-- 
j.gedearka <j.gedea...@upcmail.nl>


https://mediaindonesia.com/podiums/detail_podiums/1825-membangun-peradaban




Selasa 12 Mei 2020, 05:30 WIB

Membangun Peradaban

Suryopratomo Dewan Redaksi Media Group | Editorial
 
Membangun Peradaban

MI/Ebet
Suryopratomo Dewan Redaksi Media Group.

PANDEMI covid-19 sungguh menjadi masa kegelapan abad- 21 yang semula 
digambarkan sebagai era keemasan di saat dunia tidak mengenal batas. Virus 
kecil yang mematikan itu, setiap hari justru semakin memurukkan kehidupan umat 
manusia. Satu per satu orang mulai kehilangan pekerjaan dan juga kemudian masa 
depan.

AS yang mencoba mengembalikan kebesarannya pun ikut tak berdaya. Untuk April 
saja angka pengangguran di sana mencapai 20,5 juta orang. Tidak usah heran 
banyak warga terpaksa ikut program Feeding America demi mendapatkan bahan 
kebutuhan pokok.

Semua sangat berharap masa kegelapan ini segera berakhir. Orang tidak mungkin 
dibiarkan tidak bisa melakukan kegiatan apa pun untuk memenuhi kebutuhan 
hidupnya. Semua menyadari, kita tidak mungkin terus menggantungkan hidup dari 
uluran tangan orang lain.

Martabat manusia ditentukan oleh pekerjaan. Sebagai homo faber, manusia harus 
bekerja untuk menghasilkan sesuatu. Orang akan kehilangan harga diri ketika 
tidak bekerja, ketika tidak bisa memenuhi kebutuhan hidup diri dan keluarganya.

Kecepatan untuk merespons kondisi itulah yang diperlukan sekarang. Bahasa yang 
selalu didengungkan Ketua Pelaksana Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 
Doni Monardo, kita harus mencegah jangan sampai masyarakat terpapar covid-19, 
tetapi juga jangan sampai terkapar oleh virus PHK.

Kita harus bersiap hidup dalam suasana yang disebut the new normal. Sampai 
kelak ditemukan vaksin covid-19, kita harus mau hidup dengan protokol kesehatan 
yang ketat. Tidak boleh masker lepas dari wajah kita. Selalu menjaga jarak agar 
tidak terkena oleh aerosol yang keluar dari mulut orang lain. Kita wajib 
menjaga pola hidup sehat dan bersih dengan selalu mencuci tangan dengan sabun 
dan air yang mengalir.

The new normal akan menciptakan sebuah peradaban baru. Peradaban untuk peduli 
terhadap sesama. Tanggung jawab pribadi harus dijalankan dengan sepenuh hati 
agar kita tidak membahayakan orang lain.

Peradaban itu bahkan harus dimulai dari sekarang. Kalau pemerintah melarang 
mudik, semua orang harus patuh menjalankannya. Mengapa? Karena kalau kita tidak 
patuh, berarti kita sebenarnya membahayakan orang lain termasuk saudara-saudara 
kita sendiri.

Bagaimana dengan orang yang mencuri-curi mudik dan bangga bisa mengelabui 
petugas? Kita harus mampu membangun peradaban baru bahwa orang yang hebat itu 
ialah orang yang patuh kepada aturan. Bukan orang yang melanggar aturan. Kita 
harus seperti bangsa lain yang maju peradabannya, yang tidak goyah oleh 
ketidakbenaran. Meski sudah tengah malam dan jalanan sepi, ia tidak pernah 
menerobos lampu merah karena itu membahayakan keselamatan orang lain.

Sekarang ini gugus tugas mengeluarkan surat edaran tentang kriteria pembatasan 
perjalanan orang dalam rangka percepatan penanganan covid-19. Tujuannya agar 
pergerakan orang dan barang untuk penanganan covid-19 tidak terhambat. 
Kekecualian lain diberikan kepada mereka yang sedang mengalami kemalangan atau 
warga negara Indonesia yang hendak kembali ke Tanah Air.

Namun, sekarang yang ramai diperbincangkan seakan pemerintah melonggarkan 
sarana transportasi. Muncul kekhawatiran kebijakan ini dimanfaatkan sekelompok 
orang untuk bisa mudik Lebaran.

Di sinilah kesempatan untuk membangun peradaban. Kita jangan pernah membenarkan 
orang yang memanfaatkan kesempatan untuk melanggar aturan. Kepada mereka yang 
melanggar, kita harus berikan hukuman sosial. Mereka jangan diperlakukan 
sebagai pahlawan, tetapi sebagai pelanggar aturan

Bangsa-bangsa yang maju peradabannya selalu mendahulukan sikap percaya kepada 
orang lain. Sampai kemudian orang itu melanggar kepercayaan yang diberikan, 
maka orang itu akan dikucilkan dari pergaulan sosial.

Di Tokyo, Jepang, orang yang kehilangan kepercayaan dari masyarakat hanya bisa 
hidup di pinggiran Sungai Tokyo. Tidak ada seorang pun yang mau memberikan 
pertolongan karena ia sudah menjadi orang yang tidak bisa dipercaya.

Wabah covid-19 harus kita jadikan momentum membangun peradaban baru seperti 
itu. Hanya dengan itu wabah virus korona ini akan membuat kita menjadi bangsa 
besar. Kalau tidak mampu membangun peradaban yang lebih baik, kita akan menjadi 
bangsa merugi karena kita hanya merasakan akibat buruk dari wabah penyakit satu 
ini.
 









Kirim email ke