mudah-mudahan nggak ada yang mengernyitkan kening membaca tentang hal ini , berdasar pengamatan saya selama kunjungan ke gorontalo yang segera akan berakhir .
saya prihatrin melihat hotel asia (dekat vihara/toa pi kong/klenteng gorontalo) yang telah ditutup karena kedapatan ada pasangan yang tidak sah dan kemudian dicap sebagai sarang prostitusi . mulia sekali tujuan dari walikota kita dan betapa moralisnya beliau sekarang . dari apa yang saya dengar dari pengelola hotel lainnya , bahwa yang datang menggrebeg adalah satpol (satuan polisi pura-pura) yang datang tanpa aturan dan tata krama , bahkan tidak membawa surat penggeledahan dan main panjat pagar . karena ceritanya mau memergoki pasangan-pasangan tidak sah . salah satu hotel kelas melati , di salah satu kamar dihuni suami isteri bule , sang isteri sedang mandi sementara sang suami berbaring di ranjang . karena ada keributan diluar , mereka jadi panik , ke luar kamar dengan pakaian seadanya . nah anda dapat membayangkan apa jadinya , pingin memalukan orang dengan cara yang memalukan pula . kalau cara seperti ini yang ditempuh , walikota lupa kalau di quality hotel , 'mongobua he potali lingoliyo' . jadi kalau kita butuh wanita penghibur , pihak hotel (ntar salah 'quote' ) menyiapkan dan ada nomor germonya atau mama san .(ada yang butuh nggak ? kali-kali kalau keadaan darurat dan butuh wanita penghibur). kenapa sih kita tidak bisa menutup mata dan dengan cara yang anggun memberantas hal-hal seperti ini dan bukan dengan cara sradag-srudug nggak karuan mengrebeg sana sini dan akibatnya akan sangat merugikan pariwisata gorontalo yang hari ini masih jalan ditempat . jalan ditempat karena yang mengepalai diparsbud mantan kepala p.u. yang tidak mengerti dan tidak mmau belajar bagaimana pariwisata dapat menciptakan lapangan kerja bagi demikian banyak mulut dan perut yang terlibat di dalamnya ? yang juga salah kaprah , hotel dan penginapan kecil yang selalu kena sementara hotel besar malah dilegalkan atau dihalalkan karena memiliki 'backing' atau menyangkut penghasilan germonya dan pihak hotel yang terlibat .dan jumlah uang semirnya gede . sayang kalau kita hanya bergaya sok moralis , sementarta pariwisata kita di gorontalo masih jalan di tempat , jadi kita membayar gaji petinggi pariwisata cuma-cuma dan kalau ada mereka yang ke jakarta , urusan bukannya menjalin kerjasama dengan diparsbud pusat malah sibuk ke manggadua dan tanah abang . bolo ma'apu jua , ati olo doi lo rakyati . tot