Bunda Truly, perbedaan tahun ini hampir sama dengan kejadian tahun lalu.
Tinggal bagaimana kita menyikapinya. Bukankah tahun lalu secara ilmiah
peneliti di BPPT juga sejalan dengan Pemerintah, tetapi NU di Jawa Timur
yang menggunakan rukyah dan Muhammadiyah yg menggunakan hisab secara ilmiah
bisa sejalan.

mungkin saya paste lagi artikel yang pernah di posting saudara taufik*

Hisab VS Hisab

Dikutip dari: SUARA MUHAMMADIYAH No. 18 Thn. Ke-92 // 16-30 SEPT 2007


*

Perbedaan penetapan Idul Fitri oleh Muhammadiyah & Pemerintah cq Departemen
Agama RI selama ini sering ditafsirkan dengan perbedaan penggunaan metode
hisab dan rukyat atau Hisab versus Rukyat. Anggapan semacam jelas keliru,
sebab tatkala terjadi perbedaan penetapan tahun lalu, Pimpinan Wilayah
Nahdatul Ulama (NU) Jawa Timur berdasarkan rukyat yang diyakininya
menetapkan Idul Fitri sama dengan apa yang dilakukan Muhammadiyah.
Muhammadiyah saat itu menetapkan 23 Oktober 2006 sebagai hari Idul Fitri dan
Pemerintah menetapkan 24 Oktober 2006 sebagai Idul Fitri, meski NU Jawa
Timur berhasil melakukan rukyat hilal.



Lalu apa versus apa? Jika kita lihat fakta di atas maka sebetulnya yang
terjadi adalah hisab vs hisab. Muhammadiyah menggunakan metode Hisab Wujudul
Hilal dalam hal menentukan awal bulan Qomariyah sedangkan pemerintah
menggunakan metode hisab imkanur rukyat dalam hal menentukan awal bulan
kamariyah. Perbedaan inilah yang sering menyebabkan perbedaan penetapan idul
fitri antara muhammadiyah dan pemerintah. Meski dalam kasus tertentu dalam
sidang isbatnya sering mengganti metode imkanur rukyat ini dengan hasil
rukyat.

Perbedaan serupa dalam hal penetapan Idul Fitri kemungkinan terjadi pada
Idul Fitri tahun ini, Muhammadiyah cenderung menetapkan Idul Fitri pada
tanggal 12 Oktober 2007 sedangkan pemerintah cenderung menetapkan pada 13
Oktober 2007. Penetapan idul fitri yang dilakukan jauh-jauh hari ini, jelas
tidak bisa dilakukan dengan metode rukyat. Metode rukyat hanya bisa
menetapkan idul fitri setelah melakukan rukyat yang biasanya dilakukan pada
sore tanggal 29 bulan qomariyah untuk menetapkan apakah besok sudah tanggal
1 bulan berikutnya ataukah masih tanggal 30 bulan yang sama. Jika berhasil
melihat hilal maka besok merupakan tanggal 1 tetapi jika tidak bisa melihat
hilal maka esok harinya masih tanggal 30 bulan yang sama.

Lalu apa yang dimaksud hisab dengan metode wujudul hilal yang telah mantap
dilakukan muhammadiyah dan apa pula metode imkanur rukyat yang dilakukan
pemerintah dalam menetapkan kalender hijriyah tersebut. Cara penghitungan
hisab metode wujudul hilal dan metode imkanur rukyat sebetulnya sama, hanya
saja ketinggian hilallah yang mempengaruhi keputusan mereka apakah besok
sudah masuk qomariyah baru atau belum.

Baik wujudul hilal maupun imkanur rukyat mendasari keputusannya pada saat
tanggal 29 bulan qomariyah tersebut sudah terjadi ijtima' sebelum matahari
tenggelam, lalu saat tenggelamnya matahari hilal telah wujud (tenggelamnya
bulan setelah matahari di ufuk barat). Lalu apa beda antara keduanya?,
bedanya adalah bagaimana menyikapi tinggi hilal. Wujudul hilal tidak
mempermasalahkan tinggi hilal berapa pun, jika telah wujud maka hari
berikutnya merupakan tanggal 1 bulan qomariyah hari berikutnya. Sedangkan
imkanur rukyat (sebagaimana namanya kemungkinan bisa dilihat), maka
mendasarkan apakah tinggi hilal tersebut bisa dilihat atau tidak?
Berdasarkan ketinggian hilal yang bisa dilihat inipun sebetulnya ada
berbagai aliran, ada yang mendasarkan 8 derajat, 6 derajat, 5 derajat,
bahkan ada yang 2 derajat. Untuk Indonesia, umumnya, begitu pula Pemerintah
(Depag RI), menggunakan imkanur rukyat 2 derajat. Artinya, jika tinggi hilal
telah dua derajat atau lebih maka hari berikutnya merupakan awal bulan baru
tetapi jika belum dua derajat maka hari berikutnya masih tanggal 30 bulan
yang sama.

Lalu bagaimana dengan idul fitri tahun ini? Pada Ramadhan tahun ini telah
terjadi ijtima' pada kamis legi 11 Oktober 2007 pukul 12.02.29 WIB. Tinggi
hilal (di Yogyakarta) + 00 derajat 37 menit dan 31 detik. Dalam hal ini
metode wujudul hilal menyikapi bahwa Jumat Pahing 12 Oktober 2007 sebagai
Idul Fitri (awal bulan Syawal), sedangkan metode imkanur rukyat 2 derajat
menyikapi bahwa jumat pahing 12 Oktober 2007 masih tanggal 30 ramadhan dan 1
Syawal 1428 H baru jatuh pada Sabtu Pon 13 Oktober 2007. Inilah kenapa
Muhammadiyah dan pemerintah sering menetapkan Idul Fitri yang berbeda.
Semoga bermanfaat dan dimengerti. (Lutfi Eff)
Salam,
Pandu

Pada tanggal 04/10/07, truly S <[EMAIL PROTECTED]> menulis:
>
>   AssWW
> Semoga info ilmiah ini meadi bermanfaat untuk kebersamaan Islam
> AssWW
>
> *Adik <[EMAIL PROTECTED]>* wrote:
>
> To: [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED]
> CC: [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED]
> From: "Adik" <[EMAIL PROTECTED]>
> Date: Wed, 03 Oct 2007 17:06:17 +0700
> Subject: Penetapan 1 Syawal 1428H
>
>  Bapak dan Ibu Ysh,
>
> Untuk dapat mensosialisasikan tatacara penetapan 1 Syawal,
> berikut ini saya forwardkan SMS Prof. Said D. Jenie per
> hari Rabu 3 Oktober 2007 jam 03:33.
>
> Semoga bermanfaat sehingga tidak terdapat perbedaan
> pendapat tentang penetapan 1 Syawal ini.
>
> Terima kasih.
>
> Wassalam,
> Adik
>
> ----fwd SMS---------
>
> Sejawat yth,
> Hilal didefinisikan sbg bagian dari muka Bulan yg
> tersinari matahari beberapa saat setelah matahari terbenam
> dan berbentuk sabit dilihat dari muka Bumi. Agar bisa
> diamati [diru'yat] Hilal [sabit] harus memenuhi parameter2
> geometri tertentu seperti :
> tinggi bulan > 2 derajat,
> luas hilal > 1.5 %,
> separasi dg matahari > 10 derajat dan
> umur hilal sejak ijtima' > 7 jam.
>
> Jika parameter2 diatas tidak dipenuhi maka walau Bulan
> tiba
> diatas ufuk tapi cahaya sabitnya belum tampak, bulan masih
> kelihatan sbg piringan gelap, sehingga Hilalnya akan tak
> bisa diru'yat.
>
> Menurut perhitungan program Hilalx4 saya :
>
> Tg 11/10 : saat mthri terbenamtinggi bulan rata2 0 derajat
> 16 mnt s/d 1 derajat 05 menit, luas sabit 0.16% -0.35%,
> hampir tak mungkin kelihatan, separasi dg mthri cuman 5
> derajat, shingga kecerlangan langit mnghalangi kontrasnya
> bulan. Umur sejak terjadi ijtima' baru 5 jam.
>
> Kesimpulannya akan sulit sekali untuk melihat hilal ,
> walau dg teropong sekuat apapun. Namun karena perintahnya
> meru'yat ya kita lihat saja nanti apakah para ahli ru'yat
> akan mampu melihat
> Hilal pada tg 11/10 nanti. Jika mereka mampu melihat ada
> Hilal maka tanggal 12/10 adalah 1 syawal , tapi saya
> sanksi
> dg kemampuan peru'yat untuk bisa melihat Hilal pada malam
> tgl 11/10 tersebut.
>
> Jika Hilal tak teru'yat, maka 1 syawal jatuh tgl 13/10.
> Hal ini diperkuat dg hasil hitungan sy Bhwa pada sore tgl
> 12/10 : tinggi bulan 10 derajat 54 mnt , luas hilal 2 %,
> separasi 14 derajt, 54 mnt, umur ijtimak 11 jam , semua
> memenuhi syarat untuk teru'yat. Sehingga bila memang ini
> yg
> terjadi, maka 1 Syawal jatuh pd tgl 13/10
>
> Terimakasih,wassallm
>
> ----------end fwd SMS------------
>
>
> ------------------------------
> Pinpoint customers
> <http://us.rd.yahoo.com/evt=48250/*http://searchmarketing.yahoo.com/arp/sponsoredsearch_v9.php?o=US2226&cmp=Yahoo&ctv=AprNI&s=Y&s2=EM&b=50>who
> are looking for what you sell.
>
>  
>

Kirim email ke