----- Forwarded Message ---- From: Erwin Usman To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, June 4, 2008 3:25:52 PM Subject: Re: [cumakita] Siapa FPI? --dikirim ulang, maaf. Jalan Petamburan III Jakarta Pusat tampak tenang kemarin siang. Beberapa pemuda tampak hilir-mudik di jalan selebar tidak lebih dari tiga meter itu. Di depan rumah nomor bercat putih 18, terparkir sebuah mobil Toyota Kijang tahun 1980-an bertuliskan Front Pembela Islam di sisi kiri dan kanan badannya. Senin, (15/10), kawasan pemukiman padat itu "dikepung" aparat keamanan dari Polda Metro Jaya. Itu dilakukan setelah bentrokan dengan aparat yang terjadi di depan Gedung DPR/MPR saat Laskar Pembela Islam melakukan aksi demonstrasi menentang AS. FPI, memang, kelompok yang selalu berada di garis depan dalam aksi-aksi menentang AS ini. FPI didirikan pada 1998, segera setelah rezim Soeharto jatuh. Aktivitas FPI yang membuat organisasi itu dikenal sekaligus mengundang komentar nyinyir adalah aksi sweeping di pub-pub dan hiburan malam lainnya. Biasanya, aksi ini dilakukan setiap Sabtu malam. Aksi-aksi dengan menyita minuman keras, membongkar tempat perjudian, dan tempat-tempat pelacuran telah menasbihkan organisasi ini sebagai satu dari kelompok Islam garis keras. Laporan The New York Times pekan lalu, mengutip sumbernya di pemerintahan AS, menyebut FPI sebagai salah satu kelompok yang berhubungan dengan Usamah bin Ladin serta Al-Qaidah, dan karena itu akan menjadi target operasi AS selanjutnya. Di dalam negeri, FPI ini tidak lepas dari isu-isu politik. Kedekatan organisasi yang dipimpin Habib Muhammad Riziek Syihab ini dengan beberapa perwira TNI dan Polri ini terdengar santer. Mantan Panglima Kostrad Letjen Djadja Suparman, Mayjen Kivlan Zein, Mayjen Zacky Anwar Makarim, mantan Kasum TNI Letjen Suaidi Marasabessy, mantan Wakil Panglima TNI Jenderal Fachrul Razi adalah perwira tinggi TNI yang dianggap dekat dengan kelompok ini. Selain mereka, masih ada mantan Kapolda Metro Jaya Inspektur Jenderal Pol Noegroho Djajoesman. Laskar Pembela Islam (LPI) -pasukan yang dimiliki FPI, layaknya organisasi militer, memiliki tanda kepangkatan pada anggotanya. Jenjang kepangkatan yang berlaku dalam LPI sangat ketat dan disiplin, dan merupakan penghargaan tertinggi selain beberapa bentuk penghargaan lain. Penghargaan jenjang kepangkatan ini juga untuk memotivasi dan memupuk loyalitas anggota. Seorang anggota baru laskar, yang disebut "jundi" masuk dalam satu regu yang beranggotakan antara 22 hingga 40 orang (setingkat peleton dalam satuan militer). Regu ini berbasis di tingkat kelurahan, dengan model perekrutan calon anggota dikenal dan direkomendasi oleh anggota lain. Para jundi ini digembleng secara fisik dan mental lewat pengajian. Setaip jundi memperoleh penilaian dari rois untuk dapat menaikkan pangkatnya menjadi rois. Di atas jabatan rois dan wakilnya, ada jabatan amir dan wakil amir. Amir ini adalah pemimpin laskar setingkat kecamatan. Umumnya, para amir ini membawahi tiga hingga empat orang rois. Jadi diperkirakan kekuatan laskar setingkat amir ini membawahi laskar sebanyak 200 hingga 400 orang terlatih. Amir harus patuh pada qoid, pemimpin laskar di tingkat kabupaten/kotamadya . Diperkirakan kekuatan laskar yang dibawahi oleh seorang qoid kurang lebih 2000 hingga 3000 laskar. Jenjang kepangkatan di atas qoid adalah wali yang mengomandani daerah setingkat daerah tingkat I atau provinsi. Para wali ini yang seringkali disebut sebagai Panglima Perang, dalam organisasi FPI. Para panglima ini paling tidak memimpin sekitar 10.000 hingga 15.000 laskar dibawahnya. Para wali dinilai dan dipimpin oleh para imam, yakni pemimpin yang mengomandani beberapa provinsi (biasanya dalam lingkup satu pulau). Para imam tersebut dipimpin oleh seorang imam besar dan wakilnya dengan tanda tiga buah lambang LPI dibahu kanan dan kiri (setingkat letnan jendral). Habib Muhsin Ahmad Alattas, Sekretaris Dewan Syuro FPI, mengklaim organisasinya memiliki anggota hingga tujuh juta orang yang tersebar di 13 provinsi. Empat juta orang diantaranya siap untuk digerakkan kapan saja. Beberapa perwakilan diantaranya terdapat di DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung dan Sumatera Selatan. Dia menolak FPI dikatakan radikal karena sebelum melakukan aksi-aksinya, FPI selalu menempuh proses surat-menyurat. Tentang kedekatan FPI dengan beberapa perwira tinggi TNI/Polri, menurutbya, tidak ada kaitannya dengan pendanaan. Muhsin justru menyatakan, sebagai organisasi yang memiliki massa besar, FPI memiliki daya tarik untuk didekati para petinggi-petinggi masa itu. "FPI murni gerakan moral, bukan untuk mendukung kelompok tertentu," katanya. Karena itu, dia menolak anggapan demonstrasi yang dilakukan FPI ditujukan untuk menggoyang pemerintahan Megawati. FPI, katanya, hanya membela sesama muslim di Afganistan. Mereka juga menginginkan agar pemerintah dapat mandiri tidak tergantung pada AS. Benarkah? Hanya Allah yang tahu -dan untuk itu Dia akan men- sweeping dengan cara-Nya sendiri. http://www.korantem po.com/news/ 2001/10/16/ Nasional/ 139.html <http://www.korantem po.com/news/ 2001/10/16/ Nasional/ 139.html>