-- 
j.gedearka <j.gedea...@upcmail.nl>


https://mediaindonesia.com/editorials/detail_editorials/2116-teladan-elite-lawan-korona




Selasa 15 September 2020, 05:00 WIB 

Teladan Elite Lawan Korona 

Administrator | Editorial 

  ADA hasil survei menarik yang diungkapkan Ketua Satgas Penanganan Covid-19 
Doni Monardo ketika rapat dengan Komisi VIII DPR, awal bulan ini. Menurut Doni, 
terdapat lima provinsi yang warganya paling tidak percaya dengan pendemi 
covid-19. Kelima provinsi itu adalah DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa 
Barat, dan Kalimantan Selatan. Kebetulan, di kelima provinsi itu pula tingkat 
penularan covid-19 masuk deretan papan atas nasional, alias paling tinggi. 
Kemudian, baru-baru ini, Wali Kota Bogor Bima Arya mengungkap hanya sekitar 15% 
warganya yang benar-benar percaya bahaya covid-19. Berdasarkan survei, separuh 
warga Kota Bogor masih bingung apakah covid-19 nyata atau hanya konspirasi. 
Banyaknya masyarakat yang tidak percaya atas bahaya covid-19 mengherankan. 
Padahal, lebih dari 100 dokter telah gugur dan angkanya terus bertambah. Belum 
lagi tenaga kesehatan lainnya yang bertumbangan karena pasien covid-19 semakin 
membanjir. Tingkat kematian akibat covid-19 di Indonesia mencapai 3,99%, lebih 
tinggi ketimbang rata-rata dunia yang sebesar 3,18%. Tingkat kematian yang 
disebabkan virus korona di negeri ini bahkan sempat mencapai 4,2% pada pekan 
lalu. Dalam tempo 6 bulan, sudah 8.841 warga Indonesia meninggal dunia akibat 
covid-19. Akan tetapi, masih ada yang tidak percaya bahaya wabah tersebut. 
Tentu ada yang salah dengan komunikasi pemerintah kepada masyarakat. Pemerintah 
terus-menerus memperingatkan bahwa protokol kesehatan tidak bisa ditawartawar. 
Namun, masyarakat menyaksikan parade pelanggaran protokol oleh calon-calon 
pemimpin daerah yang maju ke pilkada. Hingga kini tidak ada satu pun dari 
mereka yang kena sanksi keras. Yang ada hanya teguran, walaupun memang 
diembel-embeli dengan kata ‘keras’. Pemerintah berkali-kali menyebut kesehatan 
merupakan prioritas, setelah itu baru perekonomian. Dengan demikian, mau tidak 
mau laju penularan dan penyebaran covid-19 harus bisa ditekan. Yang terjadi, 
ketika laju penularan covid-19 dan kematian terus meningkat, pemerintah pusat 
dan daerah malah sibuk berselisih tentang kebijakan yang baru saja dikeluarkan 
untuk mengerem. Seperti yang terjadi ketika Pemprov DKI Jakarta kembali 
memberlakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Pro-kontra di kalangan 
internal pemerintah muncul karena kebijakan diumumkan tanpa ada koordinasi 
sebelumnya. Publik akan mudah menerjemahkannya dengan betapa pemerintah pun 
tidak sepakat tentang kondisi kedaruratan kesehatan akibat covid-19. Tingkah 
polah para elite tersebut mempertontonkan dagelan wabah korona yang tidak lucu, 
bahkan berbahaya karena bisa meng giring masyarakat semakin jauh dari aura 
krisis pandemi. Untuk bisa mengatasi krisis, kesamaan pemahaman harus dicapai 
terlebih dahulu dan dengan cepat. Satu yang bisa dipastikan, mengatasi wabah 
korona merupakan kerja bareng, tidak bisa jalan sendiri-sendiri. Protokol 
kesehatan covid-19 pun mensyaratkan demikian. Satu orang saja melanggar 
protokol di sebuah tempat, semua orang lainnya di tempat itu terancam tertular 
covid-19. Elite merupakan yang terdepan untuk memberikan teladan kerja bareng, 
bahu-membahu, sekaligus menyingkirkan ego. Disiplin benarbenar ditegakkan 
dengan sanksi yang keras. Apalagi sanksi untuk kalangan elite. Buat mereka ini 
bukan masanya lagi sosialisasi. Tidak boleh ada ampun. Dari situ, masyarakat 
pasti akan mengikuti.  

Sumber: 
https://mediaindonesia.com/editorials/detail_editorials/2116-teladan-elite-lawan-korona






Kirim email ke