Wah, mas Ver, info yg bgus nih..
Kalau habitat DIHE ini dijadikan habitat pemprov proses hukumnya 
gmana dong.
Btw, saya dgar dari tman saya kalo dia jga pernah lihat mamalia pohon 
yg kecil ukurannya. Katanya itu namanya Tarsius. Apa itu jga endemik 
hulondalo?
Terima kasih sebelumnya.
Salam


----------
> 1. mengapa warga Botu harus menerima banjir lumpur
> setiap kali hujan deras? bagaimna dampak lumpur yang
> digelontorkan ini bagi sungai  bone dan muara
> (pelabuhan)? apakah ini tidak mempercepat pendangkalan
> di pelabuhan?
> 
> 2. Mengapa beberapa bagian bagunan kantor gubernur
> retak-retak?
> 
> 3. Lokasi bangunan juga tidak "merakyat". hanya mereka
> yang punya kendaraan bagus bisa ke atas. 
> 
> 4. Di kompleks kantor gubernur ada monyet Sulawesi dan
> satwa lainnya yang  terancam punah setelah ada
> pembangunan fisik di sana, bagaimana Amdal proyek
> tersebut?
> 
> verri
> 
> Catatan tentang monyet sulawesi:
> 
> Seperti diketahui ada tujuh jenis monyet hitam endemik
> Sulawesi. Setiap wilayah memiliki spesies tersendiri.
> Di bagian tenggara dikenal Macaca ochreata, di selatan
> Macaca maura. Di tengah ada Macaca tonkeana dan
> subspesies Macaca togeanus,
> 
> Di bagian utara Sulawesi dikenal tiga jenis
> masing-masing Macaca nigra (monyet hitam berjambul
> alias yaki), Macaca hecki dan Macaca nigrescens.
> Populasi yaki tersebar dari Cagar Alam Tangkoko, Pulau
> Manado Tua (kawasan Taman Nasional Bunaken) hingga
> Bolaang Mongondow. Di Gorontalo telah dikenal dua
> jenis yakni Macaca hecki (monyet Heck) dan Macaca
> nigrescens (monyet Gorontalo). Macaca nigrescens hidup
> di Taman Nasional Bogani Nani Wartabone, Adapun Macaca
> hecki di Cagar Alam Panua dan suaka margasatwa Nantu.
> 
> Siang itu, kami melakukan perjalanan di perbukitan
> Botu, kompleks kantor Gubernur Gorontalo. Jalan ini
> menembus hingga ke Leato dekat kompleks pelabuhan
> fery. Setelah melihat pemandangan Kota Gorontalo dan
> sebagian Kabupaten Bone Bolango, melewati tebing yang
> curam dan jalanan yang longsor, kami melihat monyet
> yang sedang mencari makan. Ada juga yang
> bergelantungan di antara ranting pohon kapas.
> 
> Lokasinya sekira 200-300 meter dari perkampungan
> Leato. Selama ini, tidak pernah ada dalam laporan atau
> penelitian tentang keberadaan monyet ini di perbukitan
> Botu hingga Leato.
> 
> Banyak memang yang belum mengetahui bila di lokasi
> kompleks pembangunan perkantoran Gubernur Gorontalo
> terdapat satwa endemik ini. Di dalam dokumen Amdal
> pembangunan kantor dan jalan yang menembus hingga
> pelabuhan sama sekali tidak disebutkan tentang
> keberadaan satwa ini.
> 
> Hingga kini belum diketahui apakah monyet ini termasuk
> sebaran dari kawasan TN Bogani Nani Wartabone atau sub
> spesies dari Macaca hecki dan Macaca nigrescens. Di
> Gorontalo monyet hitam biasa disebut dihe. Kalau pun
> monyet ini memiliki kekerabatan atau jenis yang sama,
> satwa ini dilindungi sesuai dengan Peraturan
> Pemerintah nomor 7 tahun 1999. Data merah IUCN bahkan
> memasukkan monyet heck dalam kategori terancam punah.
> 
> Salah satu warga Leato, Ipin Laisa (30 tahun)
> menceritakan bahwa sudah lama dihe hidup di perbukitan
> ini. Terdapat 100-an dihe yang hidup berkelompok di
> lokasi tersebut. Selain dihe, ada satu spesies lagi
> yang disebut bubudu (kuskus beruang, Ailurops ursinus)
> hidup di kawasan perbukitan ini. IUCN mengkategorikan
> Kuskus Beruang termasuk masih Kurang Data. Para
> pemburu sering menangkap bubudu dan dihe.
> 
> Bagi yang berminat melakukan penelitian tentang
> mamalia ini, disarankan untuk ikut jalan dari Leato
> dekat pelabuhan fery. Kemudian mencari perkampungan
> atau rumah di bagian perbukitan. Warga setempat akan
> sangat membantu di lapangan. Sangat tidak disarankan
> lewat kompleks kantor gubernur Gorontalo karena rawan
> longsor. Apalagi bila di musim hujan.
> 
> verri
> 
> Posted by: "Elnino van Gorontalo" 
> [EMAIL PROTECTED]     elninogorontalo
> Sat Feb 16, 2008 9:28 am (PST)
> Bung Icky,
> 
> Soal pembangunan di Gorontalo (termasuk masalah
> banjir), ada beberapa
> pertanyaan yang ingin kami diskusikan dengan Bang
> Dani. Sayang, kita
> tidak punya email addressnya. Mudah2an dapat
> disampaikan oleh Icky
> langsung ke Bang Dani:
> 
> 1. Soal banjir, kita--seperti Yusuf Kalla dan Fauzi
> Bowo--lebih banyak
> membuat "obatnya" tapi tidak mengatasi "penyebabnya" .
> Akhirnya, tampak
> sekali bahwa orientasi kita bukanlah mengatasi banjir,
> melainkan
> menciptakan lalu memperoleh proyek-proyek pembangunan
> fisik belaka.
> 
> 2. Soal perencanaan komplek kantor Gubernur yang
> dirancang oleh Bang
> Dani. Apakah pembangunan kompleks itu sesuai
> perencanaan, atau memang
> perencanaannya yang payah? Sebab, jalan ke kantor
> Gubernur saja dibuat
> sampai dua kali. Dua kali pula proyek miliaran rupiah
> hanya untuk
> pembuatan jalan. Jalan yang pertama kali dibangun
> hanya dipakai selama
> dua tahun. Pak Ary Pedju (konsultan enjiniring ternama
> di negeri ini)
> juga bingung melihat jalan yang sudah tertimbun dan
> tidak dapat
> dipakai lagi.
> 
> 3. Andaikata Dani Pomanto mau jadi Bupati Gorut.......
> .....
> 
> Odu olo,
> 
> Elnino
> 
> --- In gorontalomaju2020@ yahoogroups. com, Taufik
> Polapa <ickydei@ >
> wrote:
> >
> 
> 
>       
____________________________________________________________________________________
> Be a better friend, newshound, and 
> know-it-all with Yahoo! Mobile.  Try it now.  http://
mobile.yahoo.com/;_ylt=Ahu06i62sR8HDtDypao8Wcj9tAcJ
>


Kirim email ke