ka iqbal...ralat sup, yang kase info tdk akurat. tidak tewas, tp lima tusukan 
di punggung n dua di tangan. Polisi VS TNI gara-gara rebutan pacar.

--- Pada Kam, 25/9/08, iqbal makmur <[EMAIL PROTECTED]> menulis:

Dari: iqbal makmur <[EMAIL PROTECTED]>
Topik: Re: [GM2020] Senyum (Rusuh Ramadhan)
Kepada: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Tanggal: Kamis, 25 September, 2008, 10:02 PM











Salamalaikum. .
Mohon maaf malam ini tidak bisa senyum.. tadi barusan lagi ngobrol dengan tata 
Sity, Ibu Titin deng ti eby, tiba2 katanya ti eby dapa telpon di IPILO ada 
tawuran, satu tewas. Kalau tidak salah Ipilo itu kampungnya OH. Hhh.. sedih 
sekali dengar kabar ini ..
 
Selamat menyongsong penghujung Ramadhan,
Salam
Iqbal Makmur

--- On Thu, 9/25/08, Tuturuga <belimbingbotol@ yahoo.com> wrote:

From: Tuturuga <belimbingbotol@ yahoo.com>
Subject: Re: [GM2020] Senyum
To: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com
Date: Thursday, September 25, 2008, 7:39 AM




Mengharukan!
Semoga ini menjadi pelajaran yang bermakna bagi kta semua.
Terima kasih, bapak....
Ngomong2 mau mudik ke kampung halaman nih?

=t=

--- On Thu, 9/25/08, imusafir <[EMAIL PROTECTED] com> wrote:

> From: imusafir <[EMAIL PROTECTED] com>
> Subject: [GM2020] Senyum
> To: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com
> Date: Thursday, September 25, 2008, 6:09 PM
> Semoga tulisandari mahasiswa dari Jerman ini bisa membawa
> sedikit 
> ketentraman di penghujung Ramadhan.
> 
> 
> 
> Wasalam
> 
> Imusafir
> 
> ------------ ---------
> Saya adalah ibu dan baru saja menyelesaikan kuliah saya.
> Kelas terakhir yang harus saya ambil adalah Sosiologi.
> Sang Dosen sangat inspiratif, dengan kualitas yang
> saya harapkan setiap orang memilikinya.
> Tugas terakhir yang diberikan ke para siswanya diberi
> nama "Smiling." Seluruh siswa diminta untuk pergi
> ke
> luar dan memberikan senyumnya kepada tiga orang asing
> yang ditemuinya dan mendokumentasikan reaksi mereka.
> Setelah itu setiap siswa diminta untuk mempresentasikan
> didepan kelas. Saya adalah seorang yang periang,
> mudah bersahabat dan selalu tersenyum pada setiap
> orang. Jadi, saya pikir,tugas ini sangatlah mudah.
> 
> Setelah menerima tugas tsb, saya bergegas menemui
> suami saya dan anak bungsu saya yang menunggu di
> taman di halaman kampus, untuk pergi kerestoran
> McDonald's yang berada di sekitar kampus. Pagi
> itu udaranya sangat dingin dan kering. Sewaktu
> suami saya akan masuk dalam antrian, saya menyela
> dan meminta agar dia saja yang menemani si Bungsu
> sambil mencari tempat duduk yang masih kosong.
> 
> Ketika saya sedang dalam antrian, menunggu untuk
> dilayani, mendadak setiap orang di sekitar kami
> bergerak menyingkir, dan bahkan orang yang
> semula antri dibelakang saya ikut menyingkir
> keluar dari antrian.
> 
> Suatu perasaan panik menguasai diri saya, ketika
> berbalik dan melihat mengapa mereka semua pada
> menyingkir ? Saat berbalik itulah saya membaui
> suatu "bau badan kotor" yang cukup menyengat,
> ternyata tepat di belakang saya berdiri dua
> orang lelaki tunawisma yang sangat dekil!
> Saya bingung, dan tidak mampu bergerak sama sekali.
> 
> Ketika saya menunduk, tanpa sengaja mata saya
> menatap laki-laki yang lebih pendek, yang berdiri
> lebih dekat dengan saya, dan ia sedang
> "tersenyum"
> kearah saya. Lelaki ini bermata biru, sorot
> matanya tajam, tapi juga memancarkan kasih sayang.
> Ia menatap kearah saya, seolah ia meminta agar
> saya dapat menerima 'kehadirannya' ditempat itu.
> 
> Ia menyapa "Good day!" sambil tetap tersenyum
> dan sembari menghitung beberapa koin yang
> disiapkan untuk membayar makanan yang akan
> dipesan. Secara spontan saya membalas senyumnya,
> dan seketika teringat oleh saya 'tugas' yang
> diberikan oleh dosen saya. Lelaki kedua sedang
> memainkan tangannya dengan gerakan aneh berdiri
> di belakang temannya. Saya segera menyadari
> bahwa lelaki kedua itu menderita defisiensi
> mental, dan lelaki dengan mata biru itu adalah
> "penolong"nya. Saya merasa sangat prihatin
> setelah mengetahui bahwa ternyata dalam antrian
> itu kini hanya tinggal saya bersama mereka,
> dan kami bertiga tiba2 saja sudah sampai di
> depan counter.
> 
> Ketika wanita muda di counter menanyakan kepada
> saya apa yang ingin saya pesan, saya persilahkan
> kedua lelaki ini untuk memesan duluan. Lelaki
> bermata biru segera memesan "Kopi saja, satu
> cangkir Nona." Ternyata dari koin yang
> terkumpul hanya itulah yang mampu dibeli
> oleh mereka (sudah menjadi aturan di restoran
> disini, jika ingin duduk di dalam restoran
> dan menghangatkan tubuh, maka orang harus
> membeli sesuatu). Dan tampaknya kedua orang
> ini hanya ingin menghangatkan badan.
> 
> Tiba2 saja saya diserang oleh rasa iba yang
> membuat saya sempat terpaku beberapa saat, sambil
> mata saya mengikuti langkah mereka mencari tempat
> duduk yang jauh terpisah dari tamu2 lainnya,
> yang hampir semuanya sedang mengamati mereka..
> Pada saat yang bersamaan, saya baru menyadari
> bahwa saat itu semua mata di restoran itu juga
> sedang tertuju ke diri saya, dan pasti juga
> melihat semua 'tindakan' saya.
> 
> Saya baru tersadar setelah petugas di counter
> itu menyapa saya untuk ketiga kalinya menanyakan
> apa yang ingin saya pesan. Saya tersenyum dan
> minta diberikan dua paket makan pagi (diluar
> pesanan saya) dalam nampan terpisah.
> 
> Setelah membayar semua pesanan, saya minta
> bantuan petugas lain yang ada di counter itu
> untuk mengantarkan nampan pesanan saya ke meja/tempat
> duduk suami dan anak saya. Sementara saya membawa
> nampan lainnya berjalan melingkari sudut kearah
> meja yang telah dipilih kedua lelaki itu untuk
> beristirahat. Saya letakkan nampan berisi
> makanan itu di atas mejanya, dan meletakkan
> tangan saya di atas punggung telapak tangan
> dingin lelaki bemata biru itu, sambil saya
> berucap "makanan ini telah saya pesan untuk
> kalian berdua."
> 
> Kembali mata biru itu menatap dalam ke arah saya,
> kini mata itu mulai basah ber-kaca2 dan dia hanya
> mampu berkata "Terima kasih banyak, nyonya."
> Saya mencoba tetap menguasai diri saya, sambil
> menepuk bahunya saya berkata "Sesungguhnya
> bukan saya yang melakukan ini untuk kalian,
> Tuhan juga berada di sekitar sini dan telah
> membisikkan sesuatu ketelinga saya untuk
> menyampaikan makanan ini kepada kalian."
> 
> Mendengar ucapan saya, si Mata Biru tidak kuasa
> menahan haru dan memeluk lelaki kedua sambil
> terisak-isak. Saat itu ingin sekali saya
> merengkuh kedua lelaki itu.
> 
> Saya sudah tidak dapat menahan tangis ketika
> saya berjalan meninggalkan mereka dan bergabung
> dengan suami dan anak saya, yang tidak jauh dari
> tempat duduk mereka. Ketika saya duduk suami
> saya mencoba meredakan tangis saya sambil tersenyum
> dan berkata "Sekarang saya tahu, kenapa Tuhan
> mengirimkan dirimu menjadi istriku, yang pasti,
> untuk memberikan 'keteduhan' bagi diriku dan
> anak-2ku! " Kami saling berpegangan tangan
> beberapa saat dan saat itu kami benar2 bersyukur
> dan menyadari,bahwa hanya karena 'bisikanNYA'
> lah kami telah mampu memanfaatkan 'kesempatan'
> untuk dapat berbuat sesuatu bagi orang lain
> yang sedang sangat membutuhkan.
> 
> Ketika kami sedang menyantap makanan, dimulai
> dari tamu yang akan meninggalkan restoran
> dan disusul oleh beberapa tamu lainnya, mereka
> satu persatu menghampiri meja kami, untuk
> sekedar ingin 'berjabat tangan' dengan kami.
> 
> Salah satu diantaranya, seorang bapak, memegangi
> tangan saya, dan berucap "Tanganmu ini telah
> memberikan pelajaran yang mahal bagi kami
> semua yang berada disini, jika suatu saat
> saya diberi kesempatan olehNYA, saya akan
> lakukan seperti yang telah kamu contohkan
> tadi kepada kami."
> 
> Saya hanya bisa berucap "terimakasih" sambil
> tersenyum. Sebelum beranjak meninggalkan
> restoran saya sempatkan untuk melihat kearah
> kedua lelaki itu, dan seolah ada 'magnit'
> yang menghubungkan bathin kami, mereka langsung
> menoleh kearah kami sambil tersenyum, lalu
> melambai-2kan tangannya kearah kami. Dalam
> perjalanan pulang saya merenungkan kembali
> apa yang telah saya lakukan terhadap kedua
> orang tunawisma tadi, itu benar2 'tindakan'
> yang tidak pernah terpikir oleh saya. Pengalaman
> hari itu menunjukkan kepada saya betapa 'kasih
> sayang' Tuhan itu sangat HANGAT dan INDAH sekali!
> 
> Saya kembali ke college, pada hari terakhir
> kuliah dengan 'cerita' ini ditangan saya.
> Saya menyerahkan 'paper' saya kepada dosen
> saya. Dan keesokan harinya, sebelum memulai
> kuliahnya saya dipanggil dosen saya ke depan
> kelas, ia melihat kepada saya dan berkata,
> "Bolehkah saya membagikan ceritamu ini
> kepada yang lain?" dengan senang hati saya
> mengiyakan. Ketika akan memulai kuliahnya dia
> meminta perhatian dari kelas untuk membacakan
> paper saya. Ia mulai membaca, para siswapun
> mendengarkan dengan seksama cerita sang dosen,
> dan ruangan kuliah menjadi sunyi. Dengan cara
> dan gaya yang dimiliki sang dosen dalam
> membawakan ceritanya, membuat para siswa yang
> hadir di ruang kuliah itu seolah ikut melihat
> bagaimana sesungguhnya kejadian itu berlangsung,
> sehingga para siswi yang duduk di deretan
> belakang didekat saya diantaranya datang memeluk
> saya untuk mengungkapkan perasaan harunya..
> 
> Diakhir pembacaan paper tersebut, sang dosen
> sengaja menutup ceritanya dengan mengutip salah
> satu kalimat yang saya tulis diakhir paper saya .
> 
> "Tersenyumlah dengan 'HATImu', dan kau akan
> mengetahui betapa 'dahsyat' dampak yang ditimbulkan
> o
> leh senyummu itu."
> 
> Dengan caraNYA sendiri, Tuhan telah 'menggunakan'
> diri saya untuk menyentuh orang-orang yang ada di
> McDonald's, suamiku, anakku, guruku, dan setiap
> siswa yang menghadiri kuliah di malam terakhir
> saya sebagai mahasiswi. Saya lulus dengan 1 pelajaran
> terbesar yang tidak pernah saya dapatkan di bangku
> kuliah manapun, yaitu: "PENERIMAAN TANPA SYARAT."
> 
> Banyak cerita tentang kasih sayang yang ditulis
> untuk bisa diresapi oleh para pembacanya, namun
> bagi siapa saja yang sempat membaca dan memaknai
> cerita ini diharapkan dapat mengambil pelajaran
> bagaimana cara MENCINTAI SESAMA, DENGAN MEMANFAATKAN
> SEDIKIT HARTA-BENDA YANG KITA MILIKI, dan bukannya
> MENCINTAI HARTA-BENDA YANG BUKAN MILIK KITA, DENGAN
> MEMANFAATKAN SESAMA!
> 
> Jika anda berpikir bahwa cerita ini telah menyentuh
> hati anda, teruskan cerita ini kepada orang2 terdekat
> anda. Disini ada 'malaikat' yang akan menyertai
> anda, agar setidaknya orang yang membaca cerita
> ini akan tergerak hatinya untuk bisa berbuat sesuatu
> (sekecil apapun) bagi sesama yang sedang membutuhkan
> uluran tangannya!
> 
> Orang bijak mengatakan: Banyak orang yang datang
> dan pergi dari kehidupanmu, tetapi hanya 'sahabat
> yang bijak' yang akan meninggalkan JEJAK di dalam
> hatimu.
> Untuk berinteraksi dengan dirimu, gunakan nalarmu.
> Tetapi untuk berinteraksi dengan orang lain, gunakan
> HATImu! Orang yang kehilangan uang, akan kehilangan
> banyak, orang yang kehilangan teman, akan kehilangan
> lebih banyak! Tapi orang yang kehilangan keyakinan,
> akan kehilangan semuanya! Tuhan menjamin akan
> memberikan kepada setiap hewan makanan bagi mereka,
> tetapi DIA tidak melemparkan makanan itu ke dalam
> sarang mereka, hewan itu tetap harus BERIKHTIAR
> untuk bisa mendapatkannya.
> 
> Orang-orang muda yang 'cantik' adalah hasil kerja
> alam, tetapi orang-orang tua yang 'cantik' adalah
> hasil karya seni. Belajarlah dari PENGALAMAN
> MEREKA, karena engkau tidak dapat hidup cukup
> lama untuk bisa mendapatkan semua itu dari
> pengalaman dirimu sendiri..


 














      
___________________________________________________________________________
Nama baru untuk Anda! 
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail. 
Cepat sebelum diambil orang lain!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/

Kirim email ke