Mohon maaf kalo postingannya dah double

"Jakarta, Autoretail (GE Money, consultant)" <autoretail.jaka...@ge.com> wrote: 
     FW: FW: PEREMPUAN YG DICINTAI SUAMIKU   
 
  ______________________________________________   
From:   Situmorang, David (GE Money)    
Sent:   Thursday, January 22, 2009 2:48 PM  
To:     david.situmor...@cbn.net.id  
Subject:        FW: PEREMPUAN YG DICINTAI SUAMIKU 
 
  PEREMPUAN YG DICINTAI SUAMIKU  
   
 Kehidupan pernikahan kami awalnya  baik2 saja menurutku. Meskipun menjelang 
pernikahan selalu terjadi konflik,  tapi setelah menikah Mario tampak baik dan 
lebih menuruti apa mauku. Kami tidak pernah bertengkar hebat,  kalau marah dia 
cenderung diam dan pergi kekantornya bekerja sampai subuh, baru pulang kerumah, 
mandi, kemudian mengantar anak kami sekolah. Tidurnya  sangat sedikit, makannya 
pun sedikit. Aku pikir dia workaholic. 
        
 Dia menciumku maksimal 2x sehari, pagi menjelang kerja, dan saat dia pulang 
kerja, itupun kalau aku masih bangun. Karena waktu pacaran dia tidak pernah 
romantis, aku   pikir, memang  dia tidak romantis, dan tidak memerlukan hal2 
seperti itu sebagai ungkapan sayang. Kami jarang ngobrol sampai malam,  kami 
jarang pergi nonton berdua, bahkan makan berdua diluarpun hampir tidak  pernah. 
Kalau kami makan di meja makan berdua, kami asyik sendiri dengan  sendok garpu 
kami, bukan obrolan yang terdengar, hanya denting piring yang  beradu dengan 
sendok garpu.
        
 Kalau hari libur, dia lebih sering  hanya tiduran dikamar, atau main dengan 
anak2 kami, dia jarang sekali tertawa lepas. Karena dia sangat pendiam, aku 
menyangka dia memang tidak suka tertawa lepas. Aku mengira rumah tangga kami 
baik2 saja selama 8 tahun pernikahan kami. 
   
 Sampai suatu ketika, disuatu hari  yang terik, saat itu suamiku tergolek sakit 
dirumah sakit, karena jarang  makan, dan sering jajan di kantornya, dibanding 
makan dirumah, dia kena  typhoid, dan harus dirawat di RS, karena sampai 
terjadi perforasi di ususnya. Pada saat dia masih di ICU, seorang perempuan 
datang menjenguknya. 
   
Dia memperkenalkan diri, bernama meisha, temannya Mario saat dulu kuliah. 
Meisha tidak secantik aku, dia begitu sederhana, tapi aku tidak pernah melihat 
mata yang begitu cantik seperti  yang dia miliki. Matanya bersinar indah, penuh 
kehangatan dan penuh cinta, ketika dia berbicara, seakan2 waktu berhenti 
berputar dan terpana dengan  kalimat2nya yang ringan dan penuh pesona.
 
 Setiap orang, laki2 maupun perempuan  bahkan mungkin serangga yang lewat, akan 
jatuh cinta begitu mendengar dia bercerita. Meisha tidak pernah kenal dekat  
dengan Mario selama mereka kuliah dulu, Meisha bercerita Mario sangat pendiam, 
sehingga jarang punya teman yang akrab. 
 5 bulan lalu mereka bertemu, karena  ada pekerjaan kantor mereka yang 
mempertemukan mereka. Meisha yang bekerja  di advertising akhirnya bertemu 
dengan Mario yang sedang membuat iklan  untuk perusahaan tempatnya bekerja.     
   
 
  Aku mulai mengingat2 5 bulan lalu ada perubahan yang cukup drastis pada 
Mario, setiap mau pergi kerja, dia  tersenyum manis padaku, dan dalam sehari 
bisa menciumku lebih dari 3x. Dia membelikan aku parfum baru, dan mulai sering 
tertawa lepas. Tapi disaat  lain, dia sering termenung didepan komputernya. 
  Atau termenung memegang Hp-nya. Kalau aku tanya, dia bilang, ada pekerjaan 
yang membingungkan.         
  
Suatu saat Meisha pernah datang  pada saat Mario sakit dan masih dirawat di RS. 
Aku sedang memegang sepiring  nasi beserta lauknya dengan wajah kesal, karena 
Mario tidak juga mau aku suapi. Meisha masuk kamar, dan menyapa dengan suara 
riangnya," Hai Rima, kenapa dengan anak  sulungmu yang nomor satu ini ? 
 tidak mau makan juga? uhh… dasar anak nakal,  sini piringnya, " lalu dia terus 
mengajak Mario bercerita sambil menyuapi  Mario, tiba2 saja sepiring nasi itu 
sudah habis ditangannya. 
  
 Dan….aku  tidak pernah melihat tatapan penuh cinta yang terpancar dari mata 
suamiku, seperti siang itu, tidak pernah seumur hidupku yang aku lalui 
bersamanya,  tidak pernah sedetikpun ! Hatiku terasa sakit, lebih sakit  dari 
ketika dia membalikkan tubuhnya membelakangi aku saat aku memeluknya dan 
berharap dia mencumbuku. 
  Lebih sakit dari rasa sakit setelah operasi  caesar ketika aku melahirkan 
anaknya. 
 Lebih sakit dari rasa sakit, ketika  dia tidak mau memakan masakan yang aku 
buat dengan susah payah. 
 Lebih sakit  daripada sakit ketika dia tidak pulang kerumah saat ulang tahun 
perkawinan  kami kemarin. 
 Lebih sakit dari rasa sakit ketika dia lebih suka mencumbu  komputernya 
dibanding aku.       
   
Tapi aku tidak pernah bisa marah  setiap melihat perempuan itu. Meisha begitu 
manis, dia bisa hadir tiba2,  membawakan donat buat anak2, dan membawakan ekrol 
kesukaanku. Dia mengajakku  jalan2, kadang mengajakku nonton. kali lain, dia 
datang bersama suami dan  ke-2 anaknya yang lucu2.       
 Aku tidak pernah bertanya, apakah  suamiku mencintai perempuan berhati 
bidadari itu? karena tanpa bertanya  pun aku sudah tahu, apa yang bergejolak 
dihatinya.       
  
 Suatu sore, mendung begitu menyelimuti  jakarta, aku tidak pernah menyangka, 
hatikupun akan mendung, bahkan gerimis  kemudian.       
 Anak sulungku, seorang anak perempuan  cantik berusia 7 tahun, rambutnya 
keriting ikal dan cerdasnya sama seperti ayahnya. 
  Dia berhasil membuka password email Papa nya, dan memanggilku,  " Mama, mau 
lihat surat papa buat tante Meisha ?"       
 Aku tertegun memandangnya, dan membaca  surat elektronik itu,  
  Dear Meisha,   
Kehadiranmu bagai beribu bintang  gemerlap yang mengisi seluruh relung hatiku, 
 aku tidak pernah merasakan  jatuh cinta seperti ini, bahkan pada Rima. Aku 
mencintai Rima karena kondisi  yang mengharuskan aku mencintainya, karena dia 
ibu dari anak2ku. Ketika aku menikahinya, aku tetap  tidak tahu apakah aku 
sungguh2 mencintainya. Tidak ada perasaan bergetar seperti ketika aku 
memandangmu, tidak ada perasaan rindu yang tidak pernah padam ketika aku tidak 
menjumpainya. 
 
  Aku hanya tidak ingin menyakiti perasaannya. Ketika konflik2 terjadi saat 
kami pacaran dulu, aku sebenarnya kecewa, tapi aku tidak sanggup mengatakan 
padanya bahwa dia bukanlah perempuan yang aku cari untuk mengisi kekosongan 
hatiku. Hatiku tetap terasa hampa, meskipun aku menikahinya.
 Aku tidak tahu, bagaimana caranya menumbuhkan cinta untuknya, seperti ketika 
cinta untukmu tumbuh secara alami, seperti pohon2 beringin yang tumbuh kokoh 
tanpa pernah mendapat siraman dari pemiliknya. 
 
  Seperti pepohonan di hutan2 belantara yang tidak pernah minta disirami, namun 
tumbuh dengan lebat secara alami. Itu yang aku rasakan. Aku tidak akan pernah 
bisa memilikimu, karena kau sudah menjadi milik orang lain dan aku adalah laki2 
yang sangat memegang komitmen pernikahan kami. Meskipun hatiku terasa hampa, 
itu tidaklah mengapa, asal aku bisa melihat Rima bahagia dan tertawa, dia bisa 
mendapatkan segala yang dia inginkan selama aku mampu. Dia boleh mendapatkan 
seluruh hartaku dan tubuhku, tapi tidak jiwaku dan cintaku, yang hanya aku 
berikan untukmu. 
 
  Meskipun ada tembok yang menghalangi kita, aku hanya berharap bahwa engkau 
mengerti, you are the only one in my heart.  
yours, Mario  
  Mataku terasa panas. Jelita, anak sulungku memelukku erat. Meskipun baru 
berusia 7 tahun, dia adalah malaikat jelitaku yang sangat mengerti dan 
menyayangiku.
 Suamiku tidak pernah mencintaiku. Dia tidak pernah bahagia bersamaku. Dia 
mencintai perempuan lain. Aku mengumpulkan kekuatanku. Sejak itu, aku menulis 
surat hampir setiap hari untuk suamiku. 
 
  Surat itu aku simpan diamplop, dan aku letakkan di lemari bajuku, tidak 
pernah aku berikan untuknya. Mobil yang dia berikan untukku aku kembalikan 
padanya. Aku mengumpulkan tabunganku yang kusimpan dari sisa2 uang belanja, 
lalu aku belikan motor untuk mengantar dan menjemput anak2ku.
 Mario merasa heran, karena aku tidak pernah lagi bermanja dan minta dibelikan 
bermacam2 merek tas dan baju.  

 Aku terpuruk dalam kehancuranku. Aku dulu memintanya menikahiku karena aku 
malu terlalu lama pacaran, sedangkan teman2ku sudah menikah semua. 
  Ternyata dia memang tidak pernah menginginkan aku menjadi istrinya. Betapa 
tidak berharganya aku. Tidakkah dia tahu, bahwa aku juga seorang perempuan yang 
berhak mendapatkan kasih sayang dari suaminya ?
 Kenapa dia tidak mengatakan saja, bahwa dia tidak mencintai aku dan tidak 
menginginkan aku ?
 itu lebih aku hargai daripada dia cuma diam dan mengangguk dan melamarku lalu 
menikahiku. Betapa malangnya nasibku. Mario terus menerus sakit2an, dan aku 
tetap merawatnya dengan setia. Biarlah dia mencintai perempuan itu terus 
didalam hatinya. Dengan pura2 tidak tahu, aku sudah membuatnya bahagia dengan 
mencintai perempuan itu. Kebahagiaan Mario adalah kebahagiaanku juga, karena 
aku akan selalu mencintainya.
   
**********
   
Setahun kemudian…
   
Meisha membuka amplop surat2 itu dengan air mata berlinang. Tanah pemakaman itu 
masih basah merah dan masih dipenuhi bunga.
  
 " Mario, suamiku….   
Aku tidak pernah menyangka pertemuan kita saat aku pertama kali bekerja 
dikantormu, akan membawaku pada cinta sejatiku. 
  Aku begitu terpesona padamu yang pendiam dan tampak dingin. Betapa senangnya 
aku ketika aku tidak bertepuk sebelah tangan.
 Aku mencintaimu, dan begitu posesif ingin memilikimu seutuhnya. Aku sering 
marah, ketika kamu asyik bekerja, dan tidak memperdulikan aku.
 Aku merasa diatas angin, ketika kamu hanya diam dan menuruti keinginanku…
 Aku pikir, aku si puteri cantik yang diinginkan banyak pria, telah memenuhi 
ruang hatimu dan kamu terlalu mencintaiku sehingga mau melakukan apa saja 
untukku…..
 Ternyata aku keliru…. aku menyadarinya tepat sehari setelah pernikahan kita.  

 Ketika aku membanting hadiah jam tangan dari seorang teman kantor dulu yang 
aku tahu sebenarnya menyukai Mario.
 Aku melihat matamu begitu terluka, ketika berkata, " kenapa, Rima ?
 Kenapa kamu mesti cemburu ? dia sudah menikah, dan aku sudah memilihmu menjadi 
istriku ?"
 Aku tidak perduli,dan berlalu dari hadapanmu dengan sombongnya.  

 Sekarang aku menyesal, memintamu melamarku. Engkau tidak pernah bahagia 
bersamaku.
 Aku adalah hal terburuk dalam kehidupan cintamu. Aku bukanlah wanita yang 
sempurna yang engkau inginkan.
 Istrimu, Rima"  
  Di surat yang lain,  
  "………Kehadiran perempuan itu membuatmu berubah, engkau tidak lagi sedingin es.
 Engkau mulai terasa hangat, namun tetap saja aku tidak pernah melihat cahaya 
cinta dari matamu untukku,
 seperti aku melihat cahaya yang penuh cinta itu berpendar dari kedua bola 
matamu saat memandang Meisha……"
   
Disurat yang kesekian, 
  "…….Aku bersumpah, akan membuatmu jatuh cinta padaku. Aku telah berubah, 
Mario.   
Engkau lihat kan, aku tidak lagi marah2 padamu, aku tidak lagi suka membanting2 
barang dan berteriak jika emosi.
 Aku belajar masak, dan selalu kubuatkan masakan yang engkau sukai. Aku tidak 
lagi boros, dan selalau menabung.
 Aku tidak lagi suka bertengkar dengan ibumu. Aku selalu tersenyum menyambutmu 
pulang kerumah.
 Dan aku selalu meneleponmu, untuk menanyakan sudahkah kekasih hatiku makan 
siang ini?
 Aku merawatmu jika engkau sakit, aku tidak kesal saat engkau tidak mau aku 
suapi, aku menungguimu sampai tertidur disamping tempat tidurmu, dirumah sakit 
saat engkau dirawat, karena penyakit pencernaanmu yang selalu bermasalah…….
 Meskipun belum terbit juga, sinar cinta itu dari matamu, aku akan tetap 
berusaha dan menantinya…….."
   
Meisha menghapus air mata yang terus mengalir dari kedua mata indahnya… 
dipeluknya Jelita yang tersedu-sedu disampingnya.
 
 Disurat terakhir, pagi ini…
   
"…………..Hari ini adalah hari ulang tahun pernikahan kami yang ke-9.
 Tahun lalu engkau tidak pulang kerumah, tapi tahun ini aku akan memaksamu 
pulang, karena hari ini aku akan masak, masakan yang paling enak sedunia.
 Kemarin aku belajar membuatnya dirumah Bude Tati, sampai kehujanan dan basah 
kuyup, karena waktu pulang hujannya deras sekali, dan aku hanya mengendarai 
motor. Saat aku tiba dirumah kemarin malam, aku melihat sinar kekhawatiran 
dimatamu.
 Engkau memelukku, dan menyuruhku segera ganti baju supaya tidak sakit.  
  
Tahukah engkau suamiku, Selama hampir 15 tahun aku mengenalmu, 6 tahun kita 
pacaran, dan hampir 9 tahun kita menikah,
 baru kali ini aku melihat sinar kekhawatiran itu dari matamu, inikah tanda2 
cinta mulai bersemi dihatimu ?………"
   
Jelita menatap Meisha, dan bercerita…  
" Siang itu Mama menjemputku dengan motornya, dari jauh aku melihat keceriaan 
diwajah mama, dia terus melambai-lambaikan tangannya kepadaku.
 Aku tidak pernah melihat wajah yang sangat bersinar dari mama seperti siang 
itu, dia begitu cantik.
 Meskipun dulu sering marah2 kepadaku, tapi aku selalu menyayanginya.  
  
Mama memarkir motornya diseberang jalan, Ketika mama menyeberang jalan, tiba2 
mobil itu lewat dari tikungan dengan kecepatan tinggi…… 
  aku tidak sanggup melihatnya terlontar, Tante….. aku melihatnya masih 
memandangku sebelum dia tidak lagi bergerak……"
 Jelita memeluk Meisha dan terisak-isak.   
Bocah cantik ini masih terlalu kecil untuk merasakan sakit di hatinya, tapi dia 
sangat dewasa.
   
Meisha mengeluarkan selembar kertas yang dia print tadi pagi.
 Mario mengirimkan email lagi kemarin malam, dan tadinya aku ingin Rima 
membacanya.
 
 
 Dear Meisha,   
Selama setahun ini aku mulai merasakan Rima berbeda, dia tidak lagi marah2 dan 
selalu berusaha menyenangkan hatiku.
 Dan tadi, dia pulang dengan tubuh basah kuyup karena kehujanan, aku sangat 
khawatir dan memeluknya.
 Tiba2 aku baru menyadari betapa beruntungnya aku memiliki dia. Hatiku mulai 
bergetar….   
Inikah tanda2 aku mulai mencintainya ? Aku terus berusaha mencintainya seperti 
yang engkau sarankan, Meisha.  

 Dan besok aku akan memberikan surprise untuknya, aku akan membelikan mobil 
mungil untuknya, supaya dia tidak lagi naik motor kemana-mana.
 Bukan karena dia ibu dari anak2ku, tapi karena dia belahan jiwaku….   
Meisha menatap Mario yang tampak semakin ringkih, yang masih terduduk disamping 
nisan Rima.   
Diwajahnya tampak duka yang dalam.   
Semuanya telah terjadi, Mario…..
 Kadang kita baru menyadari mencintai seseorang, ketika seseorang itu telah 
pergi meninggalkan kita.
 
 Jakarta, 7 Januari 2009
 (dedicated to my friend....may you rest in peace...)  
  
DISCLAIMER:
This e-mail and any attachment is intended only for the exclusive and 
confidential use of the addressee(s). If you are not the intended recipient, 
any use, interference with, disclosure or copying of this material is 
unauthorised and prohibited. If you have received this message in error, please 
notify the sender by return e-mail immediately and delete the message from your 
computer without making any copies. Please see 
http://www.ge.com.au/help/email_privacy_policy.html for information about our 
privacy practices.


       

Kirim email ke