Setuju, tapi Initial jo karena harus menjunjung azas praduga tidak bersalah

☺ ☺ ☺ ☺ ☺


-----Original Message-----
From: "Agus Lahinta" <lahi...@gmail.com>
Sender: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Date: Fri, 21 May 2010 02:16:46 
To: <gorontalomaju2020@yahoogroups.com>
Reply-To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Subject: Re: Bls: [GM2020] Alexander Randy Angianto, Lulusan Termuda UGM


Sebutkan nama² itu Pak Putra biar tidak jadi Fitnah...

Silahkan...

 
Salam,

Agus Lahinta

-----Original Message-----
From: Putra Gorontalo <gorontalo.pu...@yahoo.com>
Sender: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Date: Fri, 21 May 2010 09:53:48 
To: <gorontalomaju2020@yahoogroups.com>
Reply-To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Subject: Re: Bls: [GM2020] Alexander Randy Angianto, Lulusan Termuda UGM

Kalo di Gtlo malah ada yg lebih cepat lagi menjadi sarjana dan master. Bahkan 
stelah itu bisa menjadi pejabat tinggi.
Di Gtlo S1 dan S2 paling cepat 3 dan 4 hari saja. Hari pertama utk pendaftaran 
dan pembayaran, hari kedua utk kuliah, hari ketiga utk  ujian dilanjutkan dgn 
acara mencari jas utk wisuda dan hari keempat utk wisuda digedung SMP 8 atau 
hotel Quality. Kemudian minggu dpnnya terima ijasah. Kemudian bulan dpnnya 
langsung mendapat promo kenaikan jabatan dan pangkat. Dan ada juga yg  menjadi 
pemimpin dan anggota dewan.

salam
PG

On Wed May 19th, 2010 4:40 PM EDT Yayu Arifin wrote:

>Two thumbs UP, 
>
>meskipun was was juga, saya pernah ketemu dokter muda dalam perjalan dari 
>jakarta bandung kira-kira 6 tahun lalu. Dokter tsb pernah cerita ttg 
>kecerobohannya yang mengakibatkan meninggalnya seorang pasien. Tentunya 
>keluarga almarhumah (anak perempuan umur 6 tahunan) tidak tahu. Saya harap 
>dengan lulus cepat, tidak membuat dia lupa teknik 2 yang harus di lakukan. 
>Sehingga kejadian diatas tidak terulang. 
>
>Di jerman saya ketemu bbrp calon dokter indonesia dan ceritanya lain, studi 
>kedokteran disini agak lama. In Germany it takes 6 years to complete 
>human medicine
>            under the German State Examination system (Staatsexamen ). 
>In reality it can
>            take 7-8 years. The admission for human medicine studies in 
>Germany is
>            restricted,  the so-called numerus
>            clausus. 
> (http://www.medknowledge.de/germany/study/students_medicine_germany.htm)
>
>Begitu juga jadi Guru, semuanya di percepat, akibatnya murid 2 nggak lulus 
>UAN. 
>
>Begitu juga jadi Insinyur, Akibatnya. Perbaikan jalan terus, gedung 2 sekolah 
>roboh, siswa jadi korban. 
>
>Begitu juga jadi Sarjana dan Sarjani lainnya. 
>
>Itu olo yilowali To jogja, dila tohuladhalo. 
>
>Semoga Pendidikan di Gorontalo menjadi lebih baik paling lambat tahun 2020 
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>  
>
>
>--- Pada Rab, 19/5/10, Agus Lahinta <lahi...@gmail.com> menulis:
>
>Dari: Agus Lahinta <lahi...@gmail.com>
>Judul: [GM2020] Alexander Randy Angianto, Lulusan Termuda UGM
>Kepada: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
>Tanggal: Rabu, 19 Mei, 2010, 10:40 PM
>
>
>Yogya (KU) – Alexander Randy Angianto merupakan salah satu dari 1.516 lulusan 
>yang diwisuda hari ini, Rabu (19/5), di Grha Sabha Pramana UGM. Pria asal Kota 
>Balikpapan ini bukanlah peraih IPK cum laude 4 atau lulus tercepat. Namun, 
>mahasiswa asal Fakultas Kedokteran ini menjadi lulusan sarjana termuda UGM 
>yang diwisuda kali ini. Di usianya yang baru beranjak 19 tahun, tepatnya 19 
>tahun 3 bulan 19 hari, ia telah menyandang gelar dokter muda atau Sarjana 
>Kedokteran (S.Ked.).
>
>Sepintas melihatnya, ia tidak tampak  layaknya anak yang masih berusia remaja. 
>Alex, demikian ia biasa disapa, yang memiliki tinggi badan 187 cm, berkulit 
>putih, dan berkacamata ini tidak menyangka kalau dirinya termasuk lulusan 
>termuda saat wartawan menyambanginya di poliklinik RSUP Dr. Sardjito, tempat 
>dirinya saat ini menempuh pendidikan ko-asistensi.
>
>Anak pertama dari dua bersaudara pasangan Erwin Angianto (50) dan Anastasia 
>Yulianti (46) ini bercerita jika dulu dirinya sudah masuk SD saat berumur lima 
>tahun. Pendidikan di SD Yayasan Bina Bhakti Siswa (YBBS) di Balikpapan 
>ditamatkannya dalam waktu enam tahun. Yang sedikit berbeda justru di bangku 
>SMP dan SMA. Saat itu, ia mengikuti program akselerasi sehingga berhasil lulus 
>satu tahun lebih cepat dari biasa.
>
>Alex mengaku sejak kecil tidak mendapat perlakukan khusus dari orang tuanya. 
>Bahkan, ia mengaku termasuk orang yang tidak begitu memaksakan diri untuk 
>belajar. Alex lebih suka  menghabiskan kesempatan bermain dengan anak 
>seusianya. Ia bahkan tidak suka mengasingkan diri untuk dapat belajar. Alex 
>lebih suka belajar saat mendengarkan gurunya mengajar. Oleh karena itu, ia 
>lebih fokus saat jam-jam pelajaran. “Saya akan lebih mudah menerima pelajaran 
>saat saya banyak mendengarkan,” kata pria kelahiran 30 Januari 1991 ini.
>
>Setelah lulus dari SMAN 1 Balikpapan pada tahun 2006, Alex masuk Fakultas 
>Kedokteran (FK) UGM lewat jalur Penelusuran Bakat Skolastik (PBS) UM UGM. 
>Selama 3,5 tahun, ia merampungkan kuliah dengan IPK 3,56. Ketertarikan untuk 
>memilih pendidikan dokter muncul dari dirinya sendiri. Kendati begitu, sejak 
>kecil, ibunya yang kebetulan juga berprofesi sebagai seorang dokter juga 
>menyarankan dirinya agar kelak menjadi dokter. “Sejak kecil sudah diminta jadi 
>dokter. Saat SMA, ya jadi pingin jadi (dokter) sendiri,” kata Alex yang 
>bercita-cita ingin menjadi dokter spesialis bedah ini.
>
>Selama kuliah, ternyata Alex tidak hanya sibuk dengan urusan studi semata. 
>Dirinya juga aktif di organisasi Asosiasi Mahasiswa Kedokteran Asia (Asia 
>Medical Student). Di organisasi ini, Alex sempat menjabat sebagai Direktur 
>AMCEP (Asia Medical Student Exchange Program). Sebagai direktur, ia pun sempat 
>mewakili mahasiswa FK UGM untuk mengikuti pertemuan di Jepang dan Korea pada 
>tahun 2007 dan 2008. (Humas UGM/Gusti Grehenson)
>
>
>
>Salam,
>
>Agus Lahinta
>
>------------------------------------
>
>Majulah Gorontalo kita!Yahoo! Groups Links
>
>
>
>
>



      

Kirim email ke