-- 
j.gedearka <j.gedea...@upcmail.nl>



https://mediaindonesia.com/podiums/detail_podiums/1980-bangun-rinca-dengan-cinta



Kamis 05 November 2020, 05:00 WIB 

Bangun Rinca dengan Cinta 

Gaudensius Suhardi Dewan Redaksi Media Group | Editorial 

  Bangun Rinca dengan Cinta MI/Ebet Gaudensius Suhardi Dewan Redaksi Media 
Group. LABUAN Bajo dan Pulau Rinca di Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, 
kini sedang bersolek. Kedua kawasan itu didandani untuk mewujudkan impian 
sebagai destinasi wisata superpremium. Saya berkunjung ke dua kawasan itu pada 
akhir pekan lalu. Di Labuan Bajo sedang giat-giatnya mengerjakan rekonstruksi 
jalan, penataan trotoar, dan pembangunan drainase. Pohon ditanam di sepanjang 
pinggir jalan raya. “Presiden Joko Widodo ingin wajah Labuan Bajo berubah,” 
kata Menteri PU-Pera Basuki Hadimuljono. Pulau Rinca tidak mau kalah. Di sana 
sedang dilakukan pekerjaan fasilitas sarana dan prasarana pariwisata. Penataan 
Rinca, sesuai perintah Presiden, disesuaikan dengan alam di lingkungan kawasan 
itu. Seluruh pembangunan itu dikerjakan Kementerian PUPera. Tahun ini 
dikucurkan dana Rp902,47 miliar. Saya takjub karena Jokowi memberikan perhatian 
lebih kepada Labuan Bajo ketimbang empat destinasi pariwisata superprioritas 
lainnya, seperti Danau Toba (Sumut), Borobudur (Jateng), Mandalika (NTB), dan 
Likupang (Sulut). Diberi perhatian lebih karena Labuan Bajo menjadi lokasi 
pertemuan internasional G-20 dan ASEAN Summit 2023. Terus terang, saya belum 
menemukan alasan logis di balik mimpi Jokowi membangun Labuan Bajo dan Rinca. 
Daerah itu, juga NTT pada umumnya, bukanlah kawasan yang punya nilai strategis 
secara politik atau penentu elektabilitas. Mungkin Jokowi telanjur jatuh cinta 
pada Labuan Bajo dan Rinca. Jangan tanyakan alasan mengapa Jokowi jatuh cinta. 
Kata orang, jatuh cinta itu irasional. Jokowi pun berkali-kali menyambangi 
Labuan Bajo bahkan bermalam di sana. Apakah Labuan Bajo masih menjadi fokus 
perhatian Jakarta setelah Jokowi? Pertanyaan ini menggoda saya, jangan sampai 
Labuan Bajo dan komodo ditelantarkan setelah Jokowi tidak menjadi presiden. 
Bukan rahasia, ganti presiden ganti pula fokus pembangunan. Jokowi sudah 
mengerahkan segenap kemampuannya untuk membangun pariwisata Labuan Bajo, tapi 
masih ada saja penolakan. Ada pula yang mencurigai ketulusannya. Penolakan itu 
sama seperti demonstrasi menentang pembangunan Taman Mini Indonesia Indah yang 
digagas pada 1972 dan diresmikan 1975. Justru mereka yang menentang itulah yang 
paling menikmati manfaatnya. Penolakan paling menonjol terkait dengan 
pembangunan di Pulau Rinca. Muncul unggahan selembar foto di Twitter pada 24 
Oktober. Tampak sebuah truk membawa besi pancang di Pulau Rinca. Di dekat truk 
hijau itu melintas seekor komodo. Narasi komodo menghadang truk menjadi 
pembicaraan di kalangan warganet. Narasi itu sesungguhnya memanipulasi fakta. 
Faktanya, komodo itu melintas di dekat truk yang mesinnya sudah mati. Komodo 
sama sekali tidak menghadang truk karena memang itu jalur pelintasannya. Benar 
bahwa di Rinca terdapat truk dan di sana sedang dilakukan pembangunan. Tidak 
ada kawasan baru yang dibangun. Pembangunan di sana tepatnya disebut sebagai 
penataan karena membongkar bangunan lama yang ada di zona pemanfaatan. Paling 
penting, tidak satu pun pohon yang ditebang. Seluruh penataan sarana dan 
prasarana di Rinca dilakukan Kementerian PU-Pera, bukan swasta. Penataan Rinca 
meliputi lima bagian. Pertama, dermaga Loh Buaya yang merupakan peningkatan 
dermaga eksisting. Kedua, bangunan pengaman pantai yang sekaligus berfungsi 
sebagai jalan setapak untuk akses masuk dan keluar ke kawasan tersebut. Ketiga, 
elevated deck pada ruas eksisting, berfungsi sebagai jalan akses yang 
menghubungkan dermaga, pusat informasi serta penginapan ranger, guide, dan 
peneliti dirancang setinggi 2 meter agar tidak mengganggu aktivitas komodo dan 
hewan lain yang melintas serta melindungi keselamatan pengunjung. Keempat, 
bangunan pusat informasi yang terintegrasi dengan elevated deck, kantor resor, 
guest house, dan kafetaria. Kelima, bangunan penginapan untuk para ranger, 
pemandu wisata, dan peneliti yang dilengkapi dengan pos penelitian dan 
pemantauan habitat komodo. Sebaik-baiknya Rinca ditata, dukungan dan penolakan 
jalan terus. Dukungan datang dari Pater Marsel Agot, aktivis lingkungan yang 
tinggal di Labuan Bajo. Ia terang-terangan mendukung penataan Rinca. Ia sangat 
yakin, ada tujuan mulia di balik penataan itu. Sebaliknya, sejumlah aktivis 
menggalang petisi online di laman change.org. Mereka mendesak Presiden mencabut 
izin investasi kepada swasta di kawasan Taman Nasional Komodo (TNK). Izin 
diberikan kepada empat investor di Rinca, Komodo, Padar, dan Tatawa. Sejauh ini 
belum ada investor yang memulai pembangunan. Karena itu, eloknya, perlu ada 
diskusi yang lebih beradab terkait dengan kehadiran investor di TNK dan tak 
perlulah membuat narasi seakanakan komodo menolaknya. Komodo itu binatang yang 
paling setia kepada pasangan kendati oleh manusia ia dijadikan simbol 
ketidaksetiaan. Jangan sampai menolak pembangunan di TNK bukan karena cinta 
kepada komodo. Saatnya kita belajar kepada Jokowi yang tulus mencintai Labuan 
Bajo dan komodo.  

Sumber: 
https://mediaindonesia.com/podiums/detail_podiums/1980-bangun-rinca-dengan-cinta







Kirim email ke