Karena depe nama ICHSAN tiyali makanya bagitu, Ilmu Cuma Hiasan SArjaNa. 
Coba kalo depe nama universitas itu IKBAL pasti tdk bagitu, Ilmu KuBaktikan 
pAda aLam.

On Wed Aug 4th, 2010 3:47 AM EDT Yolanda Octavia wrote:

>Univ. Ichsan Gtlo
>
>
>
>
>
>________________________________
>Dari: "wanbem...@yahoo.co.id" <wanbem...@yahoo.co.id>
>Kepada: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
>Terkirim: Rab, 4 Agustus, 2010 15:15:52
>Judul: Re: [GM2020] NILAI DAN SKRIPSI “PALSU” DI SEBUAH UNIVERSITAS SWASTA 
>GORONTALO
>
>  
>Tolong disebut universitas mana. Karena saya dosen tetap di Fakultas pertanian 
>univetrsitas Gorontalo (swasta) di Limboto.trims
>
>Wassalam
>Wan Bempah
>Powered by Telkomsel BlackBerry®
>________________________________
>
>From:  Yolanda Octavia <yolandaoctavia@ ymail.com> 
>Sender:  gorontalomaju2020@ yahoogroups. com 
>Date: Wed, 4 Aug 2010 14:13:32 +0800 (SGT)
>To: <gorontalomaju2020@ yahoogroups. com>
>ReplyTo:  gorontalomaju2020@ yahoogroups. com 
>Subject: [GM2020] NILAI DAN SKRIPSI “PALSU” DI SEBUAH UNIVE  RSITAS SWASTA 
>GORONTALO
>  
>Fenomena tawar menawar nilai atau jual beli nilai mata kuliah di Universitas 
>swasta mungkin sudah merupakan hal yang “lumrah”. Tapi pemalsuan nilai mata 
>kuliah, barangkali sangat jarang ditemui. Tapi pemalsuan nilai sudah 
>terang-terangan terjadi di Universitas Swasta terbesar di Gorontalo.  Dan hal 
>ini dilakukan oleh oknum dosen yang menduduki jabatan di Fakultas Ilmu Sosial 
>dan Politik universitas tersebut. Apalagi untuk ujian skripsi, proposal 
>penelitian dan skripsi yang sudah di “tender” oleh sang dosen pun menjadi 
>produk 
>“copy-paste” yang bobot dan ini nya lebih mirip tulisan hasil tempelan dari 
>skripsi sebelumnya. Bukan hanya itu, hasil olahan data yang juga sudah menjadi 
>harga mati “harus” dikerjakan oleh sang dosen penguji,pembimbing merangkap 
>pembuat skripsi dan pengolah data. Yang ironis, semua lulusan universitas ini 
>metode penelitian yang dipakai “dipaksa” sama. Mau dia jurusan eksata atau non 
>eksakta, aturan rektor mewajibkan semua harus menggunakan metode kuantitatif 
>alias SPSS. Padahal, janganknan mengerti, mahasiswa cukup tahu saja sudah 
>mendingan soal metode ini. Apalagi alasannya kalo bukan “proyek” garapan 
>bersama 
>dari dosen-dosen pengolah data. Kasihan juga, mahaswa jadi bahan komoditas. 
>Jangan heran, lulusan universitas ini sudah bisa di uji dan sidang skripsi 
>hanya 
>seperti ajang sandiwara fakultas.
>Untuk nilai mata kuliahpun idealisme dosen luluh juga dengan lembar-lembar 
>kertas bergambar alias duit. Malah kasus yang sekarang ini sedang terjadi, 
>nilai 
>dari beberapa mata kuliah jurusan ilmu pemerintahan dan ilmu komunikasi 
>universitas ini dipalsukan. Persoalan diawali dengan ketidakpuasan dari dosen 
>pengasuh mata kuliah tersebut terhadap kebijakan rektorat yang tidak membaya 
>gajinya dengan profesional dan memberhentikan dengan sangat-sangat tidak sopan 
>dosen tersebut hingga nilai mata kuliah itu belum diserahkan ke kampus. 
>Padahal, 
>secara birokrasi dosen tersebut melamar menjadi doses dengan proses yang 
>profesional, bekerja dan menjalankan tugas sesuai dengan posisinya. Tapi 
>ketika 
>dosen yang bersangkutan lulus sebagai PNS maka sang rektor langsung mem-boikot 
>hak-hak si dosen. Dan yang lebih parah, nilai dari mata kuliah yang di asuh 
>dosen tersebut dipalsukan oleh pihak fakultas. 
>
>Sungguh ironis, sebuah universitas dengan ribuan mahasiswa hanya menjadikan 
>mahasiswa sebagai mesin uang para petinggi-petinggi kampus. Nasib para dosen 
>yang lain pun sebenarnya tidak lebih parah dengan yang nasib guru daerah 
>terisolir. Gaji dibawah UMR, administrasi yang kacau balau, management 
>keluarga 
>yag diterapkan hampir tidak bisa membedakan mana urusan pribadi dan urusan 
>kampus. Hanya saja, dosen-dosen ini ada yang memilih jadi pengikut biar 
>kebagian 
>“japre” alias jatah preman dan ada yang memilih “diam” dan hanya berani bicara 
>dibelakang. 
>
>Yang paling penting, bagaimana sebuah institusi akademik yang 80% mahasiswanya 
>adalah PNS dan karyawan swasta ini menggunakan asas manfaat atau simbiosis 
>mutualisme dengan mengandalkan istilah “ahh...yang penting mahasiswa punya 
>duit, 
>aku punya nilai..”
>(post from fb)
>
>
> 
>



      

Kirim email ke