ada sama saya...kebetulan saya ketua pokja HIMBUNGA...nanti saya kirim by e-mail ya pak..
salam yola ________________________________ Dari: Funco Tanipu <funcotan...@gmail.com> Kepada: Gorontalo Maju <gorontalomaju2020@yahoogroups.com> Terkirim: Rab, 19 Mei, 2010 09:54:46 Judul: Re: [GM2020] share advokasi pluralisme : Kota Gorontalo Potensi Konflik Terbuka Thanks infonya. Kira kira dimana naskah publikasinya (laporan riset) bisa didapatkan dimana? Soalnya menarik. Terima Kasih Funco Tanipu ________________________________ From: Yolanda Octavia <yolandaoctavia@ ymail.com> Sender: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com Date: Wed, 19 May 2010 10:46:44 +0800 (SGT) To: <gorontalomaju2020@ yahoogroups. com> ReplyTo: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com Subject: [GM2020] share advokasi pluralisme : Kota Gorontalo Potensi Konflik Terbuka Ass.. hanya sekedar share info, hasil replikasi Kartu Penilaian Masyarakat Sipil untuk mendeteksi potensi konflik di kota gorontalo yg dilakukan sekitar sebulan yg lalu oleh Pokja HIMBUNGA (pelaksana prog. Advokasi Pluralisme untuk Gorontalo Damai) di Kelurahan Biawao,bekerjasama dengan KAPAL Perempuan JKT, NZAID lembaga donor New Zeland dan Mitra Japesda Gtlo, menyimpulkan bahwa kondisi masyarakat yang "di permukaan" tampak adem ayem, ternyata di dalamnya menyimpan potensi konflik terbuka yang besar. dari hasil uji coba kartu dengan metode FGD yg terdiri dari 4 klpk yaitu klpk perempuan, klpk masy pendatang, klpk penduduk asli, dan klpk tokoh (masy&agama), menggambarkan bahwa konflik laten yang ada di kelurahan ini akibat penguatan identitas dari kelompok penduduk asli yang di sebabkan oleh tingginya perbedaan penghasilan antara penduduk asli dan pend. pendatang (tionghoa), meski secara kasat mata mereka kelihata rukun. kesenjangan ekonomi antara penduduk asli dan pendatangan dirasakan "sangat" jauh berbeda, hingga penguatan identitas ke-gorontalo- an pun membatasi, bahwa yang disebut orang gorontalo asli adalah "yang lahir, besar, tinggal, kedua orang tua juga asli gorontalo dan ISLAM" (versi masy. dr klpk penduduk asli di ke 3 kelurahan yg telah di lakukan uji coba kartu). hal serupa pernah dilakukan di Kelurahan Tenda (alasan;heterogen, multi etnis) dan kelurahan Limba B (alasan;lbh homogen,kelurahan dgn 3 skolah islam) pada Tahun 2009, dan hasil yang peroleh juga menggambarkan bahwa memang sejak Gorontalo terpisah dengan sulawesi Utara, penguatan Identitas Keislaman yang di kembali berhasil di "pegang" semakin menunjukkan jati diri "keislaman" Gorontalo yang sebnarnya. pokok2 yang di nilai pd kartu tersebut adalah; mengukur jarak sosial, mengukur potensi konflik terbuka yg disebabkan oleh suku, agama, suku/agama, mengukur penguatan identitas, kebijakan pemerintah yang mendiskriminasi satu pihak (pendatang atau perempuan). untuk hasil lengkapnya nanti diposting jika ada yang berminat...ini hanya gambaran umum saja, atau sekedar informasi... untuk warning buat kita smua... thank's untuk kesediaan membacanya salam yola