Ada baiknya postingan seperti ini cukup dikirim link-nya saja, pertama, untuk 
menghemat memory, kedua, jangan sampe teman-teman disangka plagiator.

Salam,
Aga

--- On Sat, 10/4/08, Eha Laisa <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
From: Eha Laisa <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: Re: [GM2020] Subpreme Motgage dan Bailout; Kita Untung atau Rugi?
To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Date: Saturday, October 4, 2008, 10:10 PM










    
            Bolo maapu Bung Herwin, sy bc ttg info ini di kompas online 
(atau Bung Herwin & "DANDOSSI MATRAM, Pengamat Pasar Modal" yg nulis di Kompas 
ya ???)

http://cetak. kompas.com/ read/xml/ 2008/10/03/ 02220299/ subprime. mortgage. 
dan.bailout. selanjutnya...


rgrds,
"Minal Aidin Wal Faizin"




2008/10/4 Herwin Mopangga <winshots_pwd@ yahoo.co. id>


















    
            




Sungguh sulit dipercaya bahwa pembiayaan
kredit properti yang tidak hati-hati bisa meluluhlantakkan ekonomi negara 
adidaya semacam Amerika Serikat. Seluruh lapisan masyarakat di Amerika dan 
dunia saat ini menyesali investasi di surat 
utang subprime mortgage yang telah menyapu bersih modal mereka. 

Subprime mortgage (SM) merupakan
kredit perumahan yang skema pinjamannya telah dimodifikasi sehingga mempermudah 
kepemilikan rumah oleh orang miskin yang sebenarnya tidak layak mendapat 
kredit. Tingkat bunga The Fed (Bank Sentral AS), sepanjang tahun 2002-2004 yang 
hanya
sekitar 1-1,75 persen, membuat bisnis SM dan perumahan booming. Tingginya bunga 
pinjaman SM (pada saat bunga deposito rendah) menarik investor kelas kakap 
dunia (bank, reksadana, dana pensiun, asuransi) membeli surat utang yang 
diterbitkan perusahaan SM.

Ketika The Fed, mulai Juni 2004, bertahap
menaikkan bunga hingga mencapai 5,25 persen pada Agustus 2007, kredit perumahan
mulai bermasalah akibat banyaknya nasabah yang gagal bayar. Dampaknya, banyak 
perusahaan penerbit SM rugi besar karena nasabahnya gagal  bayar dan perusahaan 
SM tidak mampu membayar utang karena tidak dibayar nasabahnya. Terjadi banyak 
penyitaan rumah (1 dari 10 rumah di Cleveland , AS , dalam
kondisi tersita). 

Pasar properti berubah menjadi seller
market akibat banyak yang ingin menjual propertinya sehingga harga properti
turun 10 persen. Investor institusi keuangan yang membeli surat 
utang SM rugi besar karena surat 
utangnya hanya bernilai sekitar 20 persen. Akibatnya, harga saham atau nilai
aktiva bersih dari investor yang memiliki SM jatuh dan membuat investor rugi 
besar butuh likuiditas.

Sialnya, kebutuhan likuiditas juga
mendesak. Selain tiadanya capital gain dan penerimaan cash inflow dari kupon 
bunga SM yang gagal bayar, juga ada kebutuhan dana tunai karena sebagian 
investor yang mencairkan investasinya. Parahnya, pada saat bersamaan semua 
pihak butuh likuiditas, yang berakibat terjadinya credit crunch (kelangkaan 
likuiditas). Akibatnya, untuk menutupi kebutuhan likuiditas, mayoritas investor
terpaksa menjual portofolionya, termasuk sahamnya, secara besar-besaran, di 
seluruh dunia yang mengakibatkan terempasnya pasar modal dunia. Akhirnya, 
Pemerintah Amerika Serikat (AS) turun tangan sepenuhnya mengatasi
masalah yang ditimbulkannya sendiri. Dana 700 miliar dollar AS, secara 
bertahap, akan digelontorkan ke pasar untuk membeli surat utang SM yang 
bermasalah, yang telah membuat ekonomi AS babak belur. 



Bailout ; dijegal 





Rencana bailout, walau telah
mendapatkan keputusan Senat, ternyata terjegal oleh keputusan House of 
Representative (DPR-nya AS). Bursa global yang sudah bereaksi positif saat 
rencana diajukan kembali terkapar. Khusus Wall Street, indeks jatuh dengan 
angka yang ajaib. Indeks jatuh 777,7 point sebagai respons atas penolakan 
bailout senilai 700 miliar dollar AS tersebut. Mengindikasikan sedemikian 
parahnya krisis yang tengah terjadi di AS. Saat ini, rencana bailout kedua 
segera diajukan kembali, dengan revisi tambahan usulan kenaikan penjaminan 
deposan dari 100.000 dollar AS menjadi
250.000 dollar AS untuk menenangkan deposan yang panik serta membebaskan 
Federal Deposit Insurance Corp meminjam tanpa batas kepada Departemen Keuangan 
saat membutuhkan dana. Pertanyaannya, bila bailout ini
disetujui, apakah kita bisa berharap krisis ekonomi global akan cepat pulih 
kembali? Ada baiknya kita lihat bagaimana bailout ala Amerika Serikat ini 
dilakukan.            Bailout dilakukan dalam bentuk
pemerintah akan membeli surat utang SM yang macet, yang dipegang oleh investor 
yang merupakan investor institusi
keuangan, seperti bank, reksadana, dana pensiun, dan asuransi. Harga pembelian 
surat utang adalah harga pasar, yang saat ini jauh di bawah nominal. Dana 
bailout diperoleh dari penerbitan surat utang
pemerintah di pasar uang. Setiap perusahaan yang menjual surat utang ke 
pemerintah terikat ketentuan tentang pembatasan gaji top eksekutif. 

Dengan skema bailout yang seperti
ini, manfaat utama yang bisa terlihat hanyalah berkurangnya tekanan penjualan 
portofolio, khususnya saham, secara global karena nantinya, dengan bailout, 
kebutuhan likuiditas, selain dari saham, bisa dipenuhi juga dari penjualan 
surat utang SM kepada pemerintah. Namun, skema ini tidak akan mencegah kerugian
yang diderita investor karena, dengan prinsip akuntansi market to market,
kerugian tetap harus diakui dalam pembukuan investor yang memiliki surat utang 
SM yang bermasalah. Kerugian yang besar tetap berpotensi menggerus modal yang 
mengakibatkan insolvensi, yang bermasalah pada ekuitas yang negatif bila tidak 
dilakukan injeksi modal baru.



Investor sendiri diragukan akan
bersedia menjual surat 
utang mereka ke pemerintah dengan harga pasar. Mereka pasti akan berusaha keras 
mencari
alternatif pendanaan lainnya daripada merealisasikan kerugian yang sangat besar 
dalam buku mereka. Pemilik rumah tampaknya juga
tidak mendapat manfaat banyak dari bailout ini karena kewajiban cicilan dengan
bunga pasar tetap berlaku. Keringanan paling berbentuk kelonggaran dalam
kriteria penyitaan oleh kreditor bila peminjam tidak mampu membayar 
kewajibannya. Perusahaan
penerbit SM juga tidak diberikan perhatian dalam bailout ini. Padahal, masalah 
utama krisis ini adalah nasabahnya yang gagal bayar, pasar properti yang over 
supply, serta nilai properti yang anjlok sehingga mereka tidak sanggup membayar 
kewajibannya kepada investor keuangan.

 

 

Skema bailout ini agak diragukan
efektivitasnya dan manfaatnya bagi pemulihan ekonomi Amerika Serikat. Bayangkan 
ketika investor bertahan tidak menjual surat utangnya, atau pemilik rumah tetap 
tidak sanggup membayar kewajibannya dan penerbit surat 
utang tidak sanggup membayar. Skema bailout ini berbeda sekali
dengan saat Pemerintah Indonesia mem-bailout bank yang bermasalah. Saat itu, 
pemerintah mem-bailout dengan cara mengambil alih kepemilikan saham bank yang 
bermasalah melalui rekapitalisasi bank kemudian menjual sahamnya secara tender 
(yang sayangnya penjualannya terlalu dini dengan harga murah dan berorientasi 
ke investor asing).

 

   

Hindari intervensi 

Kalau bailout ala AS, hanya untuk surat utang saja.
Mungkin, prinsip kapitalisme dan liberalisme membuat bailout kepemilikan 
(saham) oleh pemerintah, yang bersifat intervensi, menjadi sesuatu yang  
dihindarkan di Amerika Serikat. Padahal, Inggris dengan cepat
menasionalisasikan bank kedua terbesar di Inggris, Bradford & Bingley, juga 
Northern Rock yang bermasalah gara-gara subprime mortgage ini. Begitu pula 
dengan Fortis yang sebagian sahamnya diambil alih Pemerintah Belgia dan
Belanda. Tidak heran, ketika proposal bailout ini disetujui Kongres pada hari 
Minggu, pada perdagangan saham hari Seninnya, indeks global mengalami 
penurunan. Bisa jadi penurunan tersebut merupakan respons negatif terhadap 
usulan bailout yang memang tidak menyembuhkan penyakitnya secara tuntas. Oleh 
karena itu, dengan skema bailout ini, janganlah kita
terlalu berharap bahwa bailout ini akan tuntas menyelesaikan krisis ekonomi 
Amerika Serikat dan global dalam waktu 1-2 tahun ke depan. 

   

Dampak terhadap Indonesia 



Krisis SM sangat merugikan
investor keuangan dunia yang juga berinvestasi di pasar modal dan uang 
Indonesia .
Pukulan terbesar memang di pasar modal mengingat saham merupakan instrumen 
likuid, begitu pula deposito. Kebutuhan likuiditas yang tinggi membuat mereka 
keluar dari pasar keuangan Indonesia . Untuk surat utang negara (SUN), tekanan 
tidak terlalu
parah karena merupakan instrumen jangka panjang yang bebas risiko yang 
dimungkinkan disekolahkan dalam bentuk REPO. Selain itu, pasar sekunder yang 
ada belum memungkinkan investor asing keluar secara instan dalam jumlah besar. 


Penerbitan SUN baru untuk sementara waktu akan terganggu dengan masih akan 
absennya investor asing. Ekspor beberapa produk mungkin terganggu karena 
menurunnya permintaan. Namun, dengan pertumbuhan pasar domestik yang pesat, 
bisa meminimalisasi dampak penurunan pasar ekspor secara agregat. Dengan pasar 
domestik yang kuat, pendanaan dalam negeri yang likuid, serta pertumbuhan 
ekonomi yang terus tumbuh, seharusnya Indonesia tidak terlalu terpengaruh 
krisis yang terjadi di Amerika Serikat. Bahkan, krisis ini sebenarnya merupakan 
peluang
 Indonesia menyelinap lebih gesit. Sejarah juga mencatat bahwa, pascakrisis 
moneter di Indonesia, setiap terjadi krisis di Amerika Serikat (9/11, Enron, 
SM), Indonesia berada pada posisi yang lebih baik atau malah diuntungkan. 
Buktinya, nilai kurs rupiah dalam jangka panjang malah relatif stabil atau 
menguat.


Kabar Terkini


Mengakhiri keguncangan transaksi pekan ini, nilai saham yang ditutup di
bursa Wall Street, New York, melemah meskipun House of Representatif  akhirnya 
menyetujui paket rancangan penyelamatan ekonomi
senilai 700 miliar dollar AS yang telah disahkan oleh Presiden George
W. Bush sebagai undang-undang. Indeks Dow Jones sempat melambung hingga
lebih dari 300 poin saat DPR AS mengadakan pemungutan suara ulang
terhadap paket rancangan ekonomi yang telah direvisi itu.  
    
Senin
(29/9) lalu, DPR AS menolak pengajuan paket dana talangan dari
pemerintah Presiden George W. Bush itu sehingga mengakibatkan nilai
saham Wall Street anjlok ke angka terendah dalam beberapa tahun
terakhir. Senat kemudian meloloskan paket penyelamatan ekonomi yang
telah direvisi dengan "pemanis" berupa kelonggaran pajak dan
peningkatan batas ansuransi deposito federal dari 100.000 dollar AS
menjadi 250.000 dollar AS. Kalangan investor meragukan
resolusi dari rancangan pemerintah menalangi aset bermasalah dari
sejumlah bank dan institusi lainnya untuk menggairahkan industri keuangan serta 
bursa kredit.
Menurut kalkulasi
awal, indeks Dow Jones turun 157,47 poin atau 1,50 persen serta ditutup
pada 10.325,38. Sejumlah indikator saham Wall Street lainnya juga
menunjukkan penurunan. Indeks The Standard & Poor's 500 turun 15,05
poin atau 1,35 persen menjadi 1.099,23 dan indeks gabungan Nasdaq turun
29,33 atau 1,48 persen menjadi 1.947,39.
Salam,


HM

 



        Nama baru untuk Anda!  

Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail. 

Cepat sebelum diambil orang lain!
      

    
    
        
        
        
        


        


        
        
        
        
        




      

    
    
        
         
        
        








        


        
        


      

Kirim email ke