Jurus Moeldoko Tepis Isu Kebangkitan PKI dari Gatot Nurmantyo
Tim detikcom - detikNews
Jumat, 02 Okt 2020 07:00 WIB
https://news.detik.com/berita/d-5196656/jurus-moeldoko-tepis-isu-kebangkitan-pki-dari-gatot-nurmantyo?single=1
35 komentar
<https://news.detik.com/berita/d-5196656/jurus-moeldoko-tepis-isu-kebangkitan-pki-dari-gatot-nurmantyo?single=1#comm1>
SHAREURL telah disalin
<https://news.detik.com/berita/d-5196656/jurus-moeldoko-tepis-isu-kebangkitan-pki-dari-gatot-nurmantyo?single=1>
Jenderal Gatot Nurmantyo resmi dilantik menjadi Panglima TNI di Istana
Negara, Rabu (8/7/2015). Jenderal Gatot Nurmantyo dilantik oleh Presiden
Jokowi di Istana Negara. Gatot menggantikan Panglima Jendral TNI
Moeldoko. Gatot melakukan salam komando dengan Moeldoko. Agung
Pambudhy/detikcom.Foto: Gatot Nurmantyo saat menjadi Panglima TNI.
Moeldoko memberikan selamat kepada suksesornya itu. Kini, keduanya sudah
pensiun dari TNI. (Agung Pambudhy/detikcom)
*Jakarta*-
Isu kebangkitan Partai Komunis Indonesia (PKI
<https://www.detik.com/tag/pki>) yang disampaikan eks Panglima TNIGatot
Nurmantyo <https://www.detik.com/tag/gatot-nurmantyo>ditepis Kepala Staf
KepresidenanMoeldoko <https://www.detik.com/tag/moeldoko>. Senior Gatot
di TNI itu menyebut tidak mungkin ada isu yang tiba-tiba muncul dan
meminta untuk tidak menakuti masyarakat.
Hal tersebut disampaikanMoeldoko
<https://www.detik.com/tag/moeldoko>saat ditanya mengenai isu adanya
ancaman PKI seperti yang diutarakanGatot
<https://www.detik.com/tag/gatot-nurmantyo>. Moeldoko ditanya, apakah
selama menjabat sebagai Panglima TNI,ancaman PKI
<https://www.detik.com/tag/isu-pki>tidak muncul atau bahkan muncul
setelah Moeldoko pensiun dari TNI.
Apa kata Moeldoko?
"Saya sebagai pemimpin yang dilahirkan dari akar rumput bisa memahami
peristiwa demi peristiwa. Mengevaluasi peristiwa demi peristiwa. Tidak
mungkin datang secara tiba tiba. Karena spektrum itu terbentuk dan
terbangun tidak muncul begitu saja. Jadi jangan berlebihan sehingga
menakutkan orang lain," kata Moeldoko dalam wawancara dengan Staf
Komunikasi PolitikKantor Staf Presiden
<https://www.detik.com/tag/kantor-staf-presiden>(KSP), seperti
dikutip*detikcom*, Kamis (1/10/2020).
*Baca juga:*Moeldoko Bicara soal Pensiunan TNI Bisa Berubah karena
Politik
<https://news.detik.com/berita/d-5195457/moeldoko-bicara-soal-pensiunan-tni-bisa-berubah-karena-politik>
Moeldoko menyebut, bisa saja se buah peristiwa menjadi komoditas
kepentingan tertentu. "Sebenarnya bisa saja sebuah peristiwa besar itu
menjadi komoditas untuk kepentingan tertentu," ujarnya.
Moeldoko <https://www.detik.com/tag/moeldoko>menyebut narasi
kebangkitanPKI <https://www.detik.com/tag/kebangkitan-pki>yang
digaungkan hanya untuk komoditas kepentingan pribadi.
"Saya melihat lebih cenderung ke situ. Kita ini mantan-mantan prajurit,
memiliki DNA yang sedikit berbeda dengan kebanyakan orang. DNA
intelejen, DNA kewaspadaan, DNA antisipasi, dan seterusnya," ucap Moeldoko.
*Tonton video 'Putra Pahlawan Revolusi Berkisah Tentang G30S dan
Kekuatan PKI':
*
**
*
*
pun menambahkan, pendapatGatot
<https://www.detik.com/tag/gatot-nurmantyo>yang mengaitkan pergantian
dirinya dari posisi Panglima TNI karena ajakan nonton barengfilm
G30S/PKI <https://www.detik.com/tag/film-g30s-pki>adalah pendapat
subjektif. Padahal, kataMoeldoko <https://www.detik.com/tag/moeldoko>,
PresidenJokowi <https://www.detik.com/tag/jokowi>sebagai panglima
tertinggi RI memiliki banyak pertimbangan soal pergantian Panglima TNI.
"Tentang pencopotannya, itu pendapat subjektif. Karena itu penilaian
subyektif ya boleh boleh saja, sejauh itu perasaan. Tapi perasaan itu
belum tentu sesuai dengan yang dipikirkan oleh pimpinannya. Pergantian
pucuk pimpinan di sebuah organisasi itu melalui berbagai pertimbangan.
Bukan hanya pertimbangan kasuistis tetapi pertimbangan yang lebih
komprehensif," kataMoeldoko <https://www.detik.com/tag/moeldoko>.
*Baca juga:*Panas Dingin Hubungan Moeldoko-Gatot Nurmantyo
<https://news.detik.com/berita/d-5195994/panas-dingin-hubungan-moeldoko-gatot-nurmantyo>
Di momenhari kesaktian Pancasila
<https://www.detik.com/tag/hari-kesaktian-pancasila>, Moeldoko mengajak
masyarakat untuk memaknainya lebih luas. Jadi, tidak sekadar berbicara
peristiwa G30S/PKI <https://www.detik.com/tag/g30spki>di tahun 1965.
"Pancasila harus mewarnai seluruh segi kehidupan kita. Bukan sekadar
bicara peristiwa 1965. Kalau dari peristiwa itu pelajaran yang dibangun
adalah kewaspadaan. Apa pun itu, sebagai sebuah peristiwa yang pernah
terjadi kita harus selalu waspada. Jangan sampai nanti kita masuk pada
situasi yang sama, tapi modelnya berbeda," kata Moeldoko.
Diketahui,Gatot <https://www.detik.com/tag/gatot-nurmantyo>sudah cukup
sering bicara soalPKI <https://www.detik.com/tag/pki>. Dulu, tahun 2016,
dia menengarai isu PKI bisa saja diembuskan pihak tertentu untuk mengadu
domba anak bangsa. Kini, Gatot mengaku merasakan kebangkitan PKI sejak 2008.
"Memang gerakan ini tidak bisa dilihat bentuknya, tetapi dirasakan bisa.
Contohnya kenapa 2008, karena sejak 2008 itulah seluruh sekolah,
pelajaran soal G30S/PKI ditiadakan. Ini suatu hal yang sangat
berbahaya," kata Gatot saat bicara di kanal YouTube Hersubeno Point, 21
September 2020.
Gatot juga curhat soal seorang 'sahabat di PDIP' yang memintanya
menghentikan perintah nonton bareng film G30S/PKI pada 2017 silam, bila
tidak mau menghentikan acara itu maka Gatot bakal dicopot dari jabatan
Panglima TNI saat itu.
"Pada saat saya menjadi panglima TNI saya melihat itu semuanya, maka
saya perintahkan jajaran saya untuk menonton film G30S/PKI. Pada saat
itu, saya punya sahabat dari salah satu partai, saya sebut saja partai
PDI, menyampaikan, 'Pak Gatot, hentikan itu, kalau tidak pasti Pak Gatot
akan diganti'," kata Gatot yang juga salah satu deklarator Koalisi Aksi
Menyelamatkan Indonesia (KAMI) ini.
*Baca juga:*Mahfud: Pemerintah Tak Larang Nonton Film G30S/PKI, tapi
Larang Kerumunan Nobar
<https://news.detik.com/berita/d-5193492/mahfud-pemerintah-tak-larang-nonton-film-g30spki-tapi-larang-kerumunan-nobar>
*Isu Kebangkitan PKI di Mata Survei*
Berbicaraisu PKI <https://www.detik.com/tag/isu-pki>, Lembaga Survei
SMRC lantas merilis data terkait bagaimana kepercayaan masyarakat
tentang adanya isu kebangkitan PKI. Hasilnya, hanya 14 persen yang
mempercayai isu tersebut.
Hal itu diungkapkan oleh Direktur Eksekutif SMRC, Sirojudin Abbas, dalam
Survei Opini Publik NasionalSMRC
<https://www.detik.com/tag/survei-smrc>'Penilaian Publik terhadap Isu
Kebangkitan PKI'. Survei ini dilakukan pada 23-26 September 2020.
Total sampel 1.203 responden berusia 17 tahun ke atas, yang dipilih
secara acak dari koleksi sampel survei tatap muka yang pernah dilakukan
SMRC sebelumnya. Survei dilakukan via telepon. Margin of error survei
diperkirakan 2,9 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.
Survei diawali pertanyaan apakah masyarakat pernah mendengar isu
kebangkitanPKI <https://www.detik.com/tag/isu-pki>. Hasilnya, dari total
responden, hanya 36 persen yang pernah mendengarnya. Sedangkan sisanya
tidak mengetahui.
Dari responden yang mengetahui, ditanyakan lagi terkait kepercayaan
masyarakat terhadap isu tersebut. Hasilnya, 38,7 persen percaya atau
sebesar 14 persen dari total keseluruhan responden.
"Di antara yang tahu 36 persen ini, kita juga tanya apakah setuju atau
tidak setuju pendapat tersebut, dan kita menemukan yang setuju itu ada
38,7 persen dari 36 persen tadi atau jumlahnya 14 persen dari populasi,
jadi artinya total populasi Indonesia yang tahu atau mengatakan setuju
bahwa saat ini sedang adakebangkitan
PKI<https://www.detik.com/tag/kebangkitan-pki>di Indonesia itu ada 14
persen," ujar Direktur Eksekutif SMRC Sirojudin Abbas, Rabu (30/9).
*Baca juga:*Seberapa Akurat Film G30S/PKI yang Jadi Kontroversi Tiap
Tahun?
<https://news.detik.com/berita/d-5189078/seberapa-akurat-film-g30spki-yang-jadi-kontroversi-tiap-tahun>
Sirojudin mengatakan, dari 14 persen itu, jika dikelompokkan sesuai
demografi masyarakat, mayoritas adalah beragama Islam dan beretnis Minang.
"Awareness tentang isu kebangkitan PKI lebih tinggi pada kelompok
beragama Islam dan beretnis Minang. Sementara tingkat kesetujuan
terhadap isu tersebut lebih tinggi di kelompok beragama Islam dan
beretnis Betawi dan Minang," ujarnya.
*(dkp/dkp)*