-- 
j.gedearka <j.gedea...@upcmail.nl>



https://www.antaranews.com/berita/1447020/rdt-micro-chip-karya-anak-bangsa-mampu-deteksi-dini-covid-19


Artikel

RDT Micro-chip karya anak bangsa mampu deteksi dini COVID-19

Oleh Martha Herlinawati S       Senin, 27 April 2020 17:43 WIB

Menristek/Kepala BRIN Bambang Brodjonegoro memberikan keterangan di kantor 
Graha BNPB Jakarta, Senin (6/4/2020). ANTARA/Humas BNPB.
Jakarta (ANTARA) - Penanganan COVID-19 Indonesia saat ini salah satunya fokus 
pada percepatan deteksi COVID-19 di tengah masyarakat dengan melakukan 
pelacakan orang terinfeksi, tes skrining dan pemeriksaan spesimen untuk melihat 
keberadaan virus SARS-Cov02 penyebab COVID-19 pada warga Indonesia.

Untuk mendukung deteksi COVID-19, Pemerintah Indonesia melalui Konsorsium 
COVID-19 yang dibentuk oleh Kementerian Riset dan Teknologi (Kemristek)/Badan 
Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) berkejaran dengan waktu dengan memaksimalkan 
seluruh sumber daya untuk menciptakan alat tes diagnostik cepat untuk deteksi 
COVID-19.

Salah satu perangkat tes itu adalah alat deteksi COVID-19 yang berbasis surface 
plasmon resonance (SPR), yang disebut dengan Rapid Diagnostic Test (RDT) 
Micro-Chip. Perangkat ini berfungsi untuk deteksi dini COVID-19.

Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Kepala BRIN Bambang Brodjonegoro 
mengatakan penyediaan peralatan tes cepat (rapid test kit), baik yang bersifat 
deteksi awal (early detection) maupun deteksi akhir (late detection), merupakan 
salah satu skala prioritas Konsorsium COVID-19 untuk jangka menengah..

Selain itu, Konsorsium juga fokus pada pengembangan suplemen, multivitamin, 
immune modulator dari berbagai tanaman Indonesia serta pengembangan robot 
layanan smart infusion palm, pengembangan ventilator serta pengembangan lainnya.

Sementara, untuk jangka panjang, Konsorsium akan mengembangkan vaksin COVID-19.

RDT Micro-chip dikembangkan oleh Institut Teknologi Bandung (ITB) dan 
Universitas Padjajaran (Unpad) untuk membantu Task Force Riset dan Inovasi 
Teknologi untuk Penanganan COVID-19 (TFRIC19), suatu satuan tugas yang 
diinisiasi oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) di bawah 
Konsorsium COVID-19.

Baca juga: Menristek: Produksi awal 200 ventilator portabel pada Mei 2020

Baca juga: Menristek bentuk konsorsium riset teknologi penanganan COVID-19


Kurang dari sejam

Alat tes cepat micro-chip buatan Indonesia yang saat ini sedang dikembangkan 
itu akan mampu mendeteksi COVID-19 dalam waktu kurang dari satu jam. Alat ini 
ditujukan untuk melakukan deteksi dini COVID-19 pada masyarakat Indonesia.

RDT Micro-chip bersifat lebih sensitif dan spesifik untuk mendeteksi virus 
SARS-Cov-2 karena menggunakan strain virus penyebab COVID-19 yang menginfeksi 
orang asli Indonesia.

"Dengan adanya kemampuan desain melalui teknik komputasi dan produksi 
bioreseptor bekerjasama dengan Universitas Padjajaran, kami yakin dapat membuat 
bioreseptor yang memiliki spesifisitas yang tinggi terhadap target virus 
SARS-CoV-2," kata Peneliti yang juga Dosen Teknik Biomedika ITB Isa Anshori 
kepada ANTARA, Jakarta, Senin.

Untuk mengantisipasi adanya kebutuhan deteksi dini COVID-19 berbasis antigen 
yang akan sangat banyak, maka RDT Micro-chip ini dikembangkan.

Kebutuhan deteksi dini ini diperlukan dalam upaya menemukan orang terinfeksi 
COVID-19 sehingga penyakit ini dapat dikendalikan.

Penyakit COVID-19 ini sangat mudah menyebar. Selain itu, virus SARS-CoV-2 
penyebab COVID-19 adalah jenis baru dan masih sedikit informasi yang tersedia, 
sehingga eksplorasi terkait interaksi biomolekuler sintetik terhadap virus ini, 
baik untuk biosensor, maupun pengembangan obat dan vaksin akan sangat penting.

RDT micro-chip diharapkan dapat memberikan sumbangsih dalam riset terkait 
COVID-19 secara luas, selain untuk tujuan khusus sebagai perangkat deteksi dini.

Alat tes cepat ini bukan berbasis metode atau teknik reaksi berantai polimerase 
atau polymerase chain reaction (PCR), melainkan berbasis teknik resonansi 
plasmon permukaan atau surface plasmon resonance (SPR).

"Kami fokuskan untuk deteksi antigen, yaitu virus SARS-CoV-2 penyebab penyakit 
COVID-19 itu sendiri. Sehingga, metode ini dapat digunakan untuk deteksi dini 
pada periode awal infeksi berlangsung," ujar Isa.

Isa menuturkan metode gold standard deteksi antigen adalah berbasis PCR. Namun, 
dalam hal ini pihaknya ingin melihat seberapa besar potensi deteksi dini 
berbasis sensor optik SPR sebagai alternatif untuk deteksi dini COVID-19..

Metode yang diterapkan dalam RDT Micro-chip ini juga berbeda dengan RDT IgG IgM 
yang juga sedang dikembangkan oleh TFRIC19 di bawah Konsorsium COVID-19.

Pada metode RDT IgG IgM, yang dideteksi adalah antibodi Immunoglobulin G (IgG) 
dan Immunoglobulin M (IgM) yang terbentuk sebagai respon tubuh penderita 
terhadap virus.

Adapun antibodi ini baru muncul setelah tujuh hari, sehingga metode tersebut 
masuk pada kategori deteksi akhir (late detection).

Baca juga: Konsorsium COVID-19 akan kembangkan APD, masker, cairan bersih tangan

Baca juga: Konsorsium COVID-19 akan kembangkan alat deteksi, obat, dan vaksin


Cara kerja RDT Micro-chip

Isa mengatakan timnya saat ini sedang berfokus pada tahap mendesain dan 
memproduksi bioreseptor yang nantinya akan dimobilisasi pada substrat 
micro-chip.

Dari segi konseptual, bioreseptor itu memiliki kemampuan untuk "menangkap" 
secara spesifik analit yang dideteksi, yaitu protein pada permukaan virus 
SARS-CoV-2.

Ketika analit yang berada pada larutan yang dialirkan ke micro-chip dapat 
"ditangkap" oleh bioreseptor, perangkat SPR akan menghasilkan respon yang 
menunjukkan keberadaan virus penyebab COVID-19 pada larutan.

Karena bioreseptor telah didesain secara spesifik agar hanya dapat "menangkap" 
virus SARS-CoV-2, maka kesalahan pendeteksian dapat dihindari.

Saat ini, ITB dan Unpad sedang menyiapkan bahan bioreseptor berbasis aptamer 
untuk menangkap virus yang ada di dalam sampel cairan.

Isa mengatakan perangkat SPR Reader dan bahan habis pakai chip SPR untuk saat 
ini dibeli dari luar negeri. Sedangkan untuk kit bioreseptor khusus yang 
dipakai pada chip SPR akan diproduksi di Pusat Riset Bioteknologi Molekular dan 
Bioinformatika Universitas Padjajaran.

Nilai sensitivitas perangkat RDT Micro-chip akan disampaikan setelah tim 
memulai uji coba deteksi COVID-19.

Tahap awal pengujian dan optimasi terkait perangkat RDT Micro-chip akan 
dilakukan di fasilitas biosafety level (BSL) 2, dengan menguji no-risk sample 
dari virus SARS-CoV-2, seperti bagian RNA-nya atau sampel virus tapi dalam 
kondisi inaktif.

Setelah itu, tahapan pengujian berikutnya akan diadakan di fasilitas BSL 3, 
baik yang ada di rumah sakit maupun di laboratorium klinis untuk pengujian pada 
sampel sesungguhnya (real sample).

Pengujian di fasilitas BSL 2 ditargetkan dimulai pada Juli 2020, dan diharapkan 
pada awal Agustus 2020 dapat diuji coba di fasilitas BSL 3.

Baca juga: Konsorsium pun disiapkan untuk mengembangkan vaksin COVID-19

Baca juga: Tim pakar di Sumsel teliti COVID-19 dengan teknik genotipe


SPR

SPR merupakan salah satu teknik deteksi biomolekul yang non-destruktif, label 
free, memiliki reproduksibilitas tinggi, real time, dan relatif murah.

Teknik tersebut telah terbukti dengan baik dapat digunakan dalam investigasi 
interaksi molekuler dengan indikator perubahan indeks refraksi pada permukaan 
chip atau dalam hal ini lapisan emas.

SPR merupakan fenomena fisis yang diinduksi ketika cahaya atau foton yang 
datang beresonansi dengan osilasi elektron bebas pada permukaan logam terhadap 
inti atom.

SPR terdiri dari laser, gelas prisma, lapisan chip sensor (umumnya dari bahan 
emas), dan fotodetektor. Cahaya dengan energi tertentu akan menciptakan 
fenomena plasmon pada permukaan logam.

Fenomena plasmon pada permukaan emas ini dapat dideteksi dengan perubahan sudut 
atau intensitas cahaya yang direfleksikan oleh lapisan logam.

Pada prinsipnya, plasmon yang terjadi pada permukaan logam akan berinteraksi 
dengan molekul di atas permukaan dan menyebabkan perubahan indeks refraktif 
permukaan sehingga terjadi pergeseran sudut refleksi cahaya.

Perubahan sudut ini secara linear berhubungan dengan perubahan indeks refraktif 
dan berbanding lurus dengan jumlah molekul yang menempel pada permukaan logam.

Ketika diaplikasikan sebagai biosensor, SPR dapat digunakan untuk memonitor 
interaksi antara analit dengan target virus SARS-CoV-2 dalam larutan dengan 
bantuan bioreseptor yang sebelumnya telah dimobilisasi pada permukaan chip 
sensor.*

Baca juga: AS: Sinar matahari, panas dan kelembapan perlemah virus corona

Baca juga: Prancis: Tak ada bukti COVID-19 terkait dengan lab penelitian Wuhan

Oleh Martha Herlinawati S
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
COPYRIGHT © ANTARA 2020





Kirim email ke