Wah....Membaca tulisan ini 
Saya jadi pingin berternak kuda Pak Iqbal....
mohon petunjuk bagi member yang tau seluk beluk ternak kuda...
siapa tau nanti setelah bisa, saya akan mencalonkan diri jadi calon 
presiden.....heheheheh
Bolo Maapu 


--- In gorontalomaju2020@yahoogroups.com, Iqbal <kaizen...@...> wrote:
>
> 
> Berikut satu artikel menarik dari milis dikampung, semoga bisa mengisi waktu 
> luang teman2. Sekedar sharing info tanpa tujuan apapun.
> 
> Salam,
> Iqbal 
> 
> Sent from my iPhone
> 
> Begin forwarded message:
> 
> From: hanies ambarsari <ummha...@...>
> Date: May 22, 2009 11:28:10 AM JST
> To: ppifuku...@yahoogroups.com, muslimahfuku...@yahoogroups.com, 
> fah...@yahoogroups.com, ppi jepang <ppi-jep...@yahoogroups.com>, 
> st...@yahoogroups.com
> Subject: [ppi-jepang] Fw: [mus-lim] KUDA PRABOWO & RUMAH DUNIA
> Reply-To: ppi-jep...@yahoogroups.com
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> --- On Fri, 5/22/09, Alfi Rahman <alfi.rah...@...> wrote:
> 
> From: Alfi Rahman <alfi.rah...@...>
> Subject: [mus-lim] KUDA PRABOWO & RUMAH DUNIA
> To: "Closed mailing list for ISNET members only." <mus-...@...>
> Date: Friday, May 22, 2009, 7:41 AM
> 
> Assalamualaikum,
> 
> KUDA PRABOWO & RUMAH DUNIA
> Oleh: Udo Yamin Majdi
> 
> Hari ini (Rabu, 20 Mei 2009) Kompas.com memberitakan bahwa cawapres Prabowo 
> Subianto mendaftarkan binatang peliharaan kuda berjumlah 84 ekor, yang 
> membuat dia menjadi cawapres terkaya dengan total harta Rp 1,7 triliun. 
> Mantan Panglima Kostrad itu mendaftarkan binatang peliharaan sebagai harta 
> kekayaan karena ternyata harganya melebihi mobil mewah.
> 
> Mobil sedan BMW 750Li saja berharga sekitar Rp 2,5 miliar, atau Mercedes Benz 
> terbaru, seri E300, sekitar Rp 1,3 miliar, sementara tiga kuda milik Prabowo 
> mencapai harga Rp 3 miliar per ekor. "Kuda itu harganya Rp 3 miliar per ekor. 
> Tidak ada orang lain di Indonesia yang punya kuda semahal itu. Bahkan, 
> mungkin termahal di Asia," ungkap Emon, karyawan Nusantara Polo Club saat 
> ditemui Persda Network di Jagorawi Golf and Country Club (JGCC), Bogor, Jawa 
> Barat.
> 
> Tidak ada yang salah dengan berita itu. Namun, serasa ada sembilu yang 
> merobek-robek hati saya, ketika saya teringat dengan  postingan Gola Gong di 
> beberapa milis, terutama milis Rumah Dunia. Dalam postingan itu, Gola Gong 
> minta bantuan sebab ingin memperlebar wilayah Rumah Dunia dengan membeli 
> lahan di samping timurnya seluas 2873 meter persegi. Harga tanah Rp 
> 250.000,-/M2, sehingga dana yang dibutuhkan adalah: 2873 x Rp 250.000,- =  Rp 
>  718.250.000,- (Tujuh Ratus Delapan Belas Juta Dua Ratus Lima Puluh Ribu 
> Rupiah). Sejak pembuatan proposal tanggal 20 April 2009 hingga tanggal 17 Mei 
> 2009, baru terkumpul dana untuk membeli seluas 473 meter persegi.
> 
> Bila Probowo melelang seekor kudanya, lalu hasil jual tersebut dia berikan 
> untuk Rumah Dunia, maka sepertiga uang itu sudah dapat membeli tanah dan dua 
> pertiga lagi untuk membangun fasilitas â€"WC Umum, Kios Seni, Kios Jajanan 
> Kampung, Lapangan Basket Mini, Gedung Kesenian, Panggung Terbuka, Gedung 
> Perpustakaan, dan Kantor Sekretariatâ€" di atasnya. Mungkinkah Prabowo mau 
> melakukannya?
> 
> Sampai unta masuk lubang jarum, kecil kemungkinan Prabowo akan melakukannya.. 
> Mengapa saya pesimis seperti ini? Sebab, saya sudah terlalui sering 
> disuguhkan dengan ironi dan sikap para power elite â€"istilah ini berasal 
> dari C. Wright Mills yang mengatakan bahwa dalam masyarakat ada kelompok 
> penguasa yang menguasai alat-alat produksi dan politik, sedangkan di bawah 
> ada massa yang dikuasai oleh elite ituâ€" kurang berpihak kepada rakyat..
> 
> Probowo dan Gola Gong potret keironian bangsa Indonesia. Probowo sebagai elit 
> memiliki kekayaan melimpah ruah, sedangkan Gola Gong, jangankan untuk membeli 
> tanah seluas 2873 m persegi itu, untuk biaya berobat saja, beliau harus 
> bekerja keras dulu menulis, baru ada uang. Saya tidak menggugat kekayaan 
> Probowo sebagaimana saya tidak mempermasalah kemiskinan Gola Gong. Kaya dan 
> miskin, dua hal yang wajar dan natural. Tidak ada satu ayat pun dalam 
> Al-Quran yang melarang menjadi orang kaya (aghniya). Al-Quran juga tidak 
> menyalahkan kemiskinan; kesenjangan natural atau kesenjangan alamiah, 
> Al-Quran menyebutnya dengan istilah adh-dhu'afa. Dalam Al-Quran disebutkan 
> bahwa Allah melebihkan seseorang di atas yang lain (baca: QS. Al-An'am [6]: 
> 165). Dan Islam memberikan solusi hubungan antara orang kaya dan miskin 
> harmonis, dengan cara zakat, shadaqah, dan infaq bagi orang kaya dan menahan 
> diri dari minta-minta bagi orang miskin.
> 
> Yang menjadi masalah adalah ketidakadilan. Mengapa tidak adil? Betapa tidak, 
> 80% kekayaan di muka bumi ini berputar hanya pada kalangan konglomerat 
> berjumlah 20%. Begitu juga di Indonesia. Padahal dalam Al-Quran surat 
> At-Taubah [9]:34-35 ada larangan untuk mengedarkan kekayaan hanya di kalangan 
> orang kaya saja. Terjadilah apa yang tersebut dalam lirik lagu Rhoma Irama: 
> Yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin miskin. Kemiskinan ini bukan lagi 
> natural lagi, melainkan kemiskinan yang disengaja, atau kesenjangan 
> struktural. Dalam Al-Quran menyebutnya dengan istilah mustadh'afin (orang 
> tertindas).
> 
> Mereka miskin, bukan karena perbedaan pengetahuan, motivasi, keterampilan, 
> lokasi, dan mementum, melainkan mereka secara sengaja "dimiskinkan" atau 
> dibiarkan tetap miskin oleh sebuah sistim dan kebijakan. Mereka bukan tidak 
> mau meningkatkan tarap hidup, melainkan mereka secara sistimatis tidak diberi 
> peluang oleh pemerintah untuk melakukannya. Bantuan, kemudahan, dan peluang 
> itu tidak berpihak kepada mereka. 
> 
> Dan Gola Gong termasuk diantara mereka itu. Dalam bukunya, MENGGENGGAM DUNIA: 
> Bukuku, Hatiku (Dar Mizan, 2006), Gola Gong menceritakan bahwa beliau sejak 
> kecil bercita-cita menjadi guru seperti kedua orang tuanya, namun kandas 
> gara-gara rezim Soeharto banyak membuat peraturan yang mendiskriditkan orang 
> cacat. Karena tangan kiri beliau diamputasi hingga siku, Gola Gong tidak 
> diberi kesempatan menjadi guru, dan akhirnya menjadi penulis. Dalam Pengantar 
> Penulis di buku itu, Gola Gong menuturkan:
> 
> "Aku menjadi penulis karena perlakukan diskriminasi dari pemerintah, karena 
> tubuhku cacat. Menulislah, satu jenis pekerjaan, yang tidak pernah meminta 
> persyaratan tentang seseorang harus tidak cacat atau cacat" (hal. 16).
> 
> Dan power elite --dalam konteks Indonesia, elite politik dan elite bisnis-- 
> bertanggungjawab atas terjadinya kesenjangan struktural itu. Konon, sejak 
> zaman Yunani kuno hingga kini yang sering menguasai negara adalah militer 
> dan/atau orang kaya. Sampai Allah mengabadikan kisah (baca QS. Al-Baqarah 
> [2]: 246-252) pengangkatan Thalut sebagai pemimpin, terjadilah dialog antara 
> pemuka Bani Israil dengan nabi mereka.
> 
> Nabi mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya Allah telah mengangkat 
> Thalut menjadi rajamu". Mereka menjawab: "Bagaimana Thalut memerintah kami, 
> padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya sedang 
> diapun tidak diberi kekayaan yang cukup banyak" Nabi (mereka) berkata: 
> "Sesungguhnya Allah telah memilihnya menjadi rajamu dan menganugerahinya ilmu 
> yang luas dan tubuh yang perkasa". Allah memberikan pemerintahan kepada siapa 
> yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui. 
> (QS. Al-Baqarah [2]: 247)
> 
> Sekarang kita perhatikan, siapakah capres dan cawapres Pemilu 2009? Bukankah 
> mereka adalah orang-orang kaya, sehingga KPK perlu memeriksa "kekayaan", 
> bukan "harta" mereka? Sayangnya, KPK hanya mengklarifikasi jumlah kekayaan, 
> asal muasal kekayaan. Coba, kalau KPK memakai pertanyaan Allah di akhirat 
> nanti, sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadis: Tidak bergeser kedua kaki 
> anak Adam pada hari kiamat sebelum ditanya empat perkara; 1) tentang umurnya 
> digunakan untuk apa, 2) tentang masa muda dihabiskan untuk apa, 3) TENTANG 
> HARTA DARI MANA IA DAPATKAN DAN UNTUK APA IA GUNAKAN; dan 4) tentang ilmu 
> sudahkah diamalkan." (HR. Tirmidzi).
> 
> Cobalah KPK bertanya kepada para capres dan cawapres itu: untuk apa kekayaan 
> Anda selama ini? Mungkin diantara mereka ada yang kebingungan, sebab kalau 
> mereka jujur mereka akan malu, dengan jawaban ini: "Saya pergunakan untuk 
> kampanye, meraih kekuasaan dan kalau udah berkuasa, saya pakai untuk 
> mempertahankan kekuasaan!" Sudah menjadi rahasia umum para politisi itu 
> jor-joran mengeluarkan uang untuk kampanye, misalnya hanya beberapa menit di 
> televisi tapi menghabiskan ratusan juta. Bahkan, sebelum Pileg yang lalu, ada 
> politisi mengeluarkan uang satu milyar hanya untuk kampanye 15 menit di 
> sebuah tempat. Luar biasa bukan?
> 
> Mengapa mereka berani mengeluarkan uang sebanyak itu? Silahkan Anda tanya 
> langsung kepada mereka! Yang pasti, saya bisa memahami mengapa mereka tidak 
> mau membantu program seperti yang dilakukan oleh Gola Gong, sebab secara 
> politis dan bisnis, membantu Rumah dunia tidak menguntungkan. Berbeda dengan 
> membantu ormas yang memiliki massa banyak. Hanya orang yang murni berbuat 
> baik, yang bisa membantu Rumah Dunia. Sebab, mereka sadar betul dengan firman 
> Allah ini:
> 
> "Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu 
> menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu 
> nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya." (QS. Ali Imran [3]: 92)
> 
> Siapkah Probowo menginfaqkan satu kuda saja dari 84 kuda yang dia cintai itu 
> untuk Rumah Dunia? Siapkah capres dan cawapres lainnya itu melakukan hal yang 
> sama? Jika tidak, jangan salahkan saya --mungkin juga jutaan rakyat 
> Indonesia-- bila saya mengalami --apa yang disebut oleh almarhum 
> Kuntowijoyo-- legitimation crisis, yaitu hilangnya kepercayaan bahwa kaum 
> elite akan mengurusi massa. Jangan salahkan pula, jika kami berpikir bahwa 
> ada persekongkolan antara elite politik dan elite bisnis untuk menguasai 
> rakyat. Sekali lagi jangan salahkan saya, bila saya tidak percaya lagi dengan 
> sila ke-5 Pancasila: :Keadilan bagi SELURUH rakyat Indonesia. Dan mohon ma'af 
> bila saya berubah pikiran, tadinya saya tidak setuju dengan Golput, akan 
> Golput manakala calon pemimpin itu tidak berpihak pada rakyat miskin. 
> 
> Dan yang lebih membuat hati saya terluka adalah setelah LAZ berhasil 
> menyejahtrakan sebagian rakyat miskin, tiba-tiba terdengar berita bahwa 
> pemerintah akan membuat undang-undang berisikan bahwa hanya pemerintah saja 
> yang mengurus zakat, sedangkan masyarakat tidak boleh mengelolanya. Lucu 
> bukan, mereka alergi dengan syari'at Islam dan sering mengatakan urusan agama 
> adalah privacy, namun giliran tentang pengelola zakat dan haji mereka begitu 
> bersemangat bahwa itu tugas mereka? Dan di manakah nurani kita, jika kita 
> lebih mendahulukan membeli binatang seharga 3 milyar dibandingkan membantu 
> orang-orang yang dengan tulus untuk membantu mencerdaskan bangsa lewat dunia 
> kepenulisan dan perbukuan? Nah, menurut Anda, penting manakah antara Kuda 
> Prabowo dengan Rumah Dunia? 
> 
> Wallahu a'lam.
> 
> Tafahna El-Asyraf Mesir, 20 Mei 2009
> 
> ===========================
> Tulisan ini saya buat tanpa bermaksud mencemarkan nama seseorang atau 
> memprovokasi orang lain untuk membenci pemerintah atau ajakan Golput, 
> melainkan saya tulis sebagai "curhat" sekaligus renungan bersama untuk 
> memperbaiki bangsa Indonesia dengan cara apapun, tidak hanya lewat politik. 
> Dan salah satu caranya adalah membantu orang-orang yang ingin mencerdaskan 
> bangsa seperti yang dilakukan oleh Gola Gong dengan Rumah Dunianya. Bagi 
> siapa saja yang merasa tertarik membantu Rumah Dunia, silahkan KLIK DI SINI!
> 
> =======================================
> 
> WORD SMART CENTER adalah sebuah komunitas --online, offline, dan onair-- 
> tempat belajar mengasah kecerdasan dalam berbahasa  baik berbicara, 
> mendengar, membaca, dan menulis dan bercita-cita membangun Indonesia Cerdas; 
> Indonesia Mandiri; dan Indonesia Kreatif. 
> 
> Bagi siapa saja berminat belajar mengasah kecerdasan berbahasa dan menjadi 
> bagian dari pecinta buku, silahkan bergabung di milis 
> wordsmartcen...@yahoogroups.com, atau kirim e-mail ke wordsmartcen...@..., 
> nanti kami invite.
> 
> -- 
> Alfi Rahman
> 
> -----Inline Attachment Follows-----
> 
> _______________________________________________
> Mus-lim mailing list
> mus-...@...
> http://milis.isnet.org/cgi-bin/mailman/listinfo/mus-lim
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
> 
> 
> Messages in this topic (1) Reply (via web post) | Start a new topic
> Messages | Files | Photos | Links | Database |
>


Kirim email ke