarak satu sama lain," kata Linda.

"Sudah dua hari ini ada pengecekan suhu tubuh setiap pagi. Kami diberi
masker, tapi itu kami sendiri yang buat menggunakan bahan sisa pabrik.
Itu tidak menghilangkan kecemasan."

"Kami wajib bekerja semua. Selagi belum meninggal, ya harus bekerja.
Kalau tidak masuk, upah kami tidak dibayar, kecuali ada surat
keterangan sakit dari dokter," ujar Linda.

Linda menuturkan, ia dan para koleganya sudah mendorong perusahaannya
melonggarkan aktivitas produksi selama pandemi virus corona. Namun
kesepakatan urung terjalin.

Seperti saat banjir Jakarta di awal tahun 2020, Linda khawatir libur
yang didapatkannya justru harus ditebus dengan bekerja saat libur akhir
pekan dan tanggal merah.

"Saya ingin ada ketegasan pemerintah, jika kami diliburkan, kami jangan
dibiarkan bernegoisasi sendiri tentang upah. Harusnya soal upah jangan
berdasarkan kesepakatan perusahaan dan buruh," ujarnya.

Ingin mudik

Namun tak semua pekerja informal merasa buntung karena wajib
beraktivitas layaknya tak ada pandemi.

Khoirul, seorang pelayan restoran di kawasan Menteng, berkata
majikannya cekatan menyiasati penyebaran virus corona yang bisa saja
dibawa para pelanggannya.

"Tidak ada opsi untuk tidak masuk karena kami sudah diberi libur tiga
hari dalam satu minggu. Sekarang restoran juga cuma buka layanan bawa
pulang, tidak bisa makan di sini lagi," ujarnya.

Khoirul berkata, selain memberlakukan sistem 'satu hari kerja, tiga
hari libur', jumlah pegawai dalam satu sif di restorannya pun
dikurangi. Menjaga jarak antarorang, kata dia.

Di sela kecemasannya berada di Jakarta yang menjadi kota dengan kasus
positif corona terbanyak, Khoirul berharap bisa pulang-pergi ke
kampungnya di Karawang.

Khoirul tahu bahwa pemerintah menganjurkan isolasi diri dan
meminimalkan sosialiasi dengan sanak saudara di kampung halaman. Namun
ia mengaku sulit menjalankan upaya memutus penyebaran virus corona itu.

"Mumpung ada libur tiga hari, sebisa mungkin saya manfaatkan untuk
pulang kampung. Sebenarnya tidak disarankan, tapi kalau hanya
berkomunikasi lewat video call, orang tua saya tetap kepikiran
keselamatan saya terus," kata Khoirul.

Seiring akhir darurat virus corona yang belum dapat diprediksi,
mayoritas pelaku usaha dan pemberi kerja mendorong pemerintah
memberlakukan keringanan pajak, penundaan tagihan listrik, hingga
penurunan suku bunga kredit pinjaman.

Dalam konferensi pers virtual, Senin (23/03), misalnya, Ketua Umum
Asosiasi Pertekstilan Indonesia, Jemmy Kartiwa, meminta pemerintah
merelaksasi pembiayaan industri tekstil agar arus kas perusahaan tidak
macet.

Strategi itu disebut Jemmy vital untuk mencegah pemutusan hubungan
kerja massal terhadap para pekerja mereka. "Kami juga meminta stimulus
modal kerja untuk tetap berproduksi sehingga tidak jadi PHK," ucapnya.

Belum ada kebijakan khusus pemerintah untuk menjawab permintaan para
pengusaha tersebut.

Dalam teleconference dengan gubernur seluruh Indonesia, Selasa (24/03)
siang, Jokowi mengumumkan sejumlah strateginya menghadapi gelojak
ekonomi akibat virus corona.

Program kartu prakerja yang dijanjikannya pada masa kampanye pilpres
2019 diklaim Jokowi bisa menanggulangi risiko tersebut.

"Akan segera dimulai kartu prakerja implementasi kartu prakerja
antisipasi para pekerja yang kena PHK, pekerja harian yang kehilangan
penghasilan dan pengusaha mikro yang kehilangan omzet," kata Jokowi.

"Anggaran disiapkan Rp10 triliun agar provinsi-provinsi dapat mendukung
ini, Siapa yang harus diberi, mulai data dengan baik," ujarnya.(sc)

















Kirim email ke