-- 
j.gedearka <j.gedea...@upcmail.nl>


https://www.antaranews.com/berita/1728266/respons-laporan-ri-china-sebut-kapalnya-berpatroli-sesuai-yurisdiksi





Respons laporan RI, China sebut kapalnya berpatroli sesuai yurisdiksi

Selasa, 15 September 2020 21:23 WIB

Sebuah kapal Penjaga Pantai Tiongkok (kanan) berpatroli di dekat anjungan 
minyak China, Haiyang Shi You 981 (kiri) di Laut China Selatan (13/6/2014). 
ANTARA/REUTERS/Nguyen Minh/aa. (REUTERS/STRINGER Vietnam)
Hak dan kepentingan China di perairan yang relevan di Laut China Selatan sudah 
jelas
Beijing (ANTARA) - China mengatakan bahwa salah satu kapalnya berpatroli secara 
normal di perairan di bawah yurisdiksinya, sebagai tanggapan atas laporan 
Indonesia bahwa kapal penjaga pantai China telah memasuki zona ekonomi 
eksklusifnya (ZEE).

"Hak dan kepentingan China di perairan yang relevan di Laut China Selatan sudah 
jelas," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Wang Wenbin dalam konferensi 
pers, Selasa.

Menurut Kepala Badan Keamanan Laut (Bakamla) RI Laksamana Madya Aan Kurnia, 
kapal patroli China memasuki ZEE di 200 mil lepas pantai Kepulauan Natuna utara 
pada Sabtu (12/9) dan menyingkir pada Senin (14/9) setelah dilakukan komunikasi 
radio.

Baca juga: Jepang sebut pembangunan Natuna penting untuk strategi Indo-Pasifik
Baca juga: Pariwisata kepulauan Natuna akan dikembangkan seperti Guam, Hawaii

Di bawah hukum internasional, kapal asing diizinkan melalui ZEE suatu negara, 
tetapi Aan menyebut kapal tersebut terlalu lama berada di ZEE Indonesia.

"Karena yang ini mengapung, lalu berputar-putar, kami menjadi curiga, kami 
mendekatinya dan mengetahui bahwa itu adalah kapal penjaga pantai China," kata 
dia kepada Reuters, kemudian menambahkan angkatan laut dan penjaga pantai akan 
meningkatkan operasi di perairan itu.

Indonesia mengganti nama bagian utara ZEE-nya pada 2017 menjadi Laut Natuna 
Utara, mendorong kembali ambisi teritorial maritim China.

Meskipun China tidak mengklaim pulau-pulau, kehadiran penjaga pantainya yang 
hampir 2.000 kilometer di lepas daratannya telah mengkhawatirkan Indonesia, 
setelah banyak pertemuan antara kapal-kapal China di ZEE Malaysia, Filipina, 
dan Vietnam, yang mengganggu penangkapan ikan dan kegiatan energi.

Kebuntuan selama seminggu terjadi 10 bulan lalu ketika sebuah kapal penjaga 
pantai China dan kapal penangkap ikan yang menyertainya memasuki Laut Natuna 
Utara, mendorong Indonesia untuk mengirim jet tempur dan memobilisasi 
nelayannya sendiri.

Penjaga pantai China sering beroperasi di samping kapal penangkap ikan yang 
digambarkan oleh para ahli sebagai milisi yang didukung negara.

"Sembilan garis putus-putus" di peta China menunjukkan klaim maritimnya yang 
luas termasuk perairan di lepas Kepulauan Natuna. Panel arbitrase internasional 
pada 2016 membatalkan garis tersebut.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Indonesia Teuku Faizasyah menegaskan 
kembali bahwa Jakarta tidak mengakui garis tersebut.

Sumber: Reuters

Baca juga: China membangun pangkalan militer di Natuna, ini penjelasannya
Baca juga: Komisi I: perkuat pembangunan kekuatan TNI di Natuna-ALKI

Penerjemah: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Mulyo Sunyoto
COPYRIGHT © ANTARA 2020






Kirim email ke