Wei K Ochid, upload kamari foto tumbilotohe uti wa! awas kalo tidak ada!

--- On Wed, 9/24/08, Tuturuga <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

From: Tuturuga <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: Re: Balasan: [GM2020] TUMBILOTOHE MASYARAKAT GORONTALO PERANTAUAN: 
WOLOLO BUBOHE.....
To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Date: Wednesday, September 24, 2008, 7:31 AM






Kak Fadly mo pasang lampu?

--- On Wed, 9/24/08, Fadly Tantu <tantufadly_62@ yahoo.co. id> wrote:

> From: Fadly Tantu <tantufadly_62@ yahoo.co. id>
> Subject: Balasan: [GM2020] TUMBILOTOHE MASYARAKAT GORONTALO PERANTAUAN: 
> WOLOLO BUBOHE.....
> To: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com
> Date: Wednesday, September 24, 2008, 9:27 PM
> Ingat Masa kecil di Tinombu, bila malam menjelang akhir
> ramadhan tiba, kami anak-anak sibuk membuat lampu
> "tumbilatohe" . lampu ini kami gunakan untuk
> mengawal (menerangi jalan) untuk orang-orang yang bertugas
> mengantar/ menyampaikan zakat fitrah ke rumah-rumah mereka
> yang berhak menerima.
> kami anak-anak berbaris sambil membawa lampu tumbilatohe
> (lampu minyak tanah terbuat dari botol/ kaleng bekas
> dapasang di ujung bambu, atau obor) mengawal pembawa zakat
> sambil menyanyi yang syairnya sebagai berikut
> 
> Yo... yo ... tumbilatohe to hulapa
> tombili padamala teme japa pandala.
> 
> he ...he... he apa depe arti sair ini tolong
> diterjemahkan.
> 
> Tadi setelah magrib saya lewat di Asrama Gorontalo di
> Bogor, kong ada lia dorang so ba tumbilatohe, tapi kayaknya
> pake lilin, 
> 
> Selamat bertumbilatohe. 
> 
> Salam hormat Fadly. Mohon maaf lahir bathin.
> 
> assacks <[EMAIL PROTECTED] com> wrote:
> Tidak terasa kita telah berada pada akhir-akhir
> Ramadhan, bulan yang 
> penuh rahmat dan pengampunan. Pada masa-masa ini, suatu
> tradisi yang 
> cukup tua akan diadakan di Gorontalo, yakni TUMBILOTOHE.
> Suatu 
> tradisi masyarakat Gorontalo yang dilakukan pada 3 malam
> terakhir 
> menjelang malam hari raya Idul Fitri. Sesuai dengan
> namanya, tradisi 
> ini ditandai dengan menyalakan lampu ditiap-tiap rumah dan
> sepanjang 
> jalan. Kemeriahan itu ditambah lagi dengan pawai dan
> arak-arakan 
> bendi, bunggo, dan teriakan anak-anak yang menyerukan
> kalimat 
> "Tumbilotohe! !! Tamohile zakati Bubohe lopopati",
> atau Tumbilotohe! !! 
> Tikaita Bubohe". 
> 
> Konon kabarnya, dulunya tradisi ini dilakukan dengan tujuan
> untuk 
> mempermudah para pengumpul zakat fitrah pada malam-malam
> terakhir 
> dalam menjalankan tugasnya. Karena, dulu kondisi pemukiman
> Gorontalo 
> masih dikelilingi oleh pohon-pohon besar (mirip2 hutan).
> Rumah-rumah 
> penduduk masih sangat jarang. Jarak antara rumah yang satu
> dengan 
> yang lain sangat jauh. Ditambah lagi dengan tidak adanya
> fasilitas 
> listrik seperti sekarang ini. Jadi, timbullah ide dan
> gagasan untuk 
> menyalakan lampu ditiap-tiap rumah dan jalanan untuk
> menerangi 
> Gorontalo saat itu. Tradisi ini kemudian berlanjut sampai
> saat ini 
> dengan gaya dan penampilan yang lebih modern. Penerangan
> telah 
> dilakukan dengan menggunakan lampu listrik.
> 
> Untuk masyarakat Gorontalo diperantauan, tradisi semacam
> ini tetap 
> dilakukan. Hal ini pernah dapat dilihat di rumah-rumah
> orang 
> Gorontalo yang ada di Bandung, Samarinda, Jakarta, dan lain
> 
> sebaginya. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk tetap
> menjaga 
> tradisi turun temurun dan juga untuk mengusir rasa rindu
> akan suasana 
> Gorontalo tercinta. Kata-kata "Tumbilotohe! !! tikaita
> Bubohe", 
> kemudian diganti dengan seruan "Tumbilotohe! !! Wololo
> Bubohe". 
> Tujuannya adalah menumbuhkan rasa memiliki Gorontalo,
> mentransfer 
> suasana Gorontalo ke luar Gorontalo. Semua dilakukan karena
> satu hal 
> "Kami rindu Gorontalo, Kami rindu Ilabulo, Kami rindu
> Tumbilotohe, 
> Kami rindu nasu bulu, Kami rindu..." 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> ------------ --------- --------- ---
> Dapatkan nama yang Anda sukai! 
> Sekarang Anda dapat memiliki email di @ymail.com dan
> @rocketmail. com.

 














      

Kirim email ke