fenomenal thorik adalah sosok pemimpin muda yang sangat saya kagumi walaupun 
dia kalah di pilkada yang cukup curang tapi dia memperlihatkan jiwa spirit 
berjuang walaupun dia masih sangat muda dia adalh fenomenalanak muda patut 
dicontoh bagi kaum muda gorontalo thorik adalah inspirasi kaum muda gtlo yang 
punya prinsip dan pejuang.

--- Pada Jum, 5/12/08, ihsannento <[EMAIL PROTECTED]> menulis:

Dari: ihsannento <[EMAIL PROTECTED]>
Topik: [GM2020] Re: Pilkada Gorut : Thoriq Menang, Walau Kalah Suara!
Kepada: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Tanggal: Jumat, 5 Desember, 2008, 12:06 PM






memang benar Thoriq Modanggu adalah fenomenal dan saya pun setuju 
Thoriq sesungguhnya menang dalam pilbup gorut. namun itulah demokrasi 
di Indonesia, yang sering tidak terduga arahnya. pertanyaannya, 
haruskah kita biarkan gorontalo utara dijarah oleh orang-orang yang 
tidak bertanggung jawab? siapa pun pemimpin yang "terpilih" layak 
kita awasi kinerjanya, bukan malah nongkrong di ring satu sang bupati 
hanya untuk koprol. berbuat kita tidak bisa, mengawasi pun tak mampu. 
makan apa anak dan cucu kita nanti?

--- In gorontalomaju2020@ yahoogroups. com, Funco Tanipu <[EMAIL PROTECTED]> 
wrote:
>
> Pilkada Gorut : Thoriq Menang, Walau Kalah Suara!
> 
> Tadi malam saya ngobrol banyak dengan yang punya Gorontalo 
Barometer, Laode Aman, tentang hasil Pilkada di Gorut.
> 
> Saya menuliskan pendapat ini untuk memberi warna yang dinamis pada 
pelantikan Bupati Gorontalo Utara yang akan segera dilaksanakan. 
Menurut saya, Thoriq tidak saja  fenomenal, tetapi juga monumental. 
Thoriq menjadi fenomenal sekaligus monumental karena kita tahu 
bersama bahwa ia adalah pemuda yang berumur dibawah 40 tahun, 
berstatus pegawai egeri sipil, gaji dibawah 2 juta, performance yang 
pas-pasan, dan (malahan) hanya didukung partai yang tak punya sejarah 
kemenangan di Gorontalo.
> 
> Tetapi kenapa ia sedemikian fenomenal dan semonumental?
>  
> Dari catatan memori dan rekam ingatan saya, Thoriq adalah seorang 
yang lugas sekalgus tegas. Thoriq adalah pemuda yang memiliki modal 
semangat yang luar biasa. Ia juga memiliki cadangan pengetahuan yang 
berlimpah. Thoriq dalam ingatan saya adalah seorang muda yang bisa 
mengawinkan kekuatan verbal/visual dan kekuatan pena. Jarang manusia 
Gorontalo memiliki kedua hal tersebut secara bersamaan. Thoriq 
menurut saya adalah manusia tempaan alam. Ia adalah lelaki yang kita 
tahu bersama sedari awal mempersiapkan Gorontalo Utara untuk menjadi 
sebuah teritori. Saya ingat hal itu karena agenda PB HPMIG di awal 
kepengurusan kami tahun 2005 silam adalah bersama-sama dia mendatangi 
Mendagri untuk segera mengesahkan Gorontalo Utara. Ia bersama KPK 
mengerahkan segala daya dan upaya untuk membangun urat nadi Gorut. Ia 
(dan juga KPK) adalah ruh ideologis Gorontalo Utara.
> 
> Beberapa saat kemudian, setelah Gorut resmi dan sah menjadi sebuah 
Kabupaten. Thoriq pun menjajal kemampuan personal dan jaringan, 
setelah ia didesak untuk masuk dalam bursa pencalonan.  Paket pun 
terjalin. Ia lantas menggandeng Djafar Ismail dari PDI P untuk 
bersama-sama melanjutkan cita-cita awal untuk membangun Gorut.
> 
> Pertarungan yang sengit pun tak terhindarkan. Mobilisasi kapital 
pun merasuk ke sendi-sendi kultural masyarakat Gorut yang secara 
genuine sama sekali jauh dari instumen seperti itu. Ini dikarenakan 
masyarakat Gorut adalah masyarakat yang terbuka, dimana faktor 
geografis membuat Gorut bisa seperti itu. Wilayah Gorut yang berada 
di bibir samudra pasifik adalah hal yang mengkonstruksi secara 
alamiah modal sosial masyarakat Gorut. Kapital yang ditransaksikan 
dalam model hidden agenda kemudian ikut membawa suasana yang 
seharusnya penuh keterbukaan, fair dan kompettitif malah terlihat 
seperti ajang perang Mahabarata. Padahal, model seperti ini sudah 
seharusnya dilenyapkan dari otak kita. Model purba ini pun coba 
dipaksakan dalam mobilisasi kapital demi sebuah take and give.
> 
> Saya sedari awal memperkirakan bahwa mutu pilkada yang seharusnya 
ideal, bersih, profesional dan jauh dari unsur transaksi ekonomi 
purba tidak akan terlaksana secra utuh. Padahal, saya terus terang 
berharap bahwa pertarungan yang disuguhkan pada publik adalah 
pertarungan yang ideologis, bermental kemanusiaan, berjiwa luhur dan 
menjauhkannya dari mobilisasi kapital. Tapi, apalah daya, Struktur 
ekonomi kita yang masih terpenjara dalam logika elit tentunya hanya 
bisa tengadah/tunduk walau tetap berusaha tak takluk.
> 
> Akhirnya, Thoriq yang menurut saya memiliki modal sosial lokal yang 
luar biasa sekaligus cadangan pengetahuan dan iman yang mumpuni untuk 
Gorontalo Utara mesti mengalah dengan alasan yang dilogikakan Negara 
yakni mengakui kalah dengan alasan keamanan dan ketertiban. Logika 
purba yang tak pernah lepas dari memori kita, yang sebenarnya sudah 
seharusnya menjauhkan diri dari Orde Baru effect. 
> Thoriq pun tersungkur dengan selisih 60 an suara. Sebuah beda yang 
begitu tipis untuk sekian puluh ribu suara di Gorontalo Utara. 
> 
> Menulis pendapat ini adalah sebuah yang celaka bagi saya dalam 
persepsi orang Gorontalo kita. Karena semestinya, yang kita tulis 
pasca kemenangan dan hasil pilkada yang sah adalah menulis 
sejarah/kisah yang menang. Lagi-lagi, dalam benak masyarakat kita, 
logika ekonomi menjadi faktor utama. Tetapi, menuliskan kisah yang 
tragik tentang  fenomena Thoriq adalah sebuah logika kemanusiaan 
akademik saya tentang seorang muda yang semestinya menjadi suri 
teladan bagi kita masyarakat Gorontalo yang kekurangan stok calon 
pemimpin yang seperti Thoriq.
> 
> Dari Thoriq lah kita bisa berkaca bahwa modal kapital, performance, 
tebaran baliho dan stiker, dukungan parpol bahkan partisipasi elit 
pun bukan faktor-faktor penentu dalam setiap momentum politik maupun 
sosial. Thoriq telah berhasil menelanjangi persepi kita tentang 
politik adalah sesuatu yang mahal, penuh tipu muslihat bahkan saling 
meniadakan adalah sesuatu yang salah. Thoriq membalik semua itu. Ia 
menunjukkan bahwa kewibawaan ilmu, kelurusan niat, kebesaran jiwa, 
keteguhan hati, dan luasnya iman adalah faktor utama sekaligus modal 
awal yang semestinya kita jadikan fondasi dalam berbuat.
> 
> Akhir kata, saya hanya bisa menyimpulkan bahwa pilkada di Gorontalo 
Utara adalah "kemenangan" Thoriq, walau ia kalah dalam perolehan 
suara. Thoriq menang karena ia  telah berhasil menghujamkan bayonet 
kemanusiaan sanubari dan benak kita yang masih terjajah oleh wacana 
elit yang berotak purba.
> 
> 
> Salemba Tengah 29, Jakarta Pusat.
> 
> 
> 
> Funco Tanipu
> 
> 
> nb : 
> Trims buat koneksi gratis dari Asrama Gorontalo Jakarta. Mungkin, 
jika kalian tak demo, saya tak bisa menikmati koneksi cepat dari 
Salemba Tengah 29.
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> Lebih bergaul dan terhubung dengan lebih baik. Tambah lebih 
banyak teman ke Yahoo! Messenger sekarang! 
http://id.messenger .yahoo.com/ invite/
>

 














      Nikmati chatting lebih sering di blog dan situs web. Gunakan Wizard 
Pembuat Pingbox Online. http://id.messenger.yahoo.com/pingbox/

Kirim email ke