<a
href='http://openx.detik.com/delivery/ck.php?n=a59ecd1b&cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE'
target='_blank'><img
src='http://openx.detik.com/delivery/avw.php?zoneid=24&cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE&n=a59ecd1b'
border='0' alt='' /></a>


                
        PKS Retak


        Baratayuda Kedua di Partai Dakwah


        
                Deden Gunawan - detikNews 

Jakarta
- Selasa, 4 November tengah malam, para petinggi Partai Keadilan
Sejahtera (PKS) berkumpul membahas materi iklan menyambut hari
Pahlawan. Malam itu Ketua Tim Pemenangan Pemilu Nasional PKS, Anis
Matta mempresentasikan kepada sejumlah pengurus PKS, ketua umum serta
dewan syura. Malam itu Anis memaparkan materi iklan itersebut.

Ketua
Umum PKS Tifatul Sembiring menjelaskan, konsep awal yang disodorkan
kepadanya oleh pihak kesekjenan PKS malam itu. Scene awalnya
menampilkan Soekarno dan Soeharto. Kemunculan kedua tokoh ini kemudian
diikuti tulisan yang berbunyi 'mereka sudah memberikan apa yang mereka
bisa.'

Dalam scene berikutnya muncul tokoh Jenderal Soedirman
dan Bung Tomo yang diberi komentar 'mereka telah memberikan apa yang
mereka punya". Selanjutnya, muncul gambar KH Hasyim Asy'ari dan KH
Ahmad Dahlan yang disusul tulisan 'mereka adalah guru bangsa.'Terakhir
barulah tokoh Mohammad Hatta dan Moh Natsir dengan komentar 'mereka
adalah pahlawan kita.'

Namun saat iklan itu muncul di televisi
jadi berbeda.  Dalam iklan itu ternyata Soeharto disejajarkan dengan
tokoh-tokoh nasional tersebut yang bergelar "Pahlawan dan Guru Bangsa".

Protes
pun langsung bermunculan terkait iklan itu. Pasalnya iklan PKS tersebut
dianggap telah mengkhianati reformasi. "Soeharto tidak layak disebut
pahlawan apalagi guru bangsa. Sebab selama 32 tahun berkuasa telah
menjadikan bangsa penuh pertumpahan darah, KKN, dan moral busuk," tegas
Ray Rangkuti, Koordinator Gerakan
Kaum Muda 98 kepada detikcom.

Sementara
Indonesian Corruption Watch (ICW) menuding iklan PKS tentang Soeharto
sama saja dengan mendukung korupsi di masa orde baru. "Dalam konteks
antikorupsi, PKS tidak mendukung upaya pemberantasan korupsi dengan
menampilkan Soeharto," ujar Koordinator Divisi Korupsi Politik ICW
Fahmi Badoh.

Anehnya Tiffatul Sembiring, sebagai presiden PKS
justru merasa kaget kalau iklan yang muncul jadi seperti itu. Soalnya
yang ia tahu dalam materi iklan yang dilihatnnya tidak ada kalimat yang
menyebutkan Soeharto sebagai pahlawan atau guru bangsa. Lagi pula  Di
internal PKS juga tidak pernah ada wacana pemberian gelar
pahlawan kepada Soeharto.

Tifatul
juga mengaku hingga saat ini masih menyelidiki siapa yang melakukan
kesalahan iklan tersebut. Tapi katanya,  yang membawa materi iklan
kepadanya adalah Sekjen Anis Matta dan timnya.

Adapun Anis Matta
yang mengurusi iklan Soeharto anteng-anteng saja. Begitu juga dengan
Ketua Bidang Media PKS Fahri Hamzah. Keduanya menganggap pemasangan
gambar Soeharto karena penguasa orde baru itu  memiliki jasa dalam
membangun bangsa Indonesia. Jadi PKS tidak akan menarik iklan yang
menjadikan Soeharto sebagai guru bangsa dan pahlawan.

Karena
adanya perbedaan pendapat antara Anis Matta dan Tifatul, PKS pun
disinyalir mengalami perpecahan. benarkah demikian? "Tidak.. tidak ada
perpecahan. Ini hanya misunderstanding  saja kok," jelas sumber
detikcom di PKS.

Tapi sumber tersebut mengatakan, ketika Tifatul
Sembiring mengatakan kalau iklan itu salah dan keluar dari konsep awal,
sejumlah kader merasa kaget. Sebab ada kesan telah terjadi perpecahan
antara sekjen dan presiden PKS. Mereka pun bertanya-tanya kenapa
Tufatul berkata demikian.

Sementara pengamat politik Ikrar Nusa
Bhakti melihat, pertentangan yang terjadi di PKS itu merupakan dinamika
internal akibat perhitungan yang salah dari mencuri momentum Hari
Pahlawan. "Ini karena PKS tidak memiliki konsepsi yang jelas mengenai
pahlawan dan guru bangsa. Sehingga terjadi perbedaan pendapat saat
diwawancara wartawan," jelas Ikrar.

Ikrar mengatakan, pernyataan
Tifatul yang mengatakan iklan itu salah dari konsep awal bertujuan
ingin menyelamatkan PKS. Sebab Tifatul secara pribadi tidak setuju
dengan pemberian gelar pahlawan atau guru bangsa terhadap Soeharto.

Sedangkan
Anis Matta dan pendukungnya berharap dengan memunculkan semua tokoh
bangsa termasuk Soeharto sebagai unjuk diri kalau PKS merupakan partai
inklusif. Dengan menampilkan sejumlah tokoh Anis Matta berharap bisa
meraih suara sebanyak-banyaknya.

Ikrar juga mengungkapkan,
pertentangan itu menunjukkan adanya perseteruan di internal PKS, yakni
antara pengagum Soeharto dengan yang anti Soeharto. Menurut Ikrar, di
PKS banyak kelompok yang merupakan pendukung Soeharto. 

"PKS itu adalah suatu partai yang memang tidak mempersyaratkan Soeharto itu 
baik atau buruk," kata Ikrar.

Perang
antara pengagum dan anti Soeharto di PKS sebelumnya pernah terjadi saat
menjelang Pemilu 2004. Saat itu PKS kisruh menetapkan calon presiden
(capres), terpecah antara mendukung Amien Rais atau Wiranto. Kala itu
akhirnya kelompok pendukung Amien Rais yang menang. 

Saat itu
PKS menjelaskan, akhirnya memutuskan mendukung pasangan Amien-Siswono
karena pasangan ini dinilai berlatar belakang reformis, demokratis, dan
islami. Selain itu, Amien juga dinilai berani menandatangani kontrak
politik dengan mahasiswa.

Bagaimana sekarang, siapakah yang bakal menang? 











    
            Meski Salah, PKS Tidak akan Ralat


Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mengakui iklan yang menampilkan
sosok mantan Presiden Soeharto sebagai pahlawan merupakan suatu
kesalahan. Namun PKS tidak akan meralat iklan tersebut.



Presiden PKS Tifatul Sembiring yang ditemui, Rabu (12-11), mengatakan
kalau iklan itu tidak sesuai dengan konsep awal. "Nggaklah. Iklan kan
mahal. Kita nggak kuat bayar. Apa kalian mau bayarin?" kata Tifatul
Sembiring saat ditanyakan apakah akan meralat iklan tersebut.



Menurut Tifatul, langkah yang akan dilakukan PKS sebatas memberikan
penjelasan jika ada yang melakukan klarifikasi. "Ya kita jelaskan kalau
ada yang tanya," ujarnya. Hingga kini Tifatul mengaku belum tahu
kesalahan ada di pihak siapa. Dia mengaku masih menyelidikinya.



Konsep awal yang disodorkan oleh pihak kesekjenan PKS tidak seperti
yang ditayangkan di televisi. Dalam konsep awal itu, saat scene awal,
tokoh yang muncul pertama kali adalah Soekarno dan Soeharto. Kedua
tokoh ini dikuti tulisan berbunyi, "mereka sudah memberikan apa yang
mereka bisa." Lalu dalam scene berikutnya muncul tokoh Jenderal
Soedirman dan Bung Tomo yang diberi komentar, "mereka telah memberikan
apa yang mereka punya."



Gambar berikutnya adalah K.H. Hasyim Asy'ari dan K.H. Ahmad Dahlan yang
disusul tulisan, "mereka adalah guru bangsa." Terakhir barulah tokoh
Mohammad Hatta dan Moh. Natsir dengan komentar, "mereka adalah pahlawan
kita."



Selain itu Tifatul menegaskan PKS tidak pernah mengakui Soeharto
sebagai pahlawan maupun guru bangsa. "Perlu saya luruskan, itu tidak
benar. Apa hak kita mengakui Soeharto sebagai pahlawan, wong pemerintah
saja belum mengakui? Bung Tomo saja baru diakui tahun ini. Mengapa kita
jadi genit-genitan mengakui Soeharto sebagai pahlawan?" tandasnya
panjang lebar.



Di internal PKS juga tidak pernah ada wacana pemberian gelar pahlawan
kepada Soeharto. Tokoh ini, menurut Tifatul, masih kontroversial
sehingga belum bisa diputuskan apakah dia layak menerima gelar pahlawan
atau tidak. Yang jelas, akunya, secara pribadi dia tidak setuju mantan
penguasa Orde Baru itu dianugerahi gelar pahlawan.



"Kita partai reformis. Dulu kita kan ikut menumbangkan Soeharto. Kalau saya 
pribadi tidak setuju," tegasnya. 

 

Lampung Post, Kamis, 13 November 2008

--- Pada Jum, 14/11/08, asep sabar <asep_gorontalo@ yahoo.com> menulis:
Dari: asep sabar <asep_gorontalo@ yahoo.com>
Topik: [GM2020] PKS Oportunis sejati?
Kepada: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com
Tanggal: Jumat, 14 November, 2008, 6:45 AM







    
            
ini imel tetangga, siapa tahu bermanfaat.. ..


--- On Tue, 11/11/08, chaos rules <malamkomunitas@ gmail.com> wrote:
From: chaos rules <malamkomunitas@ gmail.com>
Subject: [apakabar] PKS Oportunis sejati
To: Forum-Pembaca- [EMAIL PROTECTED] ps.com, [EMAIL PROTECTED] ps.com, 
"apakabar" <[EMAIL PROTECTED] s.com>
Date: Tuesday, November 11, 2008, 11:01 AM

berikut sikap PKS dahulu:

 Adili
 Soeharto dan Kroninya Agenda Reformasi Bangsa Indonesia
http://pks.or. id/v2/?op= isi&id=1548

 Almuzammil: KPK Berhak Ambil Alih Kasus Soeharto
http://www.pk- sejahtera. org/v2/main. php?op=isi& id=1567

 Rama Pratama: Penghentian Kasus Soeharto Preseden Buruk
http://pks.or. id/v2/?op= isi&id=1539

 Aktivis 98: Penghentian Hukum Soeharto Pengkhianatan Elit
http://www.pks. or.id/v2/ index.php? op=isi&id= 1579

 SEKARANG:

 PKS Tantang Forkot Debat Soal Iklan
http://fpks- dpr.or.id/ ?op=isi&id= 6217
        




      
      


         
        
        

        Dapatkan alamat Email baru Anda!  

Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan sebelum diambil orang lain!
      

    
    
        
         
        
        








        


        
        


      
___________________________________________________________________________
Dapatkan nama yang Anda sukai!
Sekarang Anda dapat memiliki email di @ymail.com dan @rocketmail.com.
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/

Kirim email ke