*https://historia.id/politik/articles/cerita-di-balik-tujuh-setan-desa-vXWwm
<https://historia.id/politik/articles/cerita-di-balik-tujuh-setan-desa-vXWwm>*
Cerita di Balik Tujuh Setan Desa *Propaganda PKI tentang siapa saja musuh
rakyat. Memadukan kerja politik dengan penelitian ilmiah.*

Oleh *Bonnie Triyana* <https://historia.id/@bonnie.t>

[image: header img]

PADA sebuah tempat di antara Gunung Gede dan Gunung Salak, Aidit
menghunjamkan jemarinya ke tombol-tombol mesin ketik, mengungkai kalimat
demi kalimat. Di tempat yang menurutnya tenang dan sejuk itu, dia menulis
pengantar laporan penelitian PKI mengenai keadaan petani di pedesaan di
Jawa Barat di bawah judul *Kaum Tani Menganjang Setan Setan Desa: Laporan
singkat tentang hasil riset mengenai keadaan kaum tani  dan gerakan tani
Djawa Barat*.

“Kemungkinan tempat itu di Cipanas, karena dia juga sering kesana,” ujar
Asahan Alham, adik DN Aidit yang kini bermukim di Hoofddorp, Belanda,
tentang lokasi yang disebut Aidit dalam tulisannya.

Ketua CC PKI itu memimpin sendiri penelitian yang dilakukan sejak 2
Februari sampai dengan 23 Maret 1964. Ada 40 orang kader partai yang
dikerahkan sebagai peneliti dan tiap orang didampingi pemimpin kaum tani
dari tingkat kecamatan dan desa. Desa-desa yang menjadi obyek riset PKI
meliputi daerah timur Jawa Barat, seperti di Rancah dan Padaherang di
Ciamis, sampai dengan di ujung barat Jawa seperti di Warunggunung, Lebak
dan Labuan di Pandeglang, Banten.

*BACA JUGA: **Sejarah sengketa tanah di Indonesia*
<http://historia.id/modern/articles/tanah-untuk-rakyat-vY7Q6>

Desa-desa tersebut dipilih karena pada wilayah tersebut masih terdapat tuan
tanah bumiputera, juragan perahu pencari ikan, perkebunan, kehutanan, bekas
tanah partikelir, bekas daerah basis gerakan Darul Islam/Tentara Islam
Indonesia (DI/TII). Tak semua desa di Jawa Barat jadi obyek penelitian.

“Untuk mengetahui keadaan burung gereja atau kelinci, tidak perlu semua
burung gereja dan kelinci dibunuh dan diperiksa, cukup membunuh dan
memeriksa beberapa ekor saja,” kata Aidit membuat kiasan.

LIHAT JUGA:



Drama Bung Karno | HISTORIA.ID
*Problem Reforma Agraria*

Menurut Aidit penelitian tersebut dilakukan untuk memperkuat gerakan petani
dan agaknya kebutuhan untuk meneliti keadaan tani di perdesaan itu erat
kaitannya dengan pelaksanaan Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) 1960 yang
mandek. Setahun setelah pemberlakuan undang-undang tersebut, PKI menjadi
partai yang paling gencar untuk melaksanakan reforma agraria, selain tentu
karena partai ini dikenal menjadi pengusung utama gagasan pembagian lahan
bagi petani miskin.

Kebuntuan realisasi pembagian tanah untuk petani yang telah diatur dalam
UUPA 1960 dan lambannya pemerintah mengatur sistem bagi hasil berdasarkan
Undang Undang Perjanjian Bagi Hasil (UUPBH) 1960, mendorong PKI menempuh
cara sendiri melaksanakannya. Dalam pidatonya pada 3 Februari 1964, Aidit
mengutarakan kekecewaannya pada pelaksanaan reforma agraria yang tak
kunjung berjalan sesuai ketentuan undang-undang.

*BACA JUGA: **Konflik tanah terus terjadi hingga kini karena UUPA tidak
dijalankan* <http://historia.id/modern/articles/reforma-agraria-DOnV6>

Dalam kesempatan itu Aidit mendesak para petani tetap membayar utang mereka
kepada tuan tanah sembari mendorong para petani penggarap yang tak memiliki
lahan mengambil jatah bagi hasil panen 60 persen secara sepihak. Inilah
yang kemudian disebut sebagai aksi sepihak. Sebelum Aidit, Asmu pun telah
mengutarakan hal yang sama bahwa “....pelaksanaan bagi hasil secara UUPBH
di desa, sepenuhnya tergantung pada aksi-aksi kaum tani yang mampu memaksa
tuan-tuan tanah untuk memperbarui perjanjian sewa tanah sesuai dengan
UUPBH.”
*Menentukan Musuh Rakyat*

Pelbagai persoalan yang membelit pelaksanaan reforma agraria tak memberikan
pilihan lain bagi partai kecuali menenentukan langkahnya sendiri. Sesuai
dengan Kongres Nasional ke-VI PKI pada 1959 agar partai menyelaraskan kerja
politik yang berlandaskan hasil riset, maka Aidit memelopori penelitian
kondisi agraria dan petani di Jawa Barat.

Ini bukan penelitian pertama yang dilakukan PKI bagi keperluan gerakan
politiknya. Pada 1951, partai telah menyelenggarakan penelitian untuk
menelaah persoalan agraria dan gerakan tani dengan metode angket
tanya-jawab. Namun metode itu dikritik Aidit karena selain banyak angket
yang tak dikembalikan, juga karena banyak kolom pertanyaan yang tak diisi
petugas riset. Sehingga hasil riset tak mencerminkan kondisi obyektif dari
kaum tani yang sedang diteliti.

*BACA JUGA: **Wawancara DN Aidit: PKI menentang pemretelan terhadap
Pancasila*
<http://historia.id/modern/articles/wawancara-dn-aidit-quot-pki-menentang-pemretelan-terhadap-pancasila-quot-DLLWd>

Perbaikan metode penelitian dilakukan secara terus menerus untuk mencapai
hasil maksimal, sehingga mencerminkan keadaan masyarakat bawah secara
tepat. Semenjak kongres ke-VI 1959, partai menyusun metode penelitian
dengan prinsip “3 sama”, yakni “sama bekerja”, “sama makan” dan “sama
tidur” dengan buruh tani atau petani miskin.

Dengan riset itu partai mampu menganalisa dan menyimpulkan secara tepat
pekerjaannya di kalangan kaum tani dan membantu memperbaiki pekerjaan
partai di kalangan tani. Aidit memerintahkan agar petugas riset harus
bertempat tinggal di satu desa paling kurang satu minggu.

“Petugas juga harus melakukan kerja produksi dan kerja rumahtangga, mulai
menyapu rumah, halaman, kalau perlu harus mau menceboki anak petani,” tulis
Aidit.

*BACA JUGA: **Misteri tiga orang kiri: DN Aidit, Njoto, dan Sjam
Kamaruzzaman*
<http://historia.id/persona/articles/misteri-tiga-orang-kiri-DAggP>

Dari hasil penelitian tersebut diperoleh gambaran mengenai pembagian
kelas-kelas di desa yang memperlihatkan bagaimana rakyat  pekerja di desa
mengalami pengisapan dan penindasan tujuh kategori kelas penindas, yakni
tuan tanah jahat, lintah darat, tukang ijon, kapitalis birokrat (pegawai
negeri yang korup), tengkulak jahat, bandit desa dan penguasa jahat yang
membela kepentingan kaum pengisap desa. Inilah “tujuh setan desa” yang
dinilai partai sebagai penghambat jalannya perubahan di pedesaan untuk
mengangkat derajat kehidupan petani lebih baik.

Kirim email ke