Dear All Gm2020

saya sangat tahu sekali di Milist ini ada Deby Mano,Izham,Ochid,dan masih ada 
wartawan dari GP dan Radar yang aktif di Milist ini.

Kenapa Informasi mengenai ALIH HUTAN LINDUNG NANI WARTABONE tidak berani di 
angkat ke Permukaan agar Rakyat Gorontalo Sadar bahwa saat ini Hutannya ke 
depan 
akan di Obok2 untuk kepentingan Segelintir OKNUM.  Kenapa Beritanya di G-POst 
Ol 
hanya lebih banyak memihak kepada Penguasa setempat ?

SIAPA YANG HARUS BERTANGGUNG JAWAB ATAS KEBIJAKAN ALIH FUNGSI TERSEBUT MENJADI 
PERTAMBANGAN ???

SALAM PERJUANGAN


Hutan Jadi Pertambangan
Rabu, 30 Juni 2010 | 04:22 WIBMAKASSAR, KOMPAS - Hutan lindung seluas 14.000 
hektar di kawasan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone dialih fungsi untuk 
pertambangan. Namun, mekanisme pertambangan harus ramah lingkungan agar tidak 
merusak taman nasional.
Hal itu dikatakan Ketua Tim Terpadu Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan 
Provinsi 
Gorontalo Budi Prihanto, Selasa (29/6) di Jakarta, saat dihubungi dari Makassar.
Menurut dia, penambang wajib memiliki desain tentang pengelolaan kawasan 
penyangga di areal hutan produksi. Hal ini untuk menjaga kawasan hulu Sungai 
Bone dan kawasan taman nasional lain.
Alih fungsi untuk pertambangan itu diatur dalam peta Blok Kontrak Karya dan 
Kuasa Pertambangan milik Dinas Kehutanan dan Pertambangan Provinsi Gorontalo. 
Kawasan yang dialihfungsikan dari hutan lindung menjadi hutan produksi ini 
dikontrak perusahaan swasta.
Budi berdalih alih fungsi lahan bertujuan memperbaiki kerusakan lahan akibat 
penambangan emas liar yang kini dilakukan 6.000-8.000 penambang.
”Flora dan fauna endemik tidak akan terganggu karena bisa hidup pada beberapa 
ekosistem lain di kawasan taman nasional. Tim pengkaji juga akan memastikan 
adanya kawasan penyangga agar banjir besar tidak terjadi di Kota Gorontalo,” 
kata Budi.
Pemerhati lingkungan hidup Danny Pomanto menilai, langkah mengubah fungsi hutan 
lindung menjadi hutan produksi untuk tambang itu berisiko. ”Perlu ada analisis 
mendalam tentang pola aliran air. Jika tidak diantisipasi secara tepat, akan 
memperparah banjir di Kota Gorontalo,” katanya.
Tim pengkaji juga harus menghitung debit air dari curah hujan yang saat ini 
sangat sulit diprediksi akibat ekstremitas perubahan iklim. (RIZ)


      

Kirim email ke