--- On Sun, 11/9/08, bakri arbie <[EMAIL PROTECTED]> wrote: From: bakri arbie <[EMAIL PROTECTED]> Subject: Fw: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: Kejutan Obama: Kita Lebih Bisa To: "arbie bakri" <[EMAIL PROTECTED]> Date: Sunday, November 9, 2008, 1:29 AM
--- On Fri, 11/7/08, Mula Harahap <[EMAIL PROTECTED]> wrote: From: Mula Harahap <[EMAIL PROTECTED]> Subject: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: Kejutan Obama: Kita Lebih Bisa To: [EMAIL PROTECTED] Date: Friday, November 7, 2008, 4:18 PM Mengapa Lasma jadi begitu sinis dan pesimis? Tulisan Ramardhana di Kompas itu justeru memperlihatkan bahwa dalam hal menerima orang- orang minoritas sebagai pemimpin, Indonesia sudah lebih maju dari AS. Lebih jauh lagi tulisan itu mengatakan bahwa upaya untuk memelihara momentum sebagaimana yang saya sebutkan di atas justeru ada di tangan kalian orang-orang muda. Kalianlah yang harus mengambil prakarsa. Jangan hanya menunggu dan mengeluh. Saya melihat bahwa dalam mengomentari "pencapaian" yang dilakukan oleh AS itu, dan ketika membanding-bandingk annya dengan Indonesia, maka orang lebih banyak melihat kepada sisi masyarakat pemilih. Orang hanya berkata, "Betapa terbuka dan majunya masyarakat AS itu. Betapa intoleran dan piciknya masyarakat Indonesia itu...." Orang tidak melihat sisi tokoh yang dipilih. Orang lupa bahwa sebagai orang minoritas Obama bisa terpilih karena dia memang memiliki kwalitas lebih daripada orang mayoritas yang menjadi pesaingnya. Dan kwalitas seperti itu jugalah sebenarnya yang dimliki oleh para pemimpin kita yang berasal dari golongan minoritas. Saya sering berkata kepada anak-anak saya: "Kalau ada sebuah jabatan publik yang memiliki kwalifikasi 7 (tujuh), dan ada sejumlah calon untuk itu yang sama-sama memiliki nilai 7 (tujuh), maka adalah wajar kalau jabatan tersebut diberikan kepada calon dari golongan mayoritas. Seandainya pun calon-calon lain memiliki nilai 8 (delapan), maka adalah masih wajar kalau jabatan itu diberikan kepada calon dari golongan mayoritas yang memiliki nilai 7 (tujuh). Karena itu agar jabatan tersebut pasti akan diberikan kepadamu, atau masyarakat pasti akan memilihmu, maka kau harus memiliki nilai 9 (sembilan). Dan nilai extraordinary itu tentu tidak saja mencakup keahlian, tapi juga kerendahan hati, kesederhanaan, kerja keras, kejujuran dan luasnya pergaulan ...." Karenanya kalau "obama-obama" kita itu hanya orang rata-rata, dan hanya bisa tawuran (seperti yang terjadi hampir setiap hari di depan RS Cipto Mangunkusumo) , tak usahlah kita menyalahkan masyarakat sebagai intoleran dan picik. Apa yang saya katakan ini berlaku dimana-mana. Dia berlaku di Rusia, AS, Mesir, dan--tentu saja--Indonesia. Bacalah sejarah dan cobalah cari tahu kwalitas apa yang dimiliki oleh Dr. J. Leimena--misalnya- - sehingga ia bisa menjadi Waperdam dan ketika Presiden Sukarno bepergian ke luar negeri ia pernah dipercaya untuk memegang pemangku jabatan presiden Republik Indonesia. Horas Mula Harahap Lasma Siregar: Apakah ada kemungkinan (bagaimana pun kecilnya) buat beliau ini untuk bisa dicalonkan sebagai Presiden NKRI? Kalian tahu sendiri jawabannya kan? Yes, we can (ini wong USA)! Yes, we.... (ini wong Indon)! radhardahana: persoalan tinggal bagaimana orang muda saat ini mampu meneguhkan dirinya, berperan menentukan dalam gerak kita ke depan. tak ada jalan lain: peran itu harus direbut, sebagaimana sejarah juga mengajarkan. tidak memohon, menuntut, atau berbelas kasihan. kapasitas dan kapabilitas yang menentukan. obama, sebagaimana pendahulu kita, membuktikan itu. dari posisi yang sangat diremehkan ia merebut perhatian dan meraih kekuasaan. karena kapasitas dan kapabilitas. selebihnya taktik dan strategi. dan di hal terakhir itu, orang muda indonesia memiliki banyak. sebagaimana obama pun memilikinya. karena itu, tinggal satu hal: orang muda harus bersatu, mengintegrasikan kekuatan. tanpa ambisi dan nafsu murahan yang subyektif dan personal dalam menjangkau kekuasaan.