Yang bikin karikatur dari Barat. Bilang Boycott China, tetapi cari murah,
pesan dari China......

Op zo 28 jun. 2020 om 01:36 schreef ChanCT <sa...@netvigator.com>:

> Tapi, .... kalau saja betul Tshirt bertuliskan "Boycott China" itu
> produksi Tiongkok, bukankah itu lebih menampar Tiongkok sendiri! Bukan
> menampar muka Trump, ...???
>
>
>
> kh djie dji...@gmail.com [GELORA45] 於 2020/6/28 上午 01:03 寫道:
>
>
> Yang bikin orang tertawa karikatur Trump lagi ngomong Boycott China.
> Di karikatur sebelahnya ada pabrik di Tiongkok sedang bikin T shirt
> pesanan dari Amerika untuk demonstrasi bertuliskan Boycott China.......
>
> Op za 27 jun. 2020 om 18:29 schreef 'j.gedearka' j.gedea...@upcmail.nl
> [GELORA45] <GELORA45@yahoogroups.com>:
>
>>
>>
>>
>>
>> --
>> j.gedearka <j..gedea...@upcmail.nl <j.gedea...@upcmail.nl>>
>>
>> https://mediaindonesia.com/podiums/detail_podiums/1867-membakar-bendera
>>
>> Sabtu 27 Juni 2020, 05:00 WIB
>>
>> Membakar Bendera
>>
>> Usman Kansong Dewan Redaksi Media Group | Editorial
>>
>>   Membakar Bendera MI/Ebet Usman Kansong Dewan Redaksi Media Group.
>> SAYA mendadak kepingin bikin dan jualan bendera bergambar martil-sabit dan
>> bendera bergambar kepala banteng. Musim demo menolak Rancangan Undang-
>> Undang Haluan Ideologi Pancasila serupa sekarang ini kiranya membuat kedua
>> bendera laku keras. Orang bakal banyak membutuhkan kedua bendera untuk
>> dibawa berunjuk rasa lalu dibakar. Supaya bisnis bendera saya laris manis,
>> saya akan berpromosi begini: ‘tak usah gusar bendera dibakar, beli lagi
>> saja yang anyar’. Tak takut dituduh komunis karena bikin dan jualan bendera
>> terutama yang bergambar martil-sabit? Kalau ada yang menuduh begitu, itu
>> keliru besar. Saya justru kapitalis. Kurang kapitalis bagaimana seorang
>> yang mencari keuntungan dari konfl ik di antara dua kelompok? Di Kota
>> Khomein, Iran, ada pabrik bendera bernama Diba Parcham. Akhir Januari lalu,
>> kantor berita Reuters memberitakan pabrik itu memproduksi 2.000 bendera
>> Amerika dan Israel setiap bulan untuk memenuhi permintaan pasar. Pabrik
>> tersebut menghabiskan 450.000 meter kain untuk membuat kedua bendera itu
>> per tahun. Orang Iran membeli bendera Amerika dan Israel bukan untuk
>> dikibar, melainkan dibakar saat unjuk rasa menentang kedua negara bersekutu
>> itu. Bendera simbol sakral bagi setiap negara, bangsa, atau kelompok.
>> Bendera menjadi representasi kehormatan satu bangsa. Oleh karena itu, saya
>> heran tetapi bersyukur Amerika dan Israel tidak baper dan gusar bendera
>> mereka dibakar. Mungkin Amerika dan Israel berpikir buat apa gusar bendera
>> dibakar, toh bisa bikin atau beli lagi yang anyar. Bayangkan bila kedua
>> negara baper dan gusar lalu merapatkan barisan untuk menyerang Iran demi
>> membela kehormatan bangsa. Saya tak kuasa membayangkan bila Amerika atau
>> Israel baper dan gusar, merapatkan barisan, lalu menyerang Indonesia karena
>> orang Indonesia berulang kali berunjuk rasa di muka Kedubes Amerika sambil
>> membakar bendera Amerika dan Israel. Di satu sisi, di negara kita, serupa
>> di Iran, orang gemar melampiaskan protes atau kemarahan dengan membakar
>> bendera. Satu kelompok Islam di sini doyan membakar bendera bergambar
>> martil-sabit saat berunjuk rasa berbau antikomunisme. Banyak orang
>> bertanya, kok mereka punya bendera itu; kok mereka simpan bendera itu; dari
>> mana mereka dapat bendera itu. Tidak mungkin dari saya karena bisnis
>> bendera saya cuma cita-cita, tidak nyata. Tidak mungkin dari pabrik di Iran
>> karena mereka tak bikin bendera martil-sabit. Di sisi lain, kita kiranya
>> menganggap bendera betul-betul sakral, simbol kehormatan, yang harus dibela
>> dan dipertahankan. Kita, berbeda dengan Amerika dan Israel, kontan baper
>> dan gusar setengah mati bila bendera kita dibakar Ketua Umum PDIP Megawati
>> menyerukan kader partai merapatkan barisan setelah bendera partainya
>> dibakar massa yang berunjuk rasa di depan kompleks parlemen, Kamis (25/6).
>> ‘Saya siap untuk mengasah tanduk…’, tulis seorang teman kader PDIP pada
>> status di laman Facebook-nya... Sejumlah kelompok Islam memprotes keras
>> pembakaran bendera bertuliskan ‘Laa ilaaha illallah’ dalam tulisan Arab
>> oleh organisasi Banser NU di peringatan Hari Santri di Garut, Jawa Barat,
>> Oktober 2018. Banser NU menganggap itu bendera HTI, organisasi terlarang..
>> Kelompok Islam yang memprotesnya menganggap itu bendera tauhid. Ada
>> paradoks di diri bangsa ini dalam memperlakukan bendera. Semua menganggap
>> bendera sakral, tetapi kita gemar membakarnya. Bila semua, kita dan mereka,
>> menganggap bendera sakral, semestinya kita tak saling membakarnya. Kita tak
>> mau bendera kita dibakar. Pun mereka tak mau bendera mereka dibakar.
>> Seorang lelaki, yang istrinya sedang mengandung, tewas dibakar massa atas
>> tuduhan, baru tuduhan, mencuri amplifier satu musala di Bekasi, Jawa Barat,
>> Agustus 2017. Lalu, seorang transpuan meninggal dibakar para preman atas
>> tuduhan, masih tuduhan, mencuri telepon seluler salah seorang preman di
>> Cilincing, Jakarta, April 2020. Adakah kalian merapatkan barisan dan
>> mengasah tanduk untuk membela lelaki dan transpuan yang dibakar itu? Adakah
>> kalian berunjuk rasa bergelombang-gelombang menuntut aparat menegakkan
>> hukum atas perkara pembakaran kedua manusia itu? Kita kiranya lebih
>> menghargai bendera daripada manusia. Kita rupanya lebih menghormati
>> kebendaan daripada kemanusiaan. Padahal, bendera yang musnah dibakar bisa
>> diganti dengan yang baru, tetapi manusia yang mati dibakar tak tergantikan.
>> Di manakah rasa kemanusiaan yang adil dan beradab kita ketika kita gusar
>> bendera dibakar, tetapi sabar kala manusia dibakar?  
>>
>> Sumber:
>> https://mediaindonesia.com/podiums/detail_podiums/1867-membakar-bendera
>>
>> 
>
>

Kirim email ke