oohh...Pak Agus olo lulusan STM...
di STM memang harus keras, apalgi siswa amper samua laki-laki, 
yang rata-rata kapala angin. Sikap pak Awaludin itu ada benarnya juga, 
karena sedang mengajar diganggu dengan ributnya siswa, kalau dibiarkan, 
siswa pasti pandang enteng pa Guru. Apalagi menurut pengakuan guru, saat itu 
masih menegur tapi tidak diindahkan.
Penafsiran saya pak Agus, dulu dengan sekarang memang beda, zaman saya ( 02-05) 
brutal anak STM itu mulai menurun, yang katanya tidak seperti dulu lagi, 
mungkin karena sikap keras guru yang ringan tangan ke siswa juga menurun. 
Mungkin pak, cara ajar guru yang lalu, yang tidak segan2 memukul siswa, juga 
berpengaruh pada prilaku siswa (makin brutal olo). Saya masih ingat waktu smp, 
tiap ada tauran antar siswa pasti anak STM terlibat. Tapi skarang ini, jarang 
ada tauran antar siswa lagi. 
trus,,,, dulu pak belum ada HP (kamera) kalau so ada dizaman pa Agus, pasti 
ada yang barekam, dan Jadi dech konsumsi publik.... heheheheheheeee (bolo 
maapkan)
 


--- On Fri, 12/12/08, Agus Lahinta <lahi...@gmail.com> wrote:

From: Agus Lahinta <lahi...@gmail.com>
Subject: Re: [GM2020] Mohon Komentarnya
To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Date: Friday, 12 December, 2008, 6:26 PM






Ok Bung Syam, menarik sekali melihat apa yang terjadi dan sempat menjadi 
Headline di media lokal dan berita di media nasional tentang Pemukulan Siswa 
oleh Guru SMK 3 Gorontalo.
Sekedar informasi, saya alumnus SMK 3 Gorontalo atau dulu STM Negeri Gorontalo.

Beberapa waktu yang lalu di Fakultas tempat saya bekerja sempat terjadi 
perbincangan ini, dan saya yang kebetulan berada disitu, secara tidak langsung 
mengatakan bahwa saya ok saja dengan perlakuan Guru tersebut, karena jujur dulu 
waktu masih jadi Siswa di STM saya sempat beberapa kali mendapatkan perlakuan 
serupa, dari Tamparan, Tendangan, cubitan, dan berbagai pukulan lainnya. 
Anehnya saat itu, saya dan beberapa teman yang mendapatkan perlakuan itu, tidak 
sedikitpun mengeluh atau melaporkan ke Orang Tua kami. Saya jadi ingat dulu 
saya pernah ditampar dari jarak dekat dan pernah juga ditampar dari depan kelas 
sampai di belakang kelas oleh Guru, tapi saya merasakan hal itu adalah ganjaran 
atas 'kenakalan' saya. Dan tidak sedikitpun saya melaporkan hal itu ke orang 
tua saya. Bahkan ada teman saya yang di tampar saat kelas satu dan langsung 
jatuh sakit dan dia baru bisa masuk sekaolah lagi saat kami (teman-temannya) 
sudah kelas tiga. Dan tidak ada apa-apa.

Waktu 2 hari lalu saat saya sedang menyaksikan berita itu di Televisi dan 
kebetulan Bapak saya menyaksikan, Saya hanya mengatakan lirih kepada Bapak 
saya, bawa saya juga dulu pernah ditampar kok tapi tidak pernah saya laporan ke 
Orang Tua. Hehehe.

Memang bagi Guru atau pendidik saat ini adalah dilematis, disatu pihak dia 
ingin menerapkan disiplin, tapi dipihak lain (saat ini) selalu dihadapkan pada 
pelanggaran HAK ASASI MANUSIA. Dulu barangkali kita masih ingat bahwa, waktu di 
SD kita sering sekali di pukul guru hanya gara-gara tidak memotong kuku, hanya 
gara-gara terlambat ikut upacara dan kita benar-benar takut akan hal itu. 
Bahkan ada istilah "diujung cambuk sang guru itu ada emasnya", barangkali emas 
yang dimaksud disini (kalau saya tidak salah menginterpretasikan ), emas disini 
adalah kesadaran dari diri kita untuk bisa disiplin.

Beberapa waktu yang lalu saat saya mengadakan pelatihan kepada Guru-Guru, satu 
yang saya pertanyakan adalah beda Guru waktu jaman saya dulu dan sekarang serta 
dampaknya kepada tingkat Disiplin dan Keberhasilan siswa. Keluhan mereka adalah 
Guru dulu sangat digugu dan ditiru serta ditakuti sekali, sedangkan sekarang 
Guru ingin menerapkan disiplin selalu di 'bayang-bayangi', awas HAM dan 
lain-lain.

Apa yang terjadi?

Dari kurang pasnya penerapan disiplin di tingkat pendidikan dasar, hal ini 
berdampak pada sikap siswa saat mereka menjadi mahasiswa dan ketingkat lebih 
lanjut (termasuk interaksi sosial di masyarakat). Ironis memang kalau kita 
merapkan disiplin dengan kekerasan, tapi kalau dilihat dari kenyataan bahwa 
dulu kita sempat 'dikeraskan' tapi kita bisa bertahan dan itu menjadi sebuah 
pembelajaran (sedikitnya itu yang saya rasakan secara pribadi). Nah kenyataan 
yang sekarang, dipukul sedikit langsung lapor, dipukul sedikit langsung 
cenggeng.

Demikian sedikit pandangan saya (pribadi).

Salam,
a/L
alumnus STM Gorontalo
sempat mendapatkan beberapa kali tamparan, tendangan, cubitan waktu sekolah dan 
alhamdulillah sampai sekarang Baik-baik saja.


2008/12/12 N. Syamsu Panna <n_syam...@yahoo. com>






Mohon dapat memberi komentar tentang Kekerasan dalam pendidikan di link ini :

http://www.liputan6 .com/kutipan/ ?id=169654&countrytabs= 0


Trims



Menambah banyak teman sangatlah mudah dan cepat.
Undang teman dari Hotmail, Gmail ke Yahoo! Messenger sekarang! 
 














      New Email addresses available on Yahoo!
Get the Email name you&#39;ve always wanted on the new @ymail and @rocketmail. 
Hurry before someone else does!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/aa/

Kirim email ke