Teman-teman,

 
Menurut saya, kooptasi pemerintah terhadap adat sudah sangat keterlaluan.  
Sejatinya, adat adalah entitas terpisah dari pemerintahan.  Setahu saya, adat 
memiliki kekuasaan tersendiri yang tidak bisa diatur oleh penguasa/olongiya.
 
Sekarang ini sudah tidak bisa dibedakan yang mana yang adat dan mana yang 
pemerintah.  Bate ditunjuk oleh camat dan camat bahkan bisa sewenang-wenang 
memecat bate.  Dalam sistem adat gorontalo yang dulu, ini tidak pernah 
terjadi.  Tidak heran kalau yang diberi gelar pulangga beberapa waktu lalu di 
Gorontalo diantaranya banyak yang terlibat korupsi dan pelanggaran-pelanggaran 
adat Gorontalo. 

 
Jadi menurut saya, anggap saja pemberian pulangga ke Sri Sultan itu seperti 
sinetron di TV, kalo mau diliat bisa, ndak dianggap juga ndak apa-apa.
 
Salam,
AGA
--- On Fri, 9/12/08, Taufik Polapa <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

From: Taufik Polapa <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: Re: [GM2020] Gelar Penganugrahan adat Pulanga Utk Sultan HB X
To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Cc: "Alexander Velberg" <[EMAIL PROTECTED]>, "januar f. velberg" <[EMAIL 
PROTECTED]>
Date: Friday, September 12, 2008, 5:18 PM










Dear Pak Toty dan Ramang Calon Bupati,

Membaca tulisan ramang mengenai Pemberian Gelar adat PULANGA kepada Sultan HB X 
tentu saya akan menjadi pertanyaan bagi sebagian masyarakat gorontalo, dan 
tentu saja orang seperti pak toti akan lebih cocok utk menanggapi hal ini 
karena beliau memang konsen dan intens dalam hal budaya dan parawisata 
gorontalo Dewasa ini.

Saya pribadi selaku masyarakat Gorontalo biasa yang berada di perantauan 
membaca tulisan ini tentu saja dengan pemahaman yang masih awam/minim mengenai 
pemberian gelar pulanga ini Penuh dengan tanda Tanya yang besar.

Mungkin ini jg bo cuman analisa saya utk saat ini semoga salah :

pertanyaan dari saya kepada Tokoh adat Gorontalo :
1. Apakah pemberian gelar Adat kepada Sultan HB X ini sudah ada sejak sebelum 
Fadel di tolak menjadi Caleg dari GOLKAR ?
2. Yang mengusulkan SB X mendapat gelar PULANGA ini siapa ? apakah dari TOKOH 
ADAT Gorontalo atau Pejabat Gorontalo ? dalam Hal ini Gubernur dan BUpati se 
gtlo ?

Andaikan Jawabannnya :
1. Ide memberikan Gelar tercetus setelah Penolakan FADEL menjadi CALEG dari 
Golkar.
2. Yang mengusulkan pertama adalah Pejabat Gorontalo/Pemerinta h.

Maka Pemberian gelar Adat Pulanga kepada Sultan HB X adalah bermuatan Politis 
artinya ada Udang di Balik B, dengan kata lain bisa di artikan Koprol kategori 
Halus.

Kenapa di katakan demikian ?

Ini merupakan rencana besar ke depan agar nanti Posisi Fadel makin mantap utk 
memperjuangkan posisi RI 1 or RI 2 bersama dengan SB X. dan dari beberapa bulan 
lalu memang isu ini sudah berhembus secara nasional bahwa Posisi yang patut di 
perhitungkan adalah FM&SB X. sehingga isu itu terus menggelinding dan terus 
hangat di media cetak maupun elektronik.

Pemberian adat Pulangan kepada SB X merupakan bagian dari Trik Fadel utk bisa 
bersanding bersama2 dengan SB X.

Terlepas dari itu semua, kita sebagai masyarakat Gorontalo. Patut berbangga 
karena Tokoh sebesar SB X mau menerima Gelar Kehormatan tersebut dan tidak 
memandang sebelah mata Komunitas masyarakat Gorontalo yang notabenenya 
Rakyatnya tidak mencapai 1 Juta Jiwa.

Semoga hal ini bisa menjadi renungan buat kita semua, Mohon maaf kepada pihak 
yang kurang berkenan dengan tulisan saya di atas.

Wassalam


TP





--- On Thu, 9/11/08, toti lamusu <toti_lamusu@ yahoo.com> wrote:

From: toti lamusu <toti_lamusu@ yahoo.com>
Subject: Re: [GM2020] Gelar Penganugrahan adat Pulanga Utk Sultan HB X
To: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com
Cc: "Alexander Velberg" <[EMAIL PROTECTED] com>, "januar f. velberg" <[EMAIL 
PROTECTED] com>
Date: Thursday, September 11, 2008, 7:31 PM








adalah kraton surakarta (bukan mangkunegaran) yang sangat royal dalam 
memberikan gelar-gelar adat kepada berbagai kalangan yang memberikan bantuan 
keuangan kepada mereka . jelas kalau menyangkut keuangan pasti akan ada timbal 
baliknya kan ? 

gorontalo memberikan gelar adat pulanga kepada sri sultan adalah sesuatu yang 
baru .menarik , entah apa pertimbangannya dan entah sudah dimusyawarahkan oleh 
dewan adat di gorontalo .

yang lalu medi botutihe sebagai pembina ketua dewan adat gorontalo sempat 
memecat ke ketua dewan adat (nggak sempat mencatat namanya) dan digantikan dari 
seseorang dari keluarga laya yang tidak tahu apa-apa tentang adat gorontalo , 
karena kepentingan politis medi .

biasanya gelar adat diberikan jika seseorang telah meninggal dunia (mopowatepo 
nde wohiyolo gelar adati , ahu ganapu otawa huhutu liyo to'u tumu tumulo) / 
jika diberikan sesudah mati , semuanya sudah disempurnakan kan ? nggak mungkin 
macam-macam lagi .
sekarang giliran sultan hamengku buwono X yang menerima gelar adat . jadi ingat 
ketika sultan hamengku buwono IX mangkat , ybs langsung mengambil semua kunci 
dari istana swarna bumi yang ada di bogor yang dihuni salah satu isteri sultan 
asal bangka tanpa menghormati bahwa ibu tirinya tersebut adalah isteri syah 
dari mendiang ayahnya yang juga punya hak untuk tinggal di istana tersebut .

kriteria pemberian adat di gorontalo sangat tidak jelas , yang lalu iwan 
bokings juga diangkat menjadi pulanga dan ketika fadel tidak sempat menghadiri 
acara tersebut , dari panitya mencak-mencak lewat koran bahwa fadel tidak 
menghormati adat dan budaya gorontalo .

saya ingin mengusulkan ada 3 nama yang patut diberi gelar pulanga . theodor 
smith yang membangun bandara toloti'o tanpa gejolak masyarakat dan dr. liem 
keng hong (dokter anak di gorontalo , yang menangani kehidupan awal banyak 
anak-anak gorontalo ketika gorontalo masih sangat terbelakang dan 
terpencil/terasing dari dunia luar ) tapi apakah kita berani memberikan gelar 
adat kepada non muslim ? (di surakarta banyak diberikan kepada non muslim juga) 
yang satunya adalah kepada haji alexander velberg yang membangun pariwisata 
gorontalo dari 'scratch' . ketika gorontalo tidak dikenal dunia , ybs telah 
berjuang memperkenalkan gorontalo kepada dunia . ketika anda membuka situs 
gorontalo , yang akan tampak nama ybs. dulu baru destinasi pariwisata . binde 
biluhuta juga dikenalkan ybs sebagai soup of gorontalo/appetizer .

istana atau kraton dari 'duluo lo u limo lo pohala'a' juga nggak jelas kan ? 
ada memang disebutkan huango botu/dungingi , tapi dimananya , nggak ada yang 
tahu tepat lokasinya alias wallahu'alam .

maaf jika ada yang tidak berkenan (karena menyangkut keluarga atau kerabat kita 
sendiri) , 

salam .

tot     

--- On Thu, 9/11/08, Ramang H.Demolinggo <rama_demolingo@ yahoo.com> wrote:

From: Ramang H.Demolinggo <rama_demolingo@ yahoo.com>
Subject: [GM2020] Gelar Penganugrahan adat Pulanga Utk Sultan HB X
To: "Gorontalomaju2020" <gorontalomaju2020@ yahoogroups. com>
Date: Thursday, September 11, 2008, 6:54 PM









Assalamu alaikum wr wb
Tidak  lama lagi pemerintah Gorontalo akan memberikan gelar penganugrahan adat 
"PULANGA" kepada Sri Sultan Hamengkubuwono X  Gubernur Daerah Istimewa 
Yogyakarta. Rencana yang telah di tetapkan adalah tgl 7 oktober 2008.
Ada hal menarik dalam penganugrahan  adat pulanga ini,dimana barangkali teman 
teman millis GM2020 mungkin tahu kenapa mesti Sultan? Apa seh kriteria 
pemberian adat pulanga kepada yang bukan Asli Gorontalo??? Apakah faktor 
kedekatan antara kedua provinsi?? atau mungkin faktor faktor lain?? Mohon 
pencerahan dari teman teman milis yang ahli dalam bidang adat dan budaya!!! 
Terima kasih atas perhatiannya dan selamat menjalankan ibadah puasa!

Wassalam,
ramang H demolingo





Dapatkan nama yang Anda sukai! 
Sekarang Anda dapat memiliki email di @ymail.com dan @rocketmail. com.


 














      

Kirim email ke