Berikut jawaban terhadap opini yang mengaitkan waktu terjadinya gempa di padang 
dengan ayat2 alquran..
Semoga bermanfaat..

Salam,
Iqbal

Sent from my iPhone

Begin forwarded message:

From: hanies ambarsari <ummha...@yahoo.com>
Date: October 9, 2009 5:35:34 PM JST
To: ppifuku...@yahoogroups.com, muslimahfuku...@yahoogroups.com, ppi jepang 
<ppi-jep...@yahoogroups.com>, fah...@yahoogroups.com, st...@yahoogroups.com, 
mus-...@server03.abangadek.com
Subject: [ppi-jepang] Fw: [kmii-jepang] Jawaban ust.Ahmad Sarwat ttg gempa dan 
no.surat
Reply-To: ppi-jep...@yahoogroups.com




--- On Fri, 10/9/09, syaikhul muqorrobin <dzikrulmaut...@yahoo.com> wrote:

From: syaikhul muqorrobin <dzikrulmaut...@yahoo.com>
Subject: [kmii-jepang] Jawaban ust.Ahmad Sarwat ttg gempa dan no.surat
To: 
Date: Friday, October 9, 2009, 1:12 PM

  

Assalamualaykum. ..

Mantep dah ust Ahmad Sarwat...
gaya bahasanya menarik...
star trek sama x-files sampe dibawa-bawa. ...hihihihihi

jawabannya lumayan panjang.... mungkin al-ustadz juga merasa risih dengan sms2 
"klenik" yg masuk ke hpnya.. :)

barakallahu fiik, ustadz..

[penebalan dan garis bawah dari saya]

------------ --------- --------- --------- --------- --------- -

http://warnaislam. com/syariah/ thaharah/ 2009/10/9/ 29880/Jam_ Gempa_dan_ 
Nomor_Ayat_ Quran_Kok_ Tidak_Cocok. htm

Pertanyaan
Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Mohon pencerahan dari ustadz tentang ramainya SMS tentang kecocokan
antara jam terjadinya gempa dengan nomor ayat Quran yang kelihatan ada
keterkaitannya. Pertanyaannya : apakah hal ini bisa diterima atau hanya
kebetulan saja. Dan bolehkah kita mempercayai hal-hal seperti ini?
Terima kasih atas jawabannya.
Wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Jawaban
Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Kita harus mendoakan para korban dan keluarganya agar tabah
menjalani cobaan dari Allah. Kita juga harus mengambil banyak pelajaran
dari musibah gempa di Padang dan Sumatera umumnya. Pasti ada banyak
hikmah di balik peristiwa itu. Kita yakin bahwa tiap kejadian pasti
tidak lepas dari qadha' dan qadar dari Allah SWT.

Tapi mengait-ngaitkan jam kejadian gempa dengan nomor dan ayat
Quran, rasanya aneh. Saya memang berkali-kali menerima pertanyaan
serupa, baik lewat SMS, email, atau pun pertanyaan langsung.

Jawaban singkatnya hal itu tidak benar dan tidak ada hubungannya.
Hanya orang yang kurang wawasan dan pengetahuan dengan ilmu-ilmu
Al-Quran yang mudah terjebak dengan otak-atik angka ayat dan surat di
Quran.

Mengapa saya katakan demikian?
Sederhana saja, karena ternyata penomoran surat dan ayat di Al-Quran
bukan ditetapkan langsung dari langit, alias bukan atas ketetapan dari
Allah. Penomoran itu dilakukan oleh manusia, tentu para ulama Quran.
Tetapi yang jelas kalau penomoran itu dilakukan manusia, maka
nomor-nomor kode surat dan ayat itu buan termasuk wahyu dari Allah.
Sebagaimana perbedaan penulisan teks Al-Quran di sekian banyak mushaf
yang pasti berbeda jumlah halamannya. Jadi bukan firman Allah.

Lafadz Al-Quran itu memang dari Allah, tetapi penomoran surat dan
ayat hanya buatan manusia, meski tetap berdasarkan petunjuk dari
Rasulullah SAW. Tetapi penomoran itu tidak baku, sangat mungkin berbeda
dan bervariasi.

Jadi sangat tidak relevan kalau dikaitkan dengan jam kejadian Gempa di
Padang yang katanya terjadi jam 17.16. Kebetulan saja kalau kita buka
Al-Quran pada surat yang ke-17 ayat ke-16, kita akan dapati
terjemahannya sbb):

“Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami
perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya
mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu,
maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami),
kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.”

Oleh mereka yang kurang paham, ayat yang bercerita tentang penghancuran
suatu negeri ini ternyata dikait-kaitkan dengan gempa di Padang. Hanya
lantaran nomor ayat dan suratnya cocok dengan jam kejadiannya, yaitu
jam 17:16. Hmm, kok lucu ya? Kok bisa-bisanya nomor ayat dikait-kaitkan
dengan jam kejadian gempa?

Kemudian, terjadi ladi gempa susulan di tempat yang sama. Konon katanya
terjadi pada jam 17.58. Kalau kita buka surat ke-17, Al Israa’ ayat 58,
kita akan menemukan terjemahanannya sbb :

“Tak ada suatu negeri pun (yang durhaka penduduknya) , melainkan Kami
membinasakannya sebelum hari kiamat atau Kami azab (penduduknya) dengan
azab yang sangat keras. Yang demikian itu telah tertulis di dalam kitab
(Lauh Mahfuz).”

Wah, kok kayak kebetulan ya, kok ngepas sekali ayat itu dengan jam
kejadian gempa susulan? Kira-kira begitu kita diajak berpikir. Apalagi
masih ditambah dengan info yang berikutnya :

Yang tambah bikin penasaran, esoknya terjadi gempa lain, kali ini di di
Jambi. Konon kejadiannya pada pukul 8.52. Surat ke-8 itu adalah Surat
Al Anfaa. Kalau kita buka ayat nomor 52, terjemahannya sbb :

“(Keadaan mereka) serupa dengan keadaan Fir’aun dan
pengikut-pengikutny a serta orang-orang sebelumnya. Mereka mengingkari
ayat-ayat Allah, maka Allah menyiksa mereka disebabkan disebabkan
dosa-dosanya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Amat Keras siksaan-Nya.”

Tidak Nyambung

Jawaban saya tetap bahwa intinya hal itu tidak benar. Malahan sangat
tidak benar Kenapa? Ada banyak ketidak-sesuaian dan ketidak-sambungan
logika meski terasa sangat dipaksakan.

Bukti sederhana ketida-nyambungnya adalah ketika kita bandingakn
dengan sejarah gempa lain di negeri kita. Ambillah contoh gempa di
Yogya 27 Mei 2006 yang terjadi jam 05.55 pagi. Coba buka ayat Quran
surat ke-5 (Al-Maidah) ayat 55, apa isinya?
إِنَّمَا
وَلِيُّكُمُ اللّهُ وَرَسُولُهُ وَالَّذِينَ آمَنُواْ الَّذِينَ
يُقِيمُونَ الصَّلاَةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَهُمْ رَاكِعُونَ
Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan
orang-orang yang beriman, yang mendirikan salat dan menunaikan zakat,
seraya mereka tunduk (kepada Allah).

Tidak nyambung kan? Tidak ada kaitannya dengan gempa-gempaan atau
musibah atau hal-hal sejenis. Alih-alih bicara gempa, ayat di atas
malah bicara tentang sistem kepemimpinan. Mana gempanya? 

Kita buktikan lagi dengan Gempa dan Tsunami di Aceh yang terjadi
pada 26 Desember 2004. Dalam catatan kejadiannya tepat pada pukul 7:58.
Coba buka surat ketujuh yaitu Al-A'raf ayat 58, apa isinya?
وَالْبَلَدُ
الطَّيِّبُ يَخْرُجُ نَبَاتُهُ بِإِذْنِ رَبِّهِ وَالَّذِي خَبُثَ لاَ
يَخْرُجُ إِلاَّ نَكِدًا كَذَلِكَ نُصَرِّفُ الآيَاتِ لِقَوْمٍ يَشْكُرُونَ
Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan
seizin Allah; dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya
tumbuh merana. Demikianlah Kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami)
bagi orang-orang yang bersyukur.

Sekali lagi, mana gempanya? Mana mushibahnya? Mana adzabnya? Nggak
ada tuh. Ayat ini sama sekali tidak menyebut-nyebut gempa atau
mushibah. Jadi memang tidak ada kaitannya.

Ada begitu banyak ketidak-sesuaian, ketidak-sambungan, dan juga
pemaksaan atas sebuah logika yang tidak nyambung. Apalagi kalau kita
mau telaah lebih dalam lagi, maka akan semakin tidak nyambung.
Coba kita lihat fakta-fakta berikut ini :

Pertama : Al-Quran Tidak Mengenal Penghitungan Jam

Sistem penghitungan waktu yang dikenal Al-Quran hanya penghitungan hari, bulan 
dan tahun. Misalnya :
Al-Quran menyebut hari Jumat (QS. Al-Jumuah : 9), hari Sabtu (QS. Al-Baqarah : 
65)Al-Quran menyebut nama bulan Ramadhan (QS. Al-Baqarah : 185).Quran juga 
menyebut lama waktu dengan hitungan bulan, seperti pada penangguhan orang yang 
meng-ila' istrinya, yaitu selama 4 bulan, sebagaimana disebutkan dalam 
Al-Baqarah : 226.Juga masa 'iddah wanita yang ditinggal mati suaminya, yaitu 
selama 4 bulan 10 hari, sebgaimana disebutkan dalam Al-Baqarah : 234). 
Sedangkan yang sudah menopuse masanya adalah 3 bulan, seperti disebutkan dalam 
At-Thalaq ayat 4.Demikian hukuman diyat salah satunya berpuasa 2 bulan 
berturut-turut sebagaimana disebutkan dalam Al-Nisa' ayat 92.Menyusui dan 
menyapih bayi selama 30 bulan, sebagaimana disebutkan dalam surat Al-Ahqaf ayat 
15.Malam Qadar itu lebih baik dari 1.000 bulan (Qs. Al-Qadr : 3)Al-Quran 
bercerita tentang orang yang ingin diberi umur 1.000 tahun (QS. Al-Baqarah : 
96)Masa penyusuan anak idealnya 2 tahun (QS. Al-Baqarah :
233)Orang yang hampir meninggal berwasiat untuk memberi nafkah kepada istri 
untuk 1 tahun lamanya (QS. Al-Baqarah : 240)Allah mematikan orang selama 100 
tahun kemudian menghidupkannya (QS. Al-Baqarah : 259)Allah menyesatkan orang 
yahudi sehingga berputar-putar kebingungan di muka bumi selama 40 tahun (QS. 
Al-Maidah : 26)Nabi Yusuf menyarankan untuk bertanam selama 7 tahun karena akan 
datang masa paceklik selama 7 tahun (QS. Yusuf : 47-48)Ashhabbul Kahfi 
ditidurkan selama 300 tahun plus 9 tahun (QS. AL-Kahfi : 25)Usia Nabi Muh 
alaihissalam adalah 1.000 tahun kurang 50 tahun (QS. Al-Ankabut : 14)Sehari di 
sisi Allah seperti 1.000 tahun dalam perhitungan kita (QS. As-Sajdah : 
5)Malaikat-malaikat dan Jibril naik  kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya 
50.000 tahun. (QS. Al-Ma'arij :4)

Tapi tidak pernah sekali pun Al-Quran menyebut-nyebut ukuran waktu dengan 
format jam. Kenapa?
Mudah saya, karena sistem penghitungan waktu dengan jam yang kita
gunakan saat ini, hanya buatan manusia. Berlakunya hanya berlaku di
zaman kita ini saja. 

Pada saat Al-Quran diturunkan 14 abad yang lalu, manusia belum mengenal
pembagian waktu yang sehari 24 jam. Di satu sisi, Al-Quran adalah kitab
yang abadi, sementara penggunaan sistem waktu dan jam akan selalu
berubah. Bagaimana mungkin Al-Quran menyimpan pesan yang hanya
dikhususkan untuk satu zaman saja?

Di masa mendatang boleh jadi kita akan meninggalkan sistem penghitugan
jam yang sekarang ini dengan sitem yang lain. Kalau sehari sekarang ini
kita hitung menjadi 24 jam, boleh jadi kapan-kapan kita buat menjadi
100 jam dengan ukuran sama yaitu sehari semalam.

Atau boleh jadi kita akan menggunakan sistem jam bintang
(baca:stardate) seperti yang diperkenalkan dalam serial film StarTrek.
Kalau pakai stardate, gempa di Padang yang jam 17:16 itu adalah
-313252.8234398783. Masih minus karena stardate baru akan dimulai pada
1 Januari tahun 2323.

Lalu siapa yang menetapkan bahwa satu hari terdiri dari 24 jam, 1 jam
terdiri dari 60 menit, dan 1 menit terdiri dari 60 detik? Yang pasti
ketentuan itu tidak datang dari langit sebagai wahyu. Konon besaran itu
diambil dari peradaban Babylonia yang mengenal sistem penghitungan
sexagesimal yang berbasis angka (60). Sedangkan istilah `jam` konon
sudah digunakan oleh peradaban Mesir kuno sebagai 1/24 dari mean
matahari. 

Yang jadi pertanyaan, apakah Al-Quran mengakui hitungan-hitungan itu
lalu menyelipkan informasi di sela-sela nomor ayat? Kok jadi mirip film
X-files?

Kedua : Jam Kita Adalah Jam Politis

Selain Al-Quran tidak mengenal penghitungan waktu dengan jam, pada
dasarnya sistem jam yang kita gunakan ini bersifat politis. Gempa di
Padang itu hanya dianggap terjadi pada jam 17:16 kalau menurut hitungan
waktu Indonesia Bagian Barat. Karena Padang itu terdapat di wilayah
NKRI.

Tapi seandainya -ini hanya seandainya- kota Padang itu bukan bagian
dari Negara Indonesia, tentu gempa tidak terjadi pada jam 17:16, tetapi
bisa saja malah jam 18:16 atau jam 16:16. Semua tergantung kebijakan
pemerintahannya.

Kok gitu?

Ya memang begitu. Mari kita buat pengandaian. Seandainya kota Padang
itu bagian dari Singapura, maka kejadian gempa itu pastinya bukan jam
17:16, tetapi jam 18:16. Sebab meski letaknya lebih di Barat dari
Jakarta, tapi secara kebijakan Pemerintah Singapura menetapkan jam
mereka lebih dulu dari Indonesia. Kalau Jakarta atau WIB itu GMT+7,
ternyata Singapura malah GMT+8. 

Padahal posisi Singapura lebih ke Barat dibandingkan Jakarta.
Seharusnya Jakarta lebih dulu dari Singapura. Tapi sekali lagi karena
ini hanya urusan politis dua negara yang beda pemerintahan, maka
akhirnya Singapura yang lebih dekat ke kota Padang malah punya jam yang
lebih dulu dari jam Jakarta.

Jadi angka 17:16 yang katanya merupakan surat ke-17 ayat ke-16, kalau
dikait-kaitkan dengan jam kejadian gempa Padang, tentu 100% dusta,
hanyalah ilusi, hayal, dan tidak tepat. Kenapa? Karena penetapan
hitungan jam itu bersifat nisbi.

Salah satu bukti bahwa penetapan jam itu semata-mata politis adalah
kalau kita berada di negeri sub-tropis. Setiap ganti musim baik dari
musim panas ke musim dingin atau sebaliknya, pemerintah punya kebijakan
untuk mengubah atau melompat jam secara massal. Yang tadinya jam 07.00
pagi, secara massal di bawah perintah penguasa, rakyat diminta mengubah
jamnya jadi jam 08.00. Heboh kan?

Konon sejarah gonta-ganti jam ini belum lama. Awalnya dimulai pada saat
krisis minyak pada tahun 1970-an. Waktu krisis minyak tersebut, harga
minyak menjadi berlipat ganda dan minyak pun menjadi barang langka.
Berhubung minyak diperlukan untuk seluruh industri dan berbagai
keperluan sehari-hari lainnya, pemerintah Swiss (dan beberapa negara
Eropa lainnya, kalau nggak salah) memutuskan memajukan satu jam.

Dengan cara itu berarti negara ini menghemat satu jam pemakaian minyak,
lantaran satu jam dianggap hilang. Jadi kalau ditetapkan pada tanggal
sekian waktu dimajukan satu jam pada jam 12 malam, pada waktu jam
menunjukkan 24.00, semua jam dimajukan menjadi jam 01.00. Ini artinya
waktu antara 24.00-01.00 tidak eksis alias hilang. 

Tapi kemudian `hilang`-nya waktu ini pun diganti pada waktu pergantian
jam di musim dingin, dengan diundurnya waktu selama satu jam. Artinya
kalau tanggal X harus ganti waktu musim dingin pada jam 12 malam,
sewaktu jam menunjukkan pukul 24.00, seluruh jam d



      

Kirim email ke